BritaBrita.com, Palembang-Sejak awal tahun 2021 hingga masuknya bulan kedua di tahun ini kondisi Ekspor Hasil Karet Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) masih belum beranjak Normal. Banyak kendala yang dihadapi terlebih pembatasan yang terjadi akibat Pandemi Covid-19 yang masih belum hilang.
Kepala Bidang (Kabid) Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (P2HP) Disbun Provinsi Sumsel, Rudi Arpian mengatakan jika saat ini petani Sumsel menghadapi penyakit tanaman karet yang menjadi salah satu kendala belum Normalnya Ekspor Karet Sumsel.
“Karena penyakit tanaman gugur daun dan banjir yang melanda sejumlah wilayah penghasil karet Sumsel, hal itulah yang menyebabkan sektor perkebunan karet masih belum pulih,” katanya, Selasa (2/2/2021).
Lanjutnya, Kendala lainnya yaitu masih belum pulihnya ekonomi Global (Dunia) yang mengakibatkan berkurangnya juga permintaan hasil karet dari Indonesia. Contohnya masih banyak pabrik pembuatan Ban yang menahan produksi karena melihat perkembangan ekonomi Global.
“Selama Januari permintaan karet untuk ekspor masih dipengaruhi permintaan global. Sehingga beberapa negara pengimpor karet Sumsel, kewalahan akibat pandemi COVID-19. Bahkan beberapa perusahaan otomotif terpaksa menghentikan sementara waktu produksinya akibat pembatasan wilayah,” ujar Rudi
Rudi mengungkapkan, Berdasarkan data Disbun Sumsel, tercatat untuk jenis Kadar Karet Kering (K3) 100 persen per Jumat (29/1/2021) mengalami penurunan harga Rp165 dengan harga dikisaran Rp18.264. Lalu harga indikasi karet untuk K3 70 persen Rp12.785 per kg. Sedangkan kondisi karet untuk K3 60 persen Rp10.958 per kg, lalu kondisi karet untuk K3 50 persen Rp9.132 per kg, dan kondisi karet untuk K3 40 persen Rp7.306 per kg.
“Dari kondisi ini dirinya berharap petani Sumsel tetap mempertahankan kwalitas hasil karet mereka sehingga harga juga akan baik,” ungkapnya.
Reporter : Maulana