BritaBrita.com,Palembang-Beberapa bulan lalu, Menteri Pendidikan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengeluarkan kebijakan bahwa sekolah di Indonesia diperbolehkan untuk tatap muka.
Kebijakan ini pun banyak disambut gembira oleh siswa, termasuk di Palembang setelah sejak Maret hingga Desember 2020 mereka harus belajar dalam jaringan atau Daring.
Seperti dikatakan Keysa, salah satu siswa SD Negeri 47 Palembang yang bosan dengan belajar daring. Selain kurang maksimal memahami materi, ia juga bosan dengan belajar daring karena lama.
“Senang, karena sudah lama daring. Kangen belajar langsung, kangen ketemu kawan juga kangen guru,” jelasnya.
Begitu juga dikatakan Fani salah satu siswa SMK Negeri 6 Palembang yang menyambut baik KBM tatap muka yang dihimbau Mendikbud. Apalagi menurutnya sekolah sudah sangat ketat menyiapkan protokol kesehatan.
Namun belum lama ini Palembang dihantam peningkatan jumlah kasus COVID-19 yang membuat ibukota Sumsel tersebut berada pada zona merah. Sehingga wacana yang semula akan tatap muka awal Januari terus dikaji dan tarik ulur. Bahkan lima hari dipenghujung Desember 2021 belum ada pengumuman resmi tentang KBM tatap muka atau KBM daring di awal Januari 2021.
Ancaman Dampak Negatif
Sementara itu, Psikolog Sumatera Selatan Safri Dhaini, S. Psi,.Psikolog mengakui dampak dari tarik ulur kebijakan KBM tatap muka ini bisa jadi dampak negatif bagi kondisi psikologi anak-anak di usia pelajar.
Menurutnya, mereka sudah kehilangan masa mereka. Masa dimana mereka perlu interaksi, baik dengan lingkungan, guru atau sesama mereka.
“Dan dampak negatifnya bisa saja timbul kecemasan yang berlebihan, depresi hingga butuh penanganan orang-orang profesional,” tegasnya, Jumat (25/12/2020).
Ia menambahkan bahwa menurutnya tarik ulur kebijakan pemerintah daerah tentu juga mempertimbangkan keamanan kesehatan. Menurutnya, selain dampak negatif ada sisi positif yang bisa diambil menyikapi belajar daging di era Pandemi COVID-19 ini.
Ada Dampak Positif
Selain banyak dampak negatif, belajar Daring juga punya dampak positif.
“Anak-anak kembali ke rumah. Dalam artian, waktu berinteraksi mereka dengan orang tua lebih banyak. Membangun kedekatan anak dan orang tua. Meski tentu hal itu tidak mudah, dan ini jadi tantangan orang tua,” jelas Dhaini.
Menurutnya, tipe anak-anak dalam belajar berbeda dan di masa Pandemi ini, bisa saja ada yang malah senang. Menurutnya, ada tiga tipe belajar anak, mulai dari tipe auditori yang lebih senang mendengar dan boleh jadi tipe ini mereka senang dengan belajar online.
Selanjutnya tipe visual yang mereka butuh melihat langsung, dan terakhir adalah tipe kinestetik yang membutuhkan keduanya yakni mendengar dan melihat.
Public Figure Harus Jadi Contoh di Era New Normal
Menurut Psikolog yang akrab dipanggil Bu Nini ini mengatakan bahwa dampak negatif dari kecemasan hingga depresi bahkan butuh penanganan orang profesional tersebut akibat tarik ulur kebijakan KBM tatap muka tersebut bisa diatasi asal semua elemen bisa memahami bagaimana seharusnya hidup di era new normal. Era dimana beraktivitas di tengah virus COVID-19.
Menurutnya, Public Figure mulai dari kalangan Pemerintah, atau orang-orang yang sering muncul di TV harus menjadi contoh. Contoh bagaimana tiga M itu, yakni memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak bukan hanya sekedar slogan.
Hal ini disesalkan karena banyak masyarakat hingga public figure sekarang abaikan dengan 3 M. Bahkan sebetulnya baik pemerintah dan tenaga kesehatan sudah terus mengingatkan pentingnya 3 M. Begitu juga pola penindakan pemerintah harus berkala, seperti pengawasan masyarakat yang tak memakai masker dengan hukuman sosial jangan hanya seminggu tapi tiga bulan. Agar masyarakat lebih disiplin lagi.
“Jangan malah kadang public figure yang jadi contoh kurang baik. Misal. Pakai masker di dagu, di leher, seolah jadi trend fashion. Kadang kita sesalkan juga lihat di TV mereka pakai face shield tanpa masker, karena face shield itu kan cuma bisa melindungi mata,” tegasnya.
Orangtua Harus Menjadi Teladan
Selain itu, menurut Nini agar menjaga anak tetap kondusif dan semangat belajar yakni orang tua yang harus jadi teladan. Teladan dalam arti bagaimana disiplin dalam 3 M. Artinya jika orang tua terus melakukan teladan disiplin 3 M maka tidak disalahkan anak jika meminta anak untuk disiplin 3 M.
Jangan kemudian orang tua malah tidak displin 3 M dan banyak yang depresi karena beban orang tua yang ikut mendampingi anak belajar daring di era Pandemi COVID-19.
“Nah sekarang kan orang tuanya yang malah banyak depresi. Sebetulnya esensi pendidikan anak itu kan bukan terus menyediakan uang untuk sekolah anak, kemudian anak sepenuhnya diserahkan ke sekolah, tapi juga mendampingi dalam proses tumbuh kembangnya,” jelasnya.
Reporter : Sugi