Dana MRT Tambah Rp17,8 Miliar

JAKARTA, BritaBrita.com–Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dan PT Mass Rapid Transportation (MRT) Jakarta sepakat memilih desain muka depan berbentuk rolling stock yang memiliki lengkungan lebih halus sehingga terlihat dinamis.
Desain tersebut berbeda dengan desain lama yang dinilai Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Sumarsono seperti jangkrik tengah tertidur.
Bentuk desain depan MRT sudah beberapa kali mendapat koreksi. Sebelumnya, desain lama rolling stock berwarna hijau dengan lengkungan kaku. Setelah menjalani pengkajian ulang, PT MRT menilai desain itu mirip kereta yang mengenakan topeng secara struktural. Setelah bernegosiasi dengan pihak kontraktor pengadaan rolling stock Sumitomo Corporation dan pabrik pembuat rolling stock, Nippon Sharyo, pekan lalu, Pemprov DKI dan PT MRT sepakat memilih desain lengkung lebih halus berwarna biru.
Namun demikian, pemilihan desain rolling stock yang baru terkena penambahan beban biaya sebesar 156 juta yen atau setara dengan Rp17,8 miliar. Biaya tersebut termasuk biaya perubahan desain dan pembuatan cetakan ulang muka rolling stock.
“Penambahan beban biaya sebesar Rp17,8 miliar itu hanya 1% dari total kontrak yang kami buat sehingga masih masuk akal. Namun, kami akan bernegosiasi untuk menekan pengeluaran biaya,” pungkas Direktur Konstruksi PT MRT Silvia Halim.
Tidak ada patokan nilai minimal penambahan beban pemilihan desain muka rolling stock terbaru. Pihak MRT keberatan atas jumlah tersebut dan berusaha menekan biaya hingga 50%. “Kami nilai harga tambahan biaya itu kemahalan. Kami butuh penjelasan detail mengapa bisa sebesar itu.”
Moncong lancip
Perubahan desain muka MRT atas desakan Plt Gubernur Sumarsono yang menginginkan moncong muka rolling stock lebih panjang layaknya kereta Shinkansen Jepang. PT MRT tidak menyanggupi lantaran MRT Jakarta hanya kereta metro dengan kecepatan maksimal 100 kilometer (km) per jam.
Sementara itu, desain kereta Shinkansen dengan moncong lebih lancip dan aerodinamis untuk yang berkecepatan pada kisaran 300 km – 400 km per jam.
Perubahan muka depan rolling stock tidak bisa serta merta diubah lebih panjang dari 75 mm. Pasalnya, perubahan yang terlalu panjang memengaruhi jadwal produksi dan memperlambat waktu operasi selama satu tahun. Perubahan yang terlalu signifikan pun akan memengaruhi konstruksi stasiun dan rel kereta. “Pemilihan desain warna biru itu sudah paling optimal yang bisa kami lakukan,” tandas Silvia.
Desain panjang kereta sesuai kontrak ialah 20,5 meter. Panjang itu termasuk seluruh desain, konstruksi prasarana dan persinyalan. Secara teknis, desain MRT berwarna biru memenuhi persyaratan lebar dan panjang.
Plt Gubernur Sumarsono mengatakan permintaannya tidak mengubah desain.
“Yang ada ialah memilih satu dari dua pilihan, yaitu antara kepala lokomotif berwarna hijau seperti jangkrik karena ada gigi taringnya atau satu lagi berwarna biru yang agak menonjol ke depan dan lebih cantik,” jelas Sumarsono seperti dinukil dalam laman media indonesia.com.
Produksi rangkaian kereta MRT dimulai 1 Februari 2017. Kereta pertama datang per Januari 2018. Kereta pertama itu akan diuji coba selama 6-7 bulan ke depan. Sebanyak 16 kereta akan datang secara bertahap hingga waktu operasional MRT, yakni Maret 2019.
Editor : Syl