BritaBrita.com,Palembang – Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo Palembang atau dikenal Masjid Agung tidak memberlakukan Salat Jumat dua gelombang. Hal tersebut diungkapkan Ketua Bidang Peribadatan Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo Palembang, Farhan,Kamis (18/6/2020).
Meskipun,jelasnya, ada surat edaran Nomor 105-Khusus /PP-DMI/A/Vl/2020 dari Dewan Masjid Indonesia (DMI) pada selasa (16/6) mengenai pelaksanaan shalat Jumat bergelombang berdasarkan nomor telepon seluler atau ponsel pada masa transisi menuju New Normal di tengah pandemi Covid-19.
Farhan mengatakan salat Jumat dua gelombang memperumit umat islam dalam beribadah.
“Jangan dibikin ribetlah, kan mau New Normal jadi yang normal normal aja, InsyaAllah Palembang gak sampai segitunya,”katanya.
Menurut Farhan, pengurus lebih melihat kondisi para jamaah yang akan melaksanakan Salat Jumat khususnya di Masjid Agung Palembang. Masyarakat terdiri dari berbagai kalangan, ada masyarakat kantoran, pasar, buruh, sekolahan dan lain sebagainya.
“Jika dipaksakan dua shiff akan jadi lebih ribet. Ganjil genapnya di jalan raya saja, di masjid gak perlu,” ungkapnya saat di konfirmasi melalui WhatsApp.
Belum lagi, jika cuaca alam yang kurang mendukung. Peraturan seperti ini juga perlu Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik dan alat yang mampu, karena tidak semua masjid siap dengan aturan tersebut.
“Misalkan selesai Jumat ronde pertama hujan lebat angin kencang, kan repot itu yang bakalan ronde kedua. Yang dalil masjid belum keluar yang luar belum tentu belum bisa melaksanakan Jumatan,” katanya.
Melihat situasi yang belum tau sampai kapan, menurutnya Dewan Masjid Indonesia cukup membantu masjid masjid agar mematuhi Protokol kesehatan.
“DMI ambil peran yg normal saja. Biar jamaah kita bisa menikmati ibadah lebih normal lagi,”Katanya.
Sementara itu, Warga Pakjo, Nopan mengungkapkan tidak efektif jika Salat Jumat diberlakukan ronde yang berdasarkan ganjil genap akhir nomor telepon.
“Kalau memang mau pakai ronde, kenapa harus sesuai ganjil genap nomor telepon. Kenapa tidak disesuaikan dengan kapasitas masjid tersebut saja,”katanya.
Ia menambahkan, pengecekan suhu sebelum masuk ke masjid saja sudah membuat para jamaah ramai mengantri.
“Seperti kapasitas masjid ada 100 jamaah, jika melebihi batas jamaah barulah dibuat ronde kedua, jika tidak yah tidak perlu ada ronde. Masjid di palembang kan juga sudah ada dimana-mana,”katanya.
Reporter : Tri Jumartini Ilyas