Jokowi-JK Retak, Projo Membantah

JAKARTA,BritaBrita.com-Kharisma dan kapabilitas Joko Widodo sebagai Presiden boleh jadi merupakan kelemahan pribadi yang tak bisa ditutupi. Sementara Wapres Jusuf Kalla seakan menjadi penonton yang menikmati kesalahan demi kesalahan yang dibuat oleh pasangan duetnya.
Hal itu diungkapkan wartawan senior Derek Manangka melalui akun sosial media Facebook. Kata Derek,Jusuf Kalla (JK) yang dikenal lebih senior dalam berpolitik dan berpengalaman, sepertinya tidak tergerak untuk menutupi lobang-lobang kelemahan yang dibuat Jokowi.
“Wapres mungkin sedang menunggu sebuah momen di mana pada akhirnya rakyat membuat keputusan: ‘Jokowi No, Jusuf Kalla Yes’. Otak-atik tentang duet Jokowi-JK yang dikesankan sudah ‘pecah kongsi’ dan gambarannya sedang anda baca, tidak muncul begitu saja,” tulis Derek.
Kata Derek, kalau ada persepsi sementara yang menyimpulkan bahwa pada hakekatnya duet Jokowi-JK saat ini sudah “pecah kongsi”, bukanlah sebuah perspektif yang dikarang-karang apalagi tujuannya untuk menggerogoti pemerintahan.
“Sorotan diangkat, justru untuk mencegah jangan sampai publik terus dibohongi. Pemimpin jangan menganggap ratusan juta penduduk Indonesia masih bisa dikelabui dengan pernyataan yang berputar-putar.Rakyat menjerit tapi Wapres dan Presiden bersilang pendapat,” tegas Derek.
Derek mengungkapkan, dalam soal perombakan kabinet misalnya, yang paling sering menyuarakan rencana perombakan kabinet justru datang dari Wakil Presiden. “Sikap ini semakin memperkuat kecurigaan bahwa hubungan Presiden dan Wakil Presiden sesungguhnya memang sudah tidak harmonis,” pungkas Derek seperti dinukil dalam laman intelijen.co.id.
Sekretaris Jenderal Pro Joko Widodo (Projo), Guntur Siregar, membantah rumor panas yang menyebutkan hubungan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla semakin renggang, terutama setelah pilkada Jakarta.
“Itu hanya ada yang manas-manasin. Nggak ada (kerenggangan). Nggak mungkin. Itu tidak benar,” kata Guntur,Rabu (17/5/2017).
Isu tersebut muncul di tengah gejolak massa dan politik pasca kekalahan pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat yang diusung PDI Perjuangan, Hanura, Nasdem, dan Golkar atas rival, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, yang diusung Gerindra dan PKS.
Menurut Guntur menghembuskan isu adanya keretakan hubungan Presiden dan Wakil Presiden sangat membahayakan negara.
“Ini belum move on aja. Ada yang manas-manasin. Sekarang, Ahok kalah apa hubungan dengan hubungan Jusuf Kalla dengan Pak Jokowi? Sudahlah, kita ini mau membangun demokrasi ke depan,” kata Guntur.
Guntur berpesan kepada pendukung Ahok untuk menerima hasil pilkada Jakarta dan menatap ke depan. Apalagi, kata Guntur, Jokowi juga sudah berpesan sejak awal agar masyarakat menghormati hasil pilkada dan berlapang dada menerima siapapun yang keluar sebagai pemenang pilkada.
“Terimalah. Lapang dadalah. Pak jokowi, sudah bilang, kita harus terima. Harus menerima. Ke depan, kita bangun demokrasi yang benar. Menang kalah itu biasa dalam pertarungan. Jangan ngompori,” kata Guntur.
Lebih jauh, Guntur mengingatkan bahwa jika situasi terus menerus gaduh, Jokowi yang rugi. Apalagi, sekarang menjelang pemilu presiden periode 2019-2024.
“Sudahlah kita akhiri kegaduhan. Pak Jokowi sudah bicara dengan bijaksana. Kita terima dengan lapang dada saja,” kata dia.
Ketika ditanya apakah Projo menangkap ada upaya untuk menjegal Jokowi menjelang pilpres 2019, mengingat elektabilitas Jokowi di survei-survei paling tinggi, Guntur menekankan tidak akan yang menjatuhkan Jokowi.
“Saya rasa nggaklah. Ngak boleh ada yang ngganggu. Itu yang ganggu itu makar namanya. Yang ngganggu Pak Jokowi dan Pak JK itu makar. Harus segera ditangkap,” kata dia.
Menurut Guntur jika sekarang muncul isu, hal itu wajar dalam dunia politik.
“Biasa dalam politik. Kayak tadi, memanas-manasi saja,” kata dia.
Guntur mengatakan Jokowi harus kembali tampil di bursa pilpres periode 2019-2024.
“Harus tampil. Harus bisa merealisasikan semua program yang ditawarkan ke rakyat Indonesia dan dilanjutkan periode kedua,” kata Guntur.
Guntur yakin Jokowi memiliki kans besar buat memenangkan pilpres yang akan datang.
“Pasti dong. Kan Pak Jokowi pribadi kan bebas beban. Tidak ada beban masa lalu, tidak ada beban politik sebagai pemimpin. Makanya jangan coba-coba dikait-kaitkan dengan hubungan partai politik, hubungan dengan pilkada. Beliau presiden seluruh rakyat Indonesia,” kata dia.
Menurut Guntur tokoh yang paling potensial untuk berhadapan dengan Jokowi di bursa pilpres adalah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Menurut dia sekarang ini belum ada tokoh yang sekuat Prabowo.
“Belum ada yang lain yang bisa saingi Pak Jokowi, selain Pak Prabowo. Tapi ya itu, saya berharap kepada teman-teman seluruh para pendukung beliau, sudahlah hentikan kegaduhan. Kita kembali berjuang agar Pak Jokowi dipilih lagi,” kata dia.
Siapa cawapres yang paling layak untuk mendampingi Jokowi di pilpres periode 2019-2024, Guntur tidak mau berspekulasi karena sekarang ini situasi politik masih sangat cair.
“Proses masih panjang. Nanti di-last minute. Nanti juga kelihatan dari survei-survei,” kata Guntur.
Menurut Guntur pendamping Jokowi nanti idealnya tokoh wajah baru agar terjadi regenerasi pemimpin di negeri ini.
“Dan satu hal yang paling penting, dia harus berjiwa kebangsaan. Tidak ada kepentingan pengusaha, bukan titipan konglomerat. Harus untuk bangsa,” katanya seperti dinukil dalam laman suara.com.
Supaya perjalanan Jokowi sampai ke 2019 aman dan dapat kembali memenangkan pemilu, menurut Guntur, kuncinya Jokowi harus tetap fokus menyejahterakan masyarakat.
“Kalau beliau on the track pada urusan rakyat. Bangun infrastruktur dan tetap bekerja, nggak usah dengar isu kiri kanan. Pokoknya dia dipilih karena rakyat, harus berjuang demi rakyat. Yang jadi benteng adalah rakyat,” kata dia.
Editor : Syl