BritaBrita.com, Palembang-Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Republik Indonesia (RI), Tito Karnavian melakukan peninjauan langsung pelaksanaan vaksinasi massal Grab Fatigon Vaccine Center di Dinning Hall Jakabaring Sport City (JSC), Rabu (31/3/2021).
Dalam sambutannya, Mendagri RI, Tito Karnavian mengatakan, vaksinasi di Provinsi Sumsel dinilai menjadi salah satu prototipe penyelenggaraan yang baik dan patut menjadi acuan daerah-daerah lain, karena pemerintah dan masyarakat bersinergi bersama menciptakan ketertiban dan kondusifitas.
“Ini harus dipertahankan, sebagaimana Presiden mencanangkan Desember 2021 ini cakupan vaksinasi nasional terselesaikan. Vaksinasi ini menjadi prioritas pemerintah pusat untuk menghidupkan kembali mobilitas sosial – ekonomi masyarakat,” katanya
Dia menjelaskan anjutnya, meskipun tingkat persebaran Covid-19 di Sumsel masuk kategori resiko sedang dalam zona kuning atau oranye. Tapi angka Fatality rate di Sumsel masih tinggi berada di 4,6 persen diatas rata-rata nasional 2,7 persen. Sehingga harus melakukan testing secara agresif.
“Disini ada keterlambatan melakukan treatment. Tingkat kematian tinggi kemampuan penanganan masih rendah. Fatality rate nya ini juga tinggi. Maka testing harus diperkuat, sebab satu nyawa itu berarti,” ujar Tito
Tito mengungkapkan, dirinya menyarankan, Kepala daerah harus memiliki konsep konkret. Seperti membuat tiga skenario klasifikasi penerima vaksin, sebagai upaya memaksimalkan vaksinasi atas ketercukupan vaksin nasional. Lantaran, Indonesia masih bertumpu pada ketersediaan vaksin dunia.
“Vaksinasi, diharapkan bukan hanya untuk proteksi perorangan tapi menciptakan kekebalan kelompok (herb Immunity). Yaitu 2/3 minimal dari populasi harus memperoleh anti bodi. Saya minta sekali ada angka sasaran vaksinasi harus by name by adress. Sehingga pusat tau persis. Karena jumlah vaksin yang datang itu dinamis,” ungkapnya
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Sumsel, Lesty Nuraini, mengatakan upaya menurunkan angka kematian dapat dilakukan dengan meningkatkan jumlah pemeriksaan (testing) dengan meningkatkan penemuan suspek melalui kegiatan penelusuran (tracing) dan di layanan. Selain itu, menurunkan jumlah kematian dengan lebih memperhatikan tata laksana penanganan kasus di layanan, khususnya untuk kasus dengan penyakit penyerta (komorbid) dan lansia.
“Ini karena kematian kita terutama pada kelompok komorbid dan lansia. Sudah saatnya kita sadar dan peduli terhadap penyakit tidak menular yang saat ini sudah menjadi pembunuh nomor di Indonesia, seperti jantung, hipertensi, diabetes melitus dan gagal ginjal,” katanya.
Reporter : Maulana