Mengapa Rakyat Norwegia Sangat Berbahagia?
JAKARTA,BritaBrita.com–Sepuluh besar dalam World Happiness Report 2016 dan 2017 tetap berisi negara-negara yang sama. Namun dalam daftar terbaru, Norwegia menggantikan posisi Denmark yang menjadi pemuncak pada 2012, 2013, dan 2016 sebagai negara paling bahagia di dunia menurut laporan PBB tersebut. Tahun lalu, Norwegia hanya menempati peringkat empat.
Norwegia memuncaki daftar negara paling bahagia menurut World Happiness Report 2017 dengan nilai indeks 7,537, tepat di atas Denmark yang menduduki peringkat dua dengan nilai indeks 7,522. Walau demikian selisih nilai indeks di papan atas begitu rapat sehingga dengan sedikit perubahan, Norwegia dan Denmark dapat bertukar posisi, bukan hanya dengan satu sama lain, namun dengan dua negara lain di empat peringkat teratas.
Delapan negara lain dalam sepuluh besar adalah Islandia (7,504), Swiss (7,494), Finlandia (7,469), Belanda (7,377), Kanada (7,316), Selandia Baru (7,314), serta Australia dan Swedia, yang sama-sama memiliki nilai indeks 7,284. Indonesia berada di peringkat 81 dengan nilai indeks 5,262.
Apa arti kebahagiaan pada abad 21? Simak ulasan khas:
Usaha Mencari Kebahagiaan
Beginilah Nanti Jadinya: Kawin, Beranak, dan Berbahagia
Kebahagiaan Terhambat Karena Kedengkian
Norwegia merasakan puncak kemakmuran dari industri minyak bumi pada 2011. Harga satu barel minyak yang hanya kurang dari 40 dolar AS pada akhir 2008 terus naik hingga mencapai 120 dolar AS pada awal 2011. Kisaran harga tersebut terus bertahan selama beberapa tahun sehingga Prosperity Index menobatkan Norwegia sebagai negara paling makmur. Pada 2013 harga minyak jatuh dan tidak naik lagi.Bahkan hingga 2016, harga per barel tak sampai 30 dolar AS.
“Industri minyak dan gas bumi terlalu berpengaruh dalam ekonomi kami, terutama dalam empat atau lima tahun kebelakang,” ujar Perdana Menteri Norwegia, Erna Solberg, sebagaimana diwartakan oleh BBC pada 2016. “Sebagian besar perkembangan datang dari sektor tersebut, dan valuta kami yang tinggi membuat sebagian industri tradisional kami tertinggal.”
Norwegia jelas menghadapi masalah besar, namun mereka mengatasinya dengan baik karena di titik terkayanya pun, Norwegia tidak boros. Norwegia menabung, dan dalam jumlah besar ‒ dari penghasilan mereka di sektor minyak bumi — Norwegia hanya menggunakan kurang dari empat persennya (baca:Generasi Z di Negara Mana yang Paling Berbahagia?).
“Kami hanya menggunakan kurang dari empat persen saat ini ‒ kami menabung,” ujar Alexander Cappelen dari Norges Handelshøyskole (Norwegian School of Economics) sebagaimana diwartakan BBC pada 2014. “Agar sistem semacam ini dapat bekerja, dibutuhkan tingkat kepercayaan yang tinggi. Kepercayaan bahwa uang kita tak akan disalahgunakan, tidak akan dihabiskan untuk hal-hal yang tidak akan kita sukai. Kami mempercayai pemerintah. Kami percaya uang pajak kami akan digunakan dengan bijaksana.”
Kepercayaan masyarakat Norwegia terhadap pemerintahnya begitu tinggi hingga mereka tak keberatan membayar pajak yang sangat tinggi, pajak penghasilan bisa sampai 55% dan pajak perusahaan bisa mencapai 78%. Mereka, malah, tidak melihat itu sebagai pajak, tetapi sebagai investasi karena yang masyarakat berikan akan kembali kepada mereka sebagai jaminan sosial dalam berbagai bentuk termasuk jaminan kesehatan dan pendidikan gratis.
“Dengan memilih untuk memproduksi minyaknya secara perlahan, dan menginvestasikan penghasilannya untuk masa depan ketimbang menghabiskannya saat ini juga, Norwegia telah menyelamatkan diri dari siklus ekonomi yang menimpa banyak negara kaya sumber daya lain,” masih menurut PBB dalam pengantar yang sama. “Untuk berhasil melaksanakan ini dibutuhkan kepercayaan satu sama lain, tujuan bersama, kedermawanan, dan kualitas pemerintahan yang tinggi, semua faktor yang menempatkan Norwegia dan negara-negara papan atas lain dalam daftar kebahagiaan.”
Harald Eia, komedian Norwegia, mengakui bahwa birokrasi memang memainkan peran dalam tingkat kebahagiaan di negaranya. “Jawaban untuk mengapa orang-orang Norwegia bahagia ‒ ini sedikit membosankan ‒ adalah institusi-institusinya yang berjalan dengan baik,” ujar Eia sebagaimana diwartakan Washington Post yang dinukil dari laman Tirto.id.
“Sekolah, rumah sakit, kepolisian, semua birokrasi memperlakukan masyarakat dengan hormat dan itu menetes ke bawah dan membuat kami bahagia, membuat kami saling percaya kepada satu sama lain, membuat kami merasa sebagai bagian dari komunitas. Jadi jawabannya membosankan: rahasia kebahagiaan kami adalah birokrasi.”
Editor : Syl