Mendidik dengan Hi-Touch dan Hi-Tech
DALAM beberapa bulan terakhir ini. Beberapa sekolah swasta dan negeri unggulan sudah mulai membuka pendaftaran peserta didik baru untuk tahun ajaran 2019-2020.
Beragam strategi yang dilakukan oleh sekolah tersebut. Melalui paket promo dengan janji-janji manis berbentuk bonus dan diskon uang pembangunan bagi pendaftar pertama, pendaftar yang memiliki prestasi akademik atau non akademik.
Hal itu dilakukan untuk memikat minat para orang tua agar mendaftarkan anak mereka di sekolah tersebut. Tidak hanya bonus dan diskon yang ditawarkan.
Program-program unggulan yang telah disusun dengan rapi dan dikemas dengan menarik. Merupakan trik jitu sekolah untuk menambah keyakinan para orang tua agar mendaftarkan anak mereka.
Untuk mengakomodasi keinginan beberapa orang tua terhadap pentingnya teknologi dalam pendidikan. Serta mendorong para peserta didik untuk melek teknologi.
Sehingga tidak tertinggal dengan negara-negara maju. Ada beberapa sekolah yang menjual program teknologi sebagai cara pembelajaran di kelas. Setiap peserta didik telah diajarkan dalam penggunaan teknologi dalam bentuk gadget.
Terutama di tingkat satuan pendidikan yang lebih tinggi. Namun, guru tetap berinteraksi langsung dengan peserta didik. Semua aktivitas pembelajaran melalui gadget yang telah memiliki program pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang telah disusun sekolah dengan tetap merujuk kurikulum nasional.
Ada juga yang menjual program pendidikan dengan bentuk pembelajaran tatap muka di dalam kelas 50-70 %. Selebihnya bisa dilakukan melalui gadget. Aplikasi Whatsapp (WA) dan Twitter.
Peserta didik diminta untuk mandiri dalam menyelesaikan permasalahan pembelajaran. Apabila ada kesulitan yang ditemukan dalam menganalisa materi yang telah disampaikan oleh guru dapat ditanyakan melalui WA atau Twitter.
Perkembangan Hi-Tech
Perkembangan teknologi saat ini cukup pesat. Dahulu untuk mengirim pesan perlu beberapa hari sampai kepada penerimanya. Saat ini hanya dalam hitungan detik pesan yang ingin kita sampaikan sudah dapat diterima oleh penerimanya. Tidak hanya itu.
Dengan teknologi mampu membawa penggunanya berpikir bahwa dunia telah berada digenggamannya. Informasi yang bersumber dari tempat yang jauh. Mampu diketahui dengan seketika di belahan dunia lain. Pertemuan dengan seseorang tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar.
Melalui video call mampu bertatap muka dengan keluarga atau teman yang berada jauh di tempat lain.
Namun, ternyata dibalik manfaat pesatnya perkembangan teknologi. Ada masalah baru yang muncul dari pesatnya perkembangan teknologi. Diantaranya, informasi dan akses tentang narkoba, pornografi, pergaulan bebas dan bentuk kenakalan lain dapat sangat mudah diperoleh melalui gadget.
Berkembangnya teknologi menimbulkan dampak positif dan negatif bagi penggunanya. Tergantung dari bagaimana pemanfaatan teknologi tersebut dan bagaimana edukasi dalam pemanfaatn teknologi yang dilakukan oleh orang tua, guru dan masyarakat.
Mendidik dengan sentuhan dan teknologi
Menurut Sardiman, mendidik sebagai suatu usaha untuk mengantarkan anak didik kearah kedewasaan baik secara jasmani maupun rohani. Oleh karena itu, mendidik sebagai upaya pembinaan pribadi, sikap mental dan akhlak peserta didik. Dengan maksud mendidik bukan hanya transfer of knowledge. Tetapi lebih dari itu yaitu transfer value (nilai). Melalui pendidikan mampu menumbuhkan pribadi yang memiliki kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dengan mendidik peserta didik mampu ditanamkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik dengan harapan ke depan mampu menjadi manusia yang siap dalam menghadapi perkembangan teknologi dengan sentuhan pribadi yang religius, mandiri, dan berintegritas
Untuk mendidik di sebuah satuan pendidikan tentu dibutuhkan seorang guru.
Berdasarkan UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan menengah.
Seorang pendidik adalah guru yang mampu mendidik peserta didik dengan cara menyentuh hati peserta didiknya dengan pemanfaatan teknologi. Sehingga tidak hanya kemampuan kognitif saja yang berkembang pesat karena di bantu dengan penggunaan teknologi. Kemampuan afektif dan psikomorik mampu berkembang juga melului sentuhan pendidikan yang berlandaskan penguatan karakter mandiri, integritas dan religius.
Sehingga diharapkan seorang guru bukan hanya mampu mentransferkan ilmu kepada peserta didik dengan menggunakan penguasaan teknologi yang mumpuni. Guru harus mampu memiliki kemampuan menyentuh hati peserta didik dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Dengan harapan generasi masa yang akan datang adalah generasi generasi yang selalu berusaha ketika menghadapi permasalahan dengan pemanfaatan sentuhan teknologi yang aman. Dengan merasa dekat dengan Allah.
Melihat pentingnya penggunaan teknologi dalam kehidupan saat ini. Sekolah sebagai bagian dalam penanaman karakter hidup bagi peserta didik. Harus merancang program-program pendidikan yang memanfaatkan Hi-Touch dan Hi-Tech dengan mengakomodir kebutuhan peserta didik di masa yang akan datang.
Dengan merancang program yang tetap mengedepankan standar pendidikan teknologi tinggi dengan mengedepankan sentuhan keagamaan, kemandirian, kedisiplinan, dan kejujuran dalam setiap program pendidikan yang ditawarkan kepada orang tua. Sehingga mampu menciptakan generasi yang memiliki hati Mekah dan otak Habibie.
Namun, keberhasilan sekolah dalam memanfaatkan Hi-Touch dan Hi-Tech dalam pendidikan. Harus didukung oleh kesiapan dan kemampuan orang tua dalam pemanfaatan teknologi yang sehat. Teknologi yang berguna hanya untuk berkomunikasi jarak jauh dan memperoleh informasi. Kehangatan, keakraban, keceriaan, dan keperdulian tetap dilakukan dengan sentuhan dari orang tua.
OLEH: Mukarrom, M.Pd.I
Guru SDIT Al Furqon Palembang