Dihantam Dolar AS, Cadangan Devisa China Turun Jadi US$3,11 T

Jakarta-Cadangan devisa China pada Agustus turun dan lebih rendah dari yang diperkirakan. Penurunan tersebut disebabkan karena penguatan nilai tukar dolar dan upaya Beijing menstabilkan mata uang yuan dalam menghadapi ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat (AS).
Cadangan devisa turun US$8,23 miliar pada bulan Agustus menjadi US$3,11 triliun. Pada Juli cadangan devisa sempat naik US$5,82 miliar, berdasarkan data dari Bank Rakyat China (PBOC), seperti dikutip dari Reuters.
Konsensus dari survei yang dilakukan Reuters terhadap sejumlah ekonom memperkirakan penurunan cadangan devisa China sebesar US$6,95 menjadi US$3,111 triliun.
Ketegangan perdagangan, ketidakpastian geopolitik dan ekonomi serta indeks dolar yang meningkat berkontribusi pada penurunan cadangan devisa, kata regulator valuta asing China dalam sebuah pernyataan.
Yuan melemah untuk bulan kelima berturut-turut pada Agustus karena dolar tetap tinggi. Hal ini meningkatkan kekhawatiran bahwa Beijing akan mempertimbangkan melakukan stealth devaluation untuk mendukung eksportirnya ketika perang dagang meningkat.
Pada bulan Agustus, nilai tukar yuan turun hampir 0,2% terhadap dolar. Indeks dolar, DXY yang memperhitungkan pergerakan yuan terhadap mata uang utama lainnya, naik 0,7%.
Namun yuan sempat sedikit menguat pada bulan ini setelah dibentuknya serangkaian langkah oleh bank sentral China, yang mengisyaratkan bahwa tidak ingin melihat yuan terus terpuruk.
Julian Evans-Pritchard dari Capital Economics mengatakan, keengganan PBOC untuk menggunakan cadangan devisa menintervensi yuan menunjukkan negara telah menarik pelajaran dari kejadian di tahun 2015-2016, ketika intervensi gagal membendung penurunan cepat cadangan devisa.
“Penjualan devisa juga meninggalkan bank sentral terbuka terhadap tuduhan manipulasi mata uang, bahkan jika itu bertindak untuk menopang mata uang dan bukannya melemahkannya,” kata Evans-Pritchard dalam sebuah catatan.
“Mungkin pelajaran pentingnya, PBOC telah menyempurnakan seni mengelola mata uang dengan cara yang kurang jelas, bersandar pada bank-bank negara untuk membantu mengimbangi arus keluar modal swasta dan menstabilkan nilai tukar.”
Dalam beberapa pekan terakhir, Bank Rakyat China (PBOC) telah menutup celah yang dapat digunakan untuk pelarian modal, membuatnya lebih mahal bagi spekulator untuk bertaruh melawan yuan dan mengaktifkan kembali faktor “kontra-siklikal” misterius dalam perhitungan tingkat panduan resmi hariannya untuk mengurangi volatilitas.
Tetapi analis mengatakan bank sentral mungkin harus memutuskan segera apakah akan melakukan intervensi lebih kuat untuk mendukung mata uang karena AS sudah berencana menjatuhkan lebih banyak tarif impor pada barang-barang China.
Pemerintahan Presiden Donald Trump dapat mengenakan retribusi tambahan lebih dari US$200 miliar di barang-barang China setelah periode komentar publik berakhir pada hari Kamis. Tarif impor baru dapat segera berlaku segera sesudahnya.
“Depresi baru-baru renminbi akan mengimbangi sebagian besar dampak (ekonomi) dari tarif yang diusulkan sejauh ini. Tetapi eskalasi lebih lanjut dari konflik perdagangan dengan AS jelas akan menjadi perhatian,” kata Capital Economics dalam sebuah catatan pada hari Kamis.
Kapital Kontrol
Meskipun depresiasi yuan stabil dalam beberapa bulan terakhir, namun ada beberapa tanda sejauh ini dari lonjakan arus modal seperti yang terlihat beberapa tahun yang lalu setelah devaluasi mengejutkan oleh PBOC.
Sebagian besar ahli strategi mata uang yang disurvei oleh Reuters minggu ini memperkirakan hanya ada penguatan kecil untuk yuan selama 12 bulan ke depan karena pembuat kebijakan masih ragu. Tetapi, minoritas yang signifikan percaya bahwa pihak berwenang bisa membiarkan mata uang melemah lagi jika kondisi perdagangan global memburuk.
Seperti dilansir CNBCIndonesia, nilai cadangan emas China turun menjadi US$71,228 miliar pada akhir Agustus, dari US$72,324 miliar pada akhir Juli.