Ada Apa Pria Muslim Ini Buka Kursus Bahasa Ibrani Pertama di Indonesia?

BritaBrita.com,JAKARTA – Sapri Sale, 52, nama pria Muslim Indonesia ini. Dia menjadi pria Muslim yang membuka kursus bahasa Ibrani pertama di Indonesia yang berlokasi di Jakarta.
Tujuannya agar orang-orang bisa belajar tekenologi Israel. Tapi, niatnya mendapat tantangan hebat. Dia dituduh sebagai antek atau mata-mata musuh.
Menurutnya, di Indonesia yang berpenduduk mayoritas Muslim dan tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Israel, bahasa Ibrani dianggap sebagai bahasa musuh.
Sapri Sale, yang tahun lalu menerbitkan kamus Ibrani-Indonesia pertama, mengatakan bahwa kebanyakan orang Kristen yang tertarik dengan kursusnya. Tapi, dia berharap umat Islam juga akan tertarik untuk belajar bahasa Ibrani.
Sale tertarik pada Israel dan bahasa Ibrani sejak awal 1990-an, saat dia menjadi pelajar sastra Arab di Universitas Al-Azhar, kampus bergengsi di Kairo, Mesir. Menurutnya, “stigma negatif” negara Yahudi di dunia Arab tidak masuk akal baginya dan hal itu membuatnya penasaran untuk mengetahui lebih lanjut.
Usahanya dimulai dengan kursus bahasa Ibrani di Pusat Akademi Israel di Kairo, yang telah ditetapkan oleh Academy of Science and Humanities setelah perjanjian damai 1979.
Sale, yang lahir di Kota Palu, Sulawesi Tengah, dan dibesarkan di Malang, sebuah kota kecil di Jawa Timur, belajar tradisi Islam di sebuah sekolah Islam konservatif. Pada tahun 2006, dia mulai mengerjakan kamus Ibrani-Indonesia pertama, yang diterbitkan satu dekade kemudian dan memiliki lebih dari 35.000 entri.
Menurutnya, kamus yang diberi judul “Milon Rishon” telah diterima dengan hangat oleh beberapa gereja, seminari, pelajar, dan empat universitas negeri Islam. Beberapa ratus eksemplar telah didistribusikan ke komunitas Muslim dan Kristen di Indonesia.
Selain kamus, Sale sedang mengerjakan buku lain yang ditujukan untuk mempromosikan bahasa Ibrani di negara asalnya. Salah satunya adalah panduan percakapan dasar 150 halaman untuk pengunjung Indonesia ke Israel. Buku-buku lain tentang tata bahasa Ibrani.
”Saya yakin usaha ini akan membuka jalan bagi realisasi dialog antara dua negara,” katanya seperti dinukil dalam laman sindonews.com.
Sapri Sale mengaku pernah mendapat tekanan oleh beberapa pihak di Indonesia, yang menurutnya dari kelompok Islam garis keras. ”Mereka menuduh saya menjadi antek atau mata-mata,” katanya.
Pihak-pihak yang menekan, kata Sapri Sale, mengatakan bahwa bahasa Ibrani adalah bahasa musuh. Dia pun menjawab bahwa bahasa Ibrani adalah bahasa yang penting dan tidak boleh disamakan dengan kebijakan negara tertentu.
”Saya mengajar bahasa Ibrani untuk membuat orang belajar tentang budaya dan teknologi Israel,” katanya, yang dikutip Selasa (13/3/2018). ”Sama seperti kita belajar bahasa Jepang atau bahasa dan negara lain untuk mempelajari budaya dan teknologi mereka.”