BritaBrita.com,Palembang–
Sungai Musi sebagai icon Kota Palembang, menjadi denyut nadi perekonomian masyarakat Sumatera Selatan (Sumsel). Tongkang dan ketek, tak henti berlalulalang, bersandar untuk bongkar muat barang dari dan menuju wilayah di Sumsel.
Aktivitas perekonomian di pelataran Sungai Musi tidak ada habisnya. Dalam catatan sejarah, Sungai Musi yang membentang indah ini dulunya sebagai tempat persinggahan dan perdagangan para saudagar dari berbagai negara, Cina, Arab juga India.
Tidak heran jika pusat ritel Sumsel yakni Pasar 16 Ilir punya pelanggan tidak hanya dari wilayah Sumsel saja. Bahkan, daya tariknya ini pun menjadi sumber mata pencaharian masyarakat Palembang.
Mulai dari bawah Jembatan Ampera hingga Pasar 16 Ilir, Ketek dan Tongkang berlabuh menanti penumpang dan barang yang akan menuju ke beberapa daerah di Sumsel seperti Pulau Kemaro, kabupaten Musi Banyuasin, Jalur Sujian dan Sungai Baung atau hanya sekedar menyeberang ke bagian ulu kota dari Pasar 16 Ilir. Aktivitas perdagangan di kota ini masih memanfaatkan sungai.
Salah seorang sopir Tongkang jurusan Jalur Banyuasin, Sukirman mengatakan, sejak pagi hari ia menyandarkan Tongkangnya di Dermaga 16 Ilir. Banyak para pedagang asal Banyuasin yang memasok barang dari Kota Palembang. Hal ini dilakukan sejak puluhan tahun lalu.
“Pagi sampai siang kita bongkar muat barang, kemudian siang menuju sore baru berangkat. Dari dulu, mungkin sekitar 20 tahunan, aktivitas seperti ini sudah biasa. Kita juga biasa angkut ikan atau udang dari Banyuasin ke Palembang,” katanya.
Perkembangan perekonomian di pelataran Sungai Musi semakin jelas terlihat dengan dibangunnya dermaga terintegrasi 16 Ilir. Pembangunan dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) itu kini sudah menunjukkan progres positif. Dengan demikian, nantinya akan semakin menggeliatkan perekonomian melalui jalur sungai.
Sebelumnya, Wali Kota Palembang Harnojoyo menyatakan, penataan dermaga ini merupakan tindaklanjut dari ditetapkannya Sumsel sebagai pilot project angkutan sungai. Dimana nantinya akan menghubungkan seluruh moda transportasi.
“Penataan ini tidak hanya aspek fisik semata, namun juga dilihat dari aspek lainnya yaitu wisata dan bisnis serta langsung dirasakan masyarakat. penataan kawasan Sungai Musi menjadi salah satu fokus kita sejak awal,” ujarnya.
Tepian Sungai Musi pun banyak dikunjungi oleh wisatawan. Banyak pesona yang ditawarkan, seperti Benteng Kuto Besak (BKB), warung pindang terapung, River Side, Tugu Belido, Kampung Almunawar, juga Kampung Kapitan.
“Karena Kota Palembang tidak memiliki laut dan sumber daya alam lainnya seperti gunung, maka sungai dan tepiannya yang kita jual sebagai destinasi wisata dan pusat perdagangan yang menghasilkan ekonomi bagi masyarakat sekitar,” katanya.
Tidak ada yang tak menyamput positif kemajuan perekonomian di tepian Sungai Musi ini. Meski di tengah pandemi, tidak menyurutkan sibuknyo aktivitas ekonomi di kawasan ini. Sejak pagi hingga menjelang malam, tepian Sungai Musi sangat ramai.
“Kalau disini semakin maju, mungkin nanti akan semakin banyak orang datang dan menikmati kuliner di pinggir Sungai Musi,” kata Wati salah seorang pegawai Warung Pindang Terapung.
Reporter : Kamayel Ar-Razi