M Khamim, Alumnus Unnes ini Bertekad Berangkat Haji dengan Berjalan kaki

JAKARTA,BritaBrita.com-Sulit membayangkan bagi kita, orang Indonesia, menunaikan ibadah haji dengan jalan kaki. Tapi, Mochammad Khamim Setiawan, 28, sudah melakukan itu.
Dia bahkan sejengkal lagi akan sampai di Tanah Suci. Pemuda asal Pekalongan, Jawa Tengah itu kini sudah berada di Uni Emirat Arab (UEA). Dia sudah sejak akhir pekan lalu berada di negeri jazirah Arab itu. Kemarin Khamim mengunjungi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Abu Dhabi untuk memperoleh visa sebelum melanjutkan perjalanan menuju Mekkah, Arab Saudi. Tentu bukan perkara mudah untuk bisa sampai di negeri itu.
Berdasarkan perhitungan kasar, jarak perjalanannya sekitar 13.474 kilometer, 750 kilometer di antaranya laut. Sejak memulai perjalanan pada 28 Agustus 2016 berarti dia sudah menghabiskan waktu sembilan bulan. Alumnus Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini berharap dapat tiba di Mekkah sebelum 30 Agustus 2017. Khamim memang luar biasa. Seperti dilansir media UEA, Khaleej Times, meski sudah berjalan kaki lebih dari 10.000 kilometer pada malam hari dan menunaikan puasa hampir setiap siang hari, dia tidak tampak lesu ataupun pesakitan.
“Saya pernah jatuh sakit dua kali saat berada di India dan Malaysia,” kata Khamim. Dia mengaku hanya melakukan perjalanan pada malam hari karena siang hari dia selalu berpuasa. Dalam semalam dia bisa menempuh perjalanan hingga 50 kilometer. Namun, jika kondisinya kurang sehat, dia hanya menempuh perjalanan antara 10-15 kilometer. Dia sering minum madu untuk bertahan terhadap berbagai cuaca. Dia bersyukur sejauh ini tidak ada hambatan selama perjalanan. Khamim mengaku tidak pernah bertemu para perampok atau pembegal. Namun, dia pernah berhadapan dengan tiga ular berbisa di belantara hutan Malaysia.
“Alhamdulillah, saya tidak pernah digigit,” tandas dia. Walaupun menempuh perjalanan yang sedemikian jauh, Khamim tidak banyak membawa bekal. Di dalam tasnya dia hanya membawa baju, celana, pakaian dalam, sepatu, kaus kaki, sleeping bag, tenda kecil, handphone, dan GPS. Agar mudah dikenali, di belakang tasnya tertempel bendera kecil Indonesia dan di pakaian yang dikenakannya tertulis “Saya sedang menuju Mekkah dengan berjalan kaki” dalam bahasa Inggris. Selama di perjalanan Khamim tidak mau menjadi peminta- minta atau pengemis sekalipun kondisi perut sedang kosong.
“Saya tidak pernah mengemis, tapi saya selalu bertemu orang-orang yang memberi saya makanan atau bekal lain,” kata dia. Sepanjang perjalanan dia merasa disambut baik oleh masyarakat dari berbagai negara dan berbagai agama. Saat di Thailand, dia disambut dengan baik oleh umat Buddha di kuil. Dia juga diberi makan oleh warga Myanmar. “Di Yangon, saya menjalin persahabatan dengan sepasang orang Irlandia beragama Kristen. Ketika sampai di India, saya bertemu dan belajar dari para santri di Masjid Jamaah Tablig,” terang Khamim.
Khamim kembali menegaskan, semua yang dilalui dan dialaminya tidak terlepas dari rahmat yang dianugerahkan Allah SWT. Dia bahkan masih bisa melanjutkan perjalanan dan tiba dengan selamat hingga UEA kendati hanya membawa uang yang terbilang sedikit. Selain karena niat menunaikan ibadah haji, Khamim juga nekat melakukan perjalanan panjang ini untuk menguji kekuatan fisik dan spiritualnya. Dia juga ingin mempelajari kehidupan masyarakat di negara lain yang berbeda latar belakang dan budaya.
“Saya ingin belajar dari cendekiawan muslim lain dan mempelajari berbagai budaya dan toleransi,” kata dia seperti dinukil dalam laman koran-sindo.com.
Editor : Syl