Oleh : KH Nawawi Dencik Al Hafiz
BritaBrita.com-Tahun 2020 kali ini menjadi catatan tersendiri manakala berbagai musibah silih berganti terjadi di negeri ini.
Negeri yang konon disebut sebagai Gemah ripah lohjinawi toto titi tentrem kerto raharjo ini, terus dikejutkan musibah yang terjadi.
Mulai dari banjir, harga sembako naik, ancaman harimau, kecelakaan lantas, belum lagi musibah pribadi seperti sakit yang berkepanjangan.
Belum lagi, masih segar diingatan kita beberapa nyawa manusia hilang ditangan harimau di Pagaralam.
Lantas, bagi seorang mukmin musibah itu adalah ujian hidup dari Allah SWT, inilah ujian kualitas ketauhidan kita kepada Allah SWT, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana ajaran Islam menghadapi musibah tersebut, agar nilai-nilai ketauhidan itu tidak luntur atau hilang? Bahkan ada yang mengatakan justru Musibah itu Indah, bagaimana ini bisa?
Musibah yang terjadi di berbagai daerah seharusnya menjadi momen instropeksi diri.
Lewat musibah ini apakah seorang manusia melakukan kontemplasi, muhasabah, meningkatkan ketaatan atau malah saling menyalahkan. Maka sesungguhnya semua musibah harus dikembalikan kepada Allah SWT.
Sebagaimana dalam QS Ar Rum ayat 41 yang artinya telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.
Lalu apakah semua musibah yang terjadi dimuka bumi adalah ujian bagi semua manusia, termasuk berbagai permasalahan hidup? Maka jawabnya adalah kembali ke pribadi masing-masing.
Tentu semua mukmin lah yang tahu dosa atau pun pahala apa yang telah dilakukan sehingga terjadi berbagai bencana dan musibah.
Ujian atau azab? masing-masing kita lah yang tahu. Boleh jadi ujian untuk meningkatkan derajat kita manusia di hadapan Allah, karena tanda Allah cinta terhadap hambanya maka Allah uji, atau boleh jadi sebaliknya.
Seperti misalnya kejadian musibah di Sumsel, munculnya harimau yang kemudian merenggut beberapa korban nyawa manusia. Peristiwa ini seharusnya jadi ajang instropeksi diri.
Bisa jadi manusia yang telah menggangu habitatnya, menghabiskan makanannya di hutan, oleh karena sifat serakah manusia, nah inilah juga menjadi instropeksi.
Instropeksi ini bukan hanya dilakukan oleh masyarakat dan pribadi masing-masing dengan berbagai kesalahan di masa lalu tapi juga pemerintah yang memiliki kekuasaan. Sudahkan menjalankan amanah dengan baik?
Dalam QS Al Anfal itu, Allah tidak akan mengazab umat Nabi Muhammad SAW kecuali mereka selalu beristigfar dan mohon ampun kepada Allah SWT.
Artinya, semua musibah yang terjadi sebaiknya seorang mukmin harus terus beristigfar dengan berbagai dosa yang telah dilakukan.
Begitu juga dengan Pemerintah, sudahkan menjalankan kekuasaannya dengan baik?Boleh jadi banyak fakir miskin yang harus menjadi kewajiban Pemerintah, ada yang pagi makan, sore tidak tahu harus bagaimana. Nah inilah seharusnya jadi momen perbaikan semuanya. (Sugi)