Pasukan RI Dituduh Selundupkan Senjata

EL FASHER,BritaBrita.com– Kabar tidak sedap datang dari Sudan. Anggota pasukan Indonesia yang tergabung dalam Pasukan Penjaga Perdamaian di Darfur (Unamid) ditangkap aparat keamanan Darfur Utara.
Mereka dituduh hendak menyelundupkan senjata dan amunisi dalam jumlah besar saat akan meninggalkan negeri tersebut. Namun kemarin Polri membantah anggotanya menyelundukan senjata. Untuk menyelidiki kasus tersebut, National Central Bureau (NCB) Interpol akan memberangkan tim ke Sudan. Sejauh ini Unamid bekerja sama dengan Pemerintah Sudan sudah melakukan penyelidikan kasus tersebut.
”Sejumlah senjata yang diduga diselundupkan ke Bandara Al-Fasher, Sudan, bukan milik polisi pasukan perdamaian Indonesia, FormedPolice UnitVIII, yanghendakpulang ke Tanah Air. Menurut Komandan Satgas Formed Police Unit (FPU) VIII itu (senjata) bukan milik mereka,” ujar Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Kombes Polisi Martinus Sitompul di Mabes Polri Jakarta kemarin. Kasus penyelundupan mengemuka setelah diberitakan Sudan Tribune.
Deputi Gubernur Darfur Utara Mohamed Hasabal-Nabim mengonfirmasi kepada media tersebut bahwa pasukan keamanan di Bandara Al-Fashir pada hari Kamis menyita sejumlah besar senjata dan amunisi yang dimiliki korps Unamid. Berdasar informasi, pasukan Indonesia ditahan pada 20 Januari lalu saat akan meninggalkan Bandara Al- Fashir, Darfur, Sudan. Informasi dari Pusat Media Sudan (Sudanese Media Centre) menyebutkan berbagai senjata dan amunisi yang diselundupkan meliputi 29 senapan kalashnikov, 4 senapan, 6 senapan GM3, dan 61 berbagai jenis pistol, serta berbagai jenis amunisi dalam jumlah besar.
“Pasukan Unamid itu berangkat setelah menyelesaikan layanan dalam kerangka perubahan secara rutinitas. Sesuai dengan informasi yang diperoleh pasukan keamanan kami, senjata dan amunisi disita dengan beberapa bahan lain yang terlihat seperti debu dan batu,” kata Hasab al- Nabim, Senin (23/1/2017). Dalam siaran persnya, Unamid membenarkan insiden penangkapan dan penyitaan senjata itu. Lembaga tersebut bekerja sama dengan Pemerintah Sudan langsung melakukan penyelidikan.
“Sejumlah senjata dan barang-barang yang berhubungan dengan militer ditemukan oleh pihak KeamananUnamiddibeberapa bagasi check-in selama rotasi kontingen Unamid di Bandara Al- Fashir,” demikian bunyi pernyataan Unamid. Untuk diketahui, misi Unamid dimulai sejak 2007 silam untuk membantu menghentikan kekerasan di wilayah barat Sudan. Unamid merupakan misi perdamaian terbesar kedua di dunia dengan anggaran mencapai USD1,35 miliar, lengkap dengan 2.000 personel. Dalam misi tersebut, Indonesia mengirimkan personel TNI dan Polri.
Dari Polri, personelyangbergabung dalam pasukan Garuda Bhayangkara II Formed Police Unit (FPU) IX sebanyak 140 orang. Pasukan itu terdiri atas 100 anggota taktis dan 40 anggota pendukung. Mereka akan ditugasi di Darfur, Sudan, selama satu tahun menggantikan tim FPU VIII yang telah habis masa tugasnya di Sudan. Pasukan itu merupakan hasil rekrutmen dari 29 polda dan 4 satuan kerja Mabes Polri. Seusai lolos seleksi, mereka memperoleh rangkaian pelatihan meliputi kemampuan bahasa, teknik kepolisian, dan seni budaya.
Polri dalam klarifikasinya menjelaskan, kasus tersebut bermula saat pasukan FPU VIII yang telah habis masa tugasnya di Darfur bersiap untuk pulang ke Indonesia dan rencananya akan digantikan pasukan FPU IX. Berkaitan dengan itu pasukan pun berkemas-kemas untuk meninggalkan Kamp Garuda. Martinus Sitompul menjelaskan, di kamp, barangbarangmilikFPUVIIIdicekoleh otoritas Unamid. Selanjutnya, barang-barang mereka dimasukkan ke dalam dua buah kontainer. Sebanyak 40 orang anggota FPU menjaga kontainer tersebut hingga tiba di Bandara Al-Fasher.
“Empat puluh orang ini membantu menurunkan barang. Masuklah ke ruang X-ray pemeriksaan. Lolos semua,” ujarnya. “Polisi Sudan bertanya ini punya Indonesia bukan? Dijawabbukan. Ditanya lagi, dijawab bukan. Ya, memang kopernya berbeda, tidak ada label pasukan Indonesia,” imbuhnya. Selanjutnya, koper tersebut dimasukkan ke pemeriksaan Xray dan terungkap bahwa koper itu berisi senjata dan akhirnya muncul tuduhan bahwa pasukan FPU VIII hendak menyelundupkan senjata. Atas terjadinya kasus tersebut, seluruh anggota pasukan FPU VIII yang berjumlah 139 orang tertahan kepulangannya.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Rikwanto mengaku pihaknya masih mendalami informasi yang beredar. “Kami sedang dalami, kami sedang telaah informasinya karena di luar negeri. Itu kan beredar dari medsos di sana dan di media sini. Jangan kalau-kalau dulu, kita dalami dulu saja,” ungkap Rikwanto di Mabes Polri Jakarta (23/1). Sementara Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Wuryanto menegaskan bahwa kabar tersebut tidak benar.
Dijelaskan bahwa pihaknya telah melakukan pengecekan ke beberapa pejabat yang berwenang dalam penugasan tersebut. Pejabat itu adalah Komandan PMMP TNI Brigjen TNI Marzuki yang saat ini sedang di New York, Komandan Sektor Unamid Brigjen TNI Nur Alamsyah di Sudan, dan Komandan Satgas Yon Komposit TNI Konga XXXV-B Unamid di Darfur Letkol Inf Singgih Pambudi Arinto. “Mereka semua menyatakan berita tersebut tidak benar dan Satgas Unamid sampai saat ini masih melaksanakan tugas di Sudan sampai Maret 2017,” ungkapnya.
Wuryanto menjelaskan di Sudan ada dua misi perdamaian di bawah bendera PBB. Selain TNI yang tergabung dalam pasukan perdamaian PBB dengan nama Satgas United Nations Missions di Darfur atau Unamid, ada juga anggota Polri yang bertugas membawa misi perdamaian di Sudan dengan nama Satgas FPU atau Formed Police Unit. Dan saat ini ada 850 pasukan TNI yang tergabung dalam satgas kontingen Garuda 35-B dalam misi Unamid. Namun Wuryanto tidak membantah peristiwa penangkapan oknum atas tuduhan penyelundupan senjata dan amunisi.
“Kejadian itu memang ada, tetapi tidak melibatkan satu punpersonelsatgasUnamidyang notabene dari TNI,” sebutnya. Namun ketika dimintai konfirmasi, Wuryanto tidak menyebut apakah yang dinyatakan terlibat itu dari kepolisian atau bukan. “Silakan dikonfirmasi pihak terkait,” ungkap Wuryanto. Untuk memastikan kasus tersebut, Polri akan menurunkan tim ke Darfur, Sudan. “Kami akan turunkan tim ke sana untuk investigasi,” kata Sekretaris National Central Bureau (NCB) Interpol Brigjen Pol Naufal Yahya saat dihubungi di Jakarta, Senin.
“Kami akan turunkan tim ke sana untuk investigasi,” kata Sekretaris National Central Bureau (NCB) Interpol Brigjen Pol Naufal Yahya saat dihubungi di Jakarta kemarin. Di sisi lain, PBB juga sudah melakukan penyelidikan atas kasus tersebut. “Terkait permasalahan di Sudan, kami sudah mendapatkan informasi mengenai kejadian tersebut. Terdapat beberapa kejanggalan dari informasi awal yang diterima. Pihak PBB sedang melakukan investigasi,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri RI Hermansyah Nasir dalam pesan singkat seperti dinukil dalam laman koran sindo.com,kemarin.
Sementara itu Wakil Ketua DPR Fadli Zon menilai perlu pengawasan yang ketat terhadap pasukan penjaga perdamaian Indonesia yang dikirim ke berbagai negara setelah ditangkapnya pasukan asal Indonesia yang diduga menyelundupkan senjata di Sudan. Dia mengatakan apabila informasi itu benar, pasukan asal Indonesia itu harus dikenai sanksi berat karena kehadiran mereka membawa nama Indonesia.
Editor: Syl