PALEMBANGSUMSEL

Investasi Rp327 Miliar, Tak Hanya Listrik Sampah juga Hasilkan Bio Sintetis

BritaBrita.com,Palembang-Memusnahkan tumpukan sampah di TPA Sukawinatan, Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang menggunakan sistem Plastic To Fuel yang kemudian menghasilkan energi listrik dan Bio Sintetis yang bisa menggantikan solar.

Cara kerja sistem ini sampah plastik direbus dengan suhu tinggi. Kemudian hasilnya salah satunya mengeluarkan sin gas berguna untuk menggerakkan mesin PLTSa dan akhirnya menghasilkan listrik. Selain itu menghasilkan liquid menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) Bio Sintetik.

Kasubdit Penyiapan Program Bio Energi Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi, Trois Dilisusendi mengatakan, sistem ini digunakan untuk menghidupkan kembali PLTSa yang sekarang tidak berjalan dengan maksimal.

“Rencana perjalanan awal, PLTSa mampu menghasilkan 500 Kilo Watt (kW) listrik, namun hasilnya hanya 50 kW atau 10 persen saja. Sehingga jika sampai sekarang masih menggunakan sumur metan biaya akan membengkak,” katanya, usai rapat Feasibility Study (FS) PLTSa dengan Plastic To Fuel, Rabu (18/9/2019).

Trois mengatakan, sampah yang diperlukan untuk menghasilkan listrik 500 kW ini membutuhkan 260 ton sampah perhari untuk menerangi 500-600 rumah tangga di sekitar PLTSa. Sementara untuk menghasilkan BBM Bio Sintetik menggunakan sampah 73 ribu ton perhari.

“Listrik yang dihasilkan bernilai jual Rp1000 /kwh sedangkan Bio Sintetik seharga Rp5500 perliter, sudah diatur ketetapannya,” jelasnya.

Direktur NW Resourses Teddy Sujarwanto mengatakan, sistem Plastik To Fuel akan beroperasi selama 24 jam. Investasi untuk sistem ini senilai Rp327 miliar. Kerja sama ini dengan sistem Build Operation Transit (BOT) selama 20 tahun dan akan balik modal selama enam tahun empat bulan.

“Enam bulan dari hari ini kita full operasi disana, kita memohon perizinan oleh pemerintah dipermudah,” katanya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Palembang, Alex Fernandus mengatakan, untuk kesiapan penggunaan sistem pengolahan sampah dengan cara fuel ini sudah siap semua. Sebab berbeda dengan incenerator ataupun sumur metan yang perlu dibangun terlebih dahulu. Dengan sistem fuel ini hanya menggunakan alat khusus dan sudah dipersiapkan.

“Alatnya sudah ada, untuk pelaksanaan sendiri paling lambat 2020 sudah berjalan. Tetapi jika bisa di tahun ini sudah dilakukan,” ujarnya.

Terkait dengan penggunaan sistem pengolahan sampah baru ini, dirinya juga memastikan bahwa pengolahan dengan cara sebelumnya tidak dibiarkan.

“Masih ada sumur metannya, karena menggunakan proses alam jadi tidak ditutup,” katanya.

Reporter : Kamayel Ar-Razi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button