Lestarikan Batik Jumputan, Ciptakan Berbagai Motif dari Tokoh Kartun

BritaBrita.com,Yogyakarta – Perkembangan dunia fashion kini tren kembali ke jaman dulu. Namun hal itu justru terbilang kekinian, batik salah satunya.
Kain tradisional yang dulu kerap digunakan kalangan tertentu saja, kini merambah dunia international. Salah satunya perajin batik jumputan di kampung wisata tahunan, Yogyakarta. Mereka terus berupaya meng-upgrade dan menciptakan model-model serta motif jumputan untuk ‘nguri-uri budoyo’ alias melestarikan budaya.
Surani menekuni usaha jumputan pertama kali saat ia mengikuti pelatihan membatik jumputan yang diselenggarakan oleh Paguyuban Pecinta Batik (PPB) se-Indonesia, yang kemudian menjadi ruang berbaginya bersama pecinta batik lainnya dalam pelestarian budaya hingga saat ini.
“Banyak kaum ibu yang ketika diajak ikut pelatihan, setelah selesai tidak dilanjutkan. Itulah mengapa saya tergerak dan berpikir, bagaimana caranya supaya bisa menghasilkan dan tetap lestari sehingga diakui negara lain seperti batik kemarin, yang hampir direbut negeri Jiran Malaysia” ungkapnya baru-baru ini.
Dikisahkannya, bermodal kurang dari Rp 200ribu Rani sudah bisa memulai usahanya ini. “Saya awalnya cuma modal dua kain, kemudian pewarna dan alat ikat, itu saja. Kalau kita mau sungguh-sungguh dan telaten, Insyaa Allah bisa!” tegasnya.
Hingga kini, keuntungan yang diraup Rani telah menyentuh puluhan juta. Terlebih dengan berbagai model yang ia buat, tentu semakin menarik pelanggan untuk mempercayai produknya sebagai Batik Jumputan kualitas terjamin.
“Saya sekarang kalau menabung, tidak hanya uang, tetapi di rumah saya juga menabung pewarna jumputan” tambahnya saat dijumpai britabrita.com.
Menurutnya, Ia sempat mendapat cemoohan dari warga sekitar terkait pilihannya menekuni usaha jumputan.
“Apa ya laku, apa ya ada yang mau beli, wong jumputan itu biasanya mahal belum lagi kuno” ujarnya menirukan cemooh yang didapatnya dari orang-orang di awal merintis usaha.
Namun hal itu justru diputarbalikkan oleh Rani dengan kreativitasnya menghadirkan jumputan dengan wajah yang berbeda. Terbukti, sekelas artis kenamaan, pejabat dan istri-istrinya, kaum sosialita hingga masyarakat biasa kini berlari ke showroom nya saat mencari fashion dengan motif jumputan ala Surani. Bahkan Rani cukup bangga dengan respon positif masyarakat terkait upayanya melestarikan jumputan, terlebih dengan hadirnya 50 karyawan yang membantu langsung pengerjaan dan pewarnaan jumputan khas Rani.
Diantara 50 karyawan, Rani sengaja memberdayakan kaum istimewa seperti ‘difabel’ untuk bersama-sama melestarikan warisan lokal non-bendawi ini”
Uniknya dari Rani saat mencari inspirasi menciptakan motif jumputannya itu, salah satunya ia lakukan saat menemani sang buah hati menonton film kartun anak-anak. Wanita yang senang berimajinasi ini kerap mengejutkan pelanggannya dengan berbagai motif yang menarik dan tak biasa, berbeda dari pengrajin lainnya.
“Kadang pelanggan kaget, loh kok ada yang motif seperti ini, atau seperti di kartun itu. Jadi sebelum mereka meminta, saya sudah menyediakan” tuturnya ramah kepada britabrita.com.
Untuk harga sendiri, masih dikatakan Rani terjangkau bagi masyarakat menengah ke bawah. Namun semakin bagus motif dan warna, semakin berbeda, maka semakin menaikkan harga. Adapun jenis jumputan miliknya ialah Dadu, Menara Gali, Bulan Separo, Segoro Amarto, Mathsa, Tertotejo, dan lain-lain.
Pemilihan kain juga tak sembarang dilakukan, Rani sengaja memilih kain jenis katun nomor 1 untuk kualitas karyanya. Rani juga terjun langsung dalam proses menciptakan motif dan meramu warna.
Bagi pelancong lokal maupun mancanegara, bisa langsung melihat-lihat produk jumputan Maharani di showroomnya sekaligus berkesempatan mengunjungi kampung wisata Tahunan di jalan Soga, no. 67, Celeban, Tahunan, Umbulharjo, Yogyakarta. (*)
Wartawan : Pipit
Editor : Syl