LIFESTYLENASIONALPALEMBANG

Kisah Suparti, Janda Satu Anak Bertahan Hidup dengan Mengupas Bawang

BritaBrita.com,Palembang-Bekerja apa saja yang penting halal, menjadi prinsip banyak orang di masa pandemi ini untuk bertahan hidup. Hal itulah yang dilakukan Suparti, warga 10 Ulu. Ia menjadi kuli pengupas bawang di Pasar 16 Ilir.

Tak hanya Suparti, di tengah hiruk pikuk Pasar 16 Ilir yang merupakan pusat ritel terbesar di Sumatera Selatan (Sumsel), terlihat juga beberapa perempuan separuh baya sedang mengupas bawang.

Setumpuk besar bawang merah Brebes dengan berat berkisar 30 Kg, dalam beberapa jam saja selesai dikupas. Sesekali terlihat Suparti mengusap matanya. Aroma bawang cukup menyengat membuat mata berair. Namun, hal itu tidak menjadi masalah besar bagi Suparti.

“Mata memang perih karena aroma bawang ini, tapi ini resiko pengupas bawang, yang penting saya dibayar dan dapat uang,” katanya.

Dalam sehari, ia mempu mengupas bawang sampai 40 kg. Sejak pukul 6.30 WIB ia sudah datang ke pasar dengan menggunakan Ketek dari 10 Ulu. Setelah azan Ashar, biasanya Suparti sudah menyelesaikan kupasan bawangnya dan kembali ke rumah.

“Sehari itu biasanya 30-40 Kg bawang saya kupas, mengupas bawang ini tergantung kecepatan kita, semakin cepat semakin banyak bawang yang selesai dikupas,” katanya.

Tidak banyak yang bisa ia lakukan sebagai perempuan tanpa pendidikan yang mumpuni. Sejak lama, ia menghidupi diri sendiri sebagai janda satu orang anak. Ia mulai menjadi pengupas bawang ini sejak beberapa tahun lalu. Sebelumnya ia menjadi pemulung sampah dan barang bekas.

“Mengupas bawang ini sekilo dibayar Rp700 /kg. Pendapatan sehari dari mengupas ini tidak tentu, kadang Rp20.000, kalau lagi banyak Rp35.000. Cukup tidak cukup mau bagaimana lagi,” katanya.

Dengan penghasilan dari mengupas bawang, ia pergunakan untuk membayar kontrakan dan kebutuhan hidup sehari-hari. “Anak saya sudah tidak sekolah, sekarang dia sudah bekerja dan bisa membantu mencari makan,” katanya.

Upah mengupas bawang Rp700 /kg ini terbilang naik sejak tiga tahun terakhir. Mala, salah seorang penjual bawang, mengatakan sebelumnya upah hanya Rp500 /kg, bahkan lebih murah lagi di beberapa tempat.

“Saya sudah 20 tahun jualan disini, saya juga mempekerjakan ibu rumah tangga kalau mau mengupas bawang, biasanya pekerja ini berganti-ganti, mungkin tidak tahan atau sudah ada pekerjaan lain,” katanya.

Reporter : Kamayel Ar-Razi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button