PALEMBANGSUMSEL

Kisah Mona, Mahasiswi Peyandang Tunanetra

BritaBrita.com,Palembang-Menyandang tunanetra sejak usia 9 tahun bukan hal mudah bagi Mona Agustina (21), warga Komplek Griya Buana Indah 2, Sukabangun 1. Ia kehilangan penglihatannya karena sakit dan sudah berupaya mencari kesembuhan kemana saja.

Meskipun begitu, mahasiswi semester 4 Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam ini terlihat tetap semangat. Prihal kebutaannya, ia menuturkan telah terjadi saat masih duduk di sekolah dasar. Saat itu, ia sakit gatal-gatal di mata. Karena tidak tahan ia pun mengucek mata secara berlebihan.

“Selama dua tahun pakai obat tetes mata yang sama, akhirnya jadi tidak bisa lihat. Sudah upaya operasi ke Jakarta. Tapi masih tidak bisa lihat, terutama mata kiri, kalau yang kanan samar-samar tahu di depan ada benda, hanya sekedar bayangan saja,” katanya.

Karena itulah, ia akhirnya belajar mengenal Alquran braille pada tahun 2010. Hingga akhirnya ia diperbantukan di Yayasan Netra Mandiri menjadi salah satu pengajar.

“Kesulitan dalam belajar braille ini pasti ada. Karena saya sebelumnya bisa melihat dan mengaji di Alquran pada umumnya. Kadang tidak sinkron antara taktil dan pelafalannya,” katanya.

Mona yang tergabung di Yayasan Netra Mandiri ini semakin termotivasi untuk melestarikan huruf braille.

“Sekarang banyak murotal, kalau belajar langsung dari braille kita bisa tahu benar dan salahnya,” katanya.

Pembelajaran di bangku kuliah dirasakan Mona cukup sulit karena UIN belum sepenuhnya support terhadap tunanetra. Beruntungnya Mona memiliki teman kampus yang siap untuk membacakan mata kuliah dari dosen.

“Saya mengandalkan pendengaran, untuk menulis tugas dari dosen biasanya minta tolong teman,” katanya.

Di masa pandemi ini perkuliahan dilakukan secara online, Mona terbantukan dengan aplikasi yang ada di google. “Belajar pakai handphone, karena pakai aplikasi Talkback kita bisa dengar apa yang kita cari di handphone ini,” katanya.

Mona bertekad untuk tetap semangat belajar dan mengaji meski dengan segala keterbatasan. “Harus tetap semangat mengejar cita-cita walaupun dengan segala kekurangan, tidak bisa melihat tapi masih bisa mendengar dan berjalan. Bersyukur saja,” katanya.

Reporter : Kamayel Ar-Razi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button