Oleh : Azzahra Utari (Mahasiswa Fakultas Perpustakaan UIN Raden Fatah Palembang)
TELAH diketahui bersama, bahwasannya pandemi Covid-19 terus mengalir, tidak asing lagi kita dengar. Semakin hari semakin bertambah, rumah sakit telah terpenuhi dengan penyakit Covid-19 yang begitu ganasnya menyerang tubuh manusia.
Semua itu tidak terjadi secara kebetulan, setelah virus Covid-19 muncul, maka muncul pula perbuatan stigma sosial, dilihat dari beberapa daerah bahwasannya banyak sekali yang melakukan perbuatan stigma yang memicuhkan pada orang yang telah tertular Covid-19.
Tidak bisa dipungkiri, di dalam rumah sakit harus diisolasi selama berhari-hari, minggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Tiada bertemu dengan keluarga, hanya seorang sendiri mengadapi penyakit yang sangat ganas ini, dengan tingkat kecemasan yang sangat luar biasa, stress yang dialami, bahkan mengalami psikologi yang terganggu.
Pemulihan kesehatan dilakukan secara ketat oleh pihak rumah sakit, manfaatnya supaya bisa berkumpul dengan keluarganya kembali di rumah. Setelah dinyatakan negatif dan diperbolehkan pulang ke lingkungannya masih harus mengahadpi stigma yang di berlakukan oleh masyarakat. Salah satunya adalah pasien Covid-19 yang berasal dari daerah. Yang belum ada pengetahuan tentang penyakit ini.
Tidak bisa dipungkiri penolakan bisa terjadi dalam masyarakat atau stigma, perbuatan inilah yang seharusnya tidak diperbolehkan.
Stigma juga menjadikan mengganggu upaya penghentian wabah Covid-19. Orang yang merasa khawatir dijahui atau bahkan diperlakukan buruk akan menghindari tes atau pengobatan. Dengan adanya tindakan menghalangi tahap pengurangan Covid-19.
Stigma sosial terjadi akibatnya kurangnya pengetahuan tentang Covid-19, maka perlu adanya penyampanyaian infromasi di daerah masing-masing, tetang bagaimana penyakit bisa tertular, bagaimana cara mengobatinya dan juga cara pemulihannya.
Dikutip dari kawal Covid bahwasannya bahaya dari stigma soial yaitu membuat orang menyebunyikan status kesehatannya, membuat orang tidak melakukan pemeriksaan diri, membuat orang kabur saat ingin diperiksa dan menolak ketika dikarantina di rumah sakit.
Pemberitaan media terkait informasi mengenai penularan Covid-19 yang sangat berpengaruh terhadap stigma masyarakat yaitu Orang Tanpa Gejala (OTG), Orang Dalam Pantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Semua gejala ini tentunya akan langsung menjadi penolkan masyarakat.
Stigma juga menjadikan mengganggu upaya penghentian wabah Covid-19. Orang yang merasa khawatir dijahui atau bahkan diperlakukan buruk akan menghindari tes atau pengobatan. Dengan adanya tindakan menghalangi tahap pengurangan Covid-19.
Dengan begitu katakanlah tidak pada stigma, bayangkan apabila anda ynag tertular penyakit ini, dan bagaimana anda akan merasakan ganasnya penyakit ini, ditambah lagi sikap stigma sosial yang tertuju pada anda.
Ayo mari kita bersama-sama katakan tidak pada Stigma!!!