Harga Beras Meroket & Angka Kemiskinan yang (Harusnya) Rendah

BritaBrita.com,Jakarta – Tingkat kemiskinan pada bulan Maret 2018 di Indonesia turun ke level 9,82% dari sebelumnya di periode yang sama tahun 2017 sebesar 10,64%.
Jika melihat laporan BPS lebih jauh, sebenarnya tingkat kemiskinan bisa lebih cepat penurunannya. Asalkan pemerintah bisa menjaga harga beras tidak melambung tinggi.
Pasalnya, harga beras masih menjadi faktor utama yang memberikan pengaruh besar terhadap garis kemiskinan. Per Maret 2018, harga beras menjadi nomor satu dan memberikan pengaruh 20,95% tingkat kemiskinan di perkotaan dan 26,79% di perdesaan.
“Kenaikan harga beras yang cukup tinggi yaitu 8,57% pada periode September 2017-Maret 2018 disinyalir mengakibatkan penurunan kemiskinan menjadi tidak secepat periode Maret 2017-September 2017,” terang BPS dalam laporan tingkat kemiskinan seperti dikutip Selasa (17/7/2018).
![]() |
Per Maret 2018, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 25,95 juta orang (9,82%), berkurang sebesar 633,2 ribu orang dibandingkan dengan kondisi September 2017 yang sebesar 26,58 juta orang (10,12%).
Tingkat kemiskinan selalu ada di atas 10%, dengan tingkat tertinggi berada di angka 23,4% di tahun 1999, selepas krisis 1997-1998. Artinya, ini menjadi pencapaian tersendiri angka kemiskinan berada di bawah 2 digit.
Tingkat kemiskinan maupun ketimpangan Indonesia memang berhasil mencetak sejarah. Namun bukan berarti pemerintah berpuas diri, lantaran masih ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian serius ke depan.
Pertama, adalah dari sisi angka kemiskinan. Dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN), pemerintahan di era Presiden Joko Widodo – Jusuf Kalla mematok angka kemiskinan di rentang 7-8%.