BritaBrita.com,Palembang-Ekonomi Sumatera Selatan (Sumsel) kembali mengalami kontraksi di triwulan III 2020 sebesar 1, 40 persen year on year (yoy). Kondisi ini masih dipicu karena dampak Covid-19 sehingga memengaruhi semua sektor.
Pengamat Ekonomi Sumatera Selatan (Sumsel) sekaligus dosen Universitas Sriwijaya atau Unsri, Prof Bernadette Robiani memprediksi pertumbuhan ekonomi pada Triwulan IV sekitar akhir Desember 2020 bakal mengalami pergerakan yang positif.
Sebelumnya pun Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel merilis bahwa ekonomi Sumsel kembali mengalami kontraksi di triwulan III 2020 sebesar 1,40 persen yoy, dan sudah sedikit membaik dibandingkan pada triwulan II lalu yang mengalami kontraksi 1,50 persen.
“Pertumbuhan ekonomi terlihat dari angka kontraksi dua bulan kemarin. Angka realistis di triwulan III ada perubahan lebih baik dari triwulan II. Walau masih melambat tapi optimis alami pemulihan ekonomi,” katanya.
Data BPS Sumsel, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2020 mencapai 4,98 persen, triwulan II mengalami kontraksi minus 1,53 persen dan triwulan III tetap terkontraksi minus 1,40 persen secara yoy.
“Meski minus tapi jika dibandingkan triwulan II maka triwulan III ini ada pertumbuhan 0,13 persen, selain itu secara quartal to quartal sudah tumbuh 4,12 persen,” katanya.
Melihat data terakhir merujuk kondisi terkini, Bernadette optimis Sumsel pada triwulan IV sudah positif dan tidak mengalami perhitungan minus. Ia menambahkan, kendati hanya tumbuh 0,13 persen, namun perbandingan dengan triwulan II menjadi bukti ekonomi Sumsel mulai stabil.
“Sudah ada penciptaan nilai tambah, aktivitas ekonomi dan investasi di tengah pandemik COVID-19. Atas dasar ini, saya termasuk yang tidak menghiraukan resesi, dalam arti masuk dalam aliran optimistis bahwa ekonomi akan membaik” katanya.
Menurutnya, prediksi ekonomi yang positif di Sumsel juga turut didukung dengan adanya pertumbuhan aktivitas beragam sektor andalan yang mulai menunjukkan respon positif, seperti peningkatan ekspor karet, batu bara dan sawit, serta peningkatan lifting gas.
“Peningkatan juga terjadi dari sejumlah lapangan usaha, misalnya perdagangan makanan dan minuman, transportasi, kontruksi. Termasuk aktivitas konsumsi rumah tangga, yang mulai terjadi kenaikan. Jadi tinggal belanja pemerintah yang tumbuhnya masih negatif minus 12,36 persen,” katanya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel, Endang Triwahyuningsih mengatakan, Ekonomi sumsel pada triwulan III terjadi kontraksi sebesar 1,40 persen (yoy). Perekonomian ini dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku triwulan III sebesar Rp118, 29 triliun dan atas harga konstan 2020 mencapai Rp80, 67 Triliun.
“Dari sisi produksi lapangan usaha, penyediaan akomodasi dan makan minum mengalami kontraksi tertinggi 10,42 persen. Dari sisi pengeluaran kontraksi terbesar pada eskpor luar negeri 14,15 persen,” katanya.
Reporter : Kamayel Ar-Razi