Uncategorized

Bahas Tuntas Kopi Sumsel dari Hulu ke Hilir

Ternyata kopi yang memiliki cita rasa yang nikmat, tidak berasal dari biji kopi sembarang

Ternyata kopi yang memiliki cita rasa yang nikmat, tidak berasal dari biji kopi sembarang, namun kualitas kopi yang berasal dari proses yang panjang, dari hulu ke hilir.

BritaBrita.com, PALEMBANG – Eko Agus Sugianto, staf khusus Gubernur Sumsel bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif mengatakan produktifitas kopi sumsel itu terbesar di Indonesia menjadi modal utama bagi pengembangan budidaya kopi berkelanjutan, mencapai 110.000 ton pertahun, dengan luas lahan 250000 hektar.

“Modal utama ini sudah ada. Tinggal bagaimana kita mengungguli kualitas, ini yang kita lakukan secara bertahap. Penanganan kopi tidak cukup hanya di hulu saja, tapi juga di sektor hilir,” katanya.
Eko menjelaskan maksud hulu ialah produktifitas dari kopi mulai dari pembibitan, penanaman, hingga ke hilir yaitu pemasaran dan brand kopi.

“Selama ini kan dari sektor hulu, pembenahannya dimulai dari perilaku petani dalam pembudidayaan kopi. kopi Sumsel itu tidak banyak dikenal orang, orang lebih kenal kopi gayo, Toraja,dan sebagainya, sementara produktifitas mereka jauh lebih dari kita, dan sedikit.

Sektor hilir kita juga hadus di perkuat dengan penguatan brand kopi sumsel,” tambahnya.

Selain itu, dari sektor hulu jarak tanah yang harus dibenahi, yang selama ini menanam asal tanam, tidak diperhatikan, padahal ini penting, ini mengantisipasi hidup masyarakat agar tidak bertumpu pada kopi saja, tapi memanfaatkan jarak tanah untuk tumpang sari menanam tanaman lain.

“Itulah dari sektor hulu ke hilir yang dimaksud, yang akan kita benahi secara bertahap,” tuturnya seusai coffee Workshop Hulu dan Hilir Kopi dalam agenda Musi Coffee Culture 2019, di Gedung Jacobson Van Den Berg, Sabtu (6/4/19).

Pelaku budidaya kopi, sekaligus Ketua Dewan Kopi Sumsel, Zain Ismed mengatakan Sumsel memiliki banyak pekerjaan rumah dalam urusan budidaya kopi berkelanjutan, kualitas kopi Sumsel saat ini jauh dari mata nasional maupun internasional, perlu pembenahan terutama di sektor hulu hingga ke hilir.
“Dari sektor hulu, banyak kebun kopi yang berusia tua, usianya sudah ada yang 30-50 tahun.

Perlu melakukan replanting atau menanam kembali, tapi persoalannya tidak Sederhana, kita perlu bibit, beda dengan komuditi lain yang lebih gampang mencari bibitnya,” Ujar Zain.

Menurutnya, kopi ini unik, tidak seperti komuditi lain, bibit kopi setempat yang unggul yang harus di persiapkan. Kedua, selama masih memiliki kebun kopi yang tua saat ini, tidak mungkin mendapatkan kopi-kopi berkualitas.

” Hampir seluruh harus dilakukan replanting, tapi secara bertahap, jika dilakukan sekaligus nanti petani tidak ada pendapatan,” tambahnya.

Diakhir Zain menuturkan permasalahan hilirnya, Kopi Sumsel yang tidak memilki brand tentu perlu dipikirkan secara simultan atau pelan-pelan oleh stockholders kopi di Sumsel, agar bukan hanya menjadi kebanggaan satu wilayah saja, tapi mendapat market yang lebih besar lagi.

Reporter : Maya Citra Rosa

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Juga
Close
  • Coba
Back to top button