BritaBrita.com,JAKARTA-Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mengkritik pemberian subsidi kuota karena banyak sekali guru, siswa, dosen, dan mahasiswa yang tidak memperolehnya.
Wakil Sekretaris FSGI, Fahriza Marta Tanjung mengatakan ada pembagian kuota belajar dan kuota umum yang timpang juga jadi masalah.
Hal sama dikatakan Komisioner KPAI, Retno Listyarti. Menurutnya tak sedikit siswa, guru, hingga orang tua siswa yang melontarkan keluhan perihal kuota umum.
“Hampir setiap hari selama PJJ (siswa) menggunakan mesin pencari guna menonton praktik di bidang keahliannya, (contoh) jurusan tata boga menonton referensi di Youtube, padahal aplikasi itu tak masuk dalam kuota belajar,” jelasnya.
Sudah begitu, total penerima kuota gratis bulan ini tidak menjangkau seluruh guru, siswa, dosen, dan mahasiswa; hanya mencakup 27.305.495 penerima.
Di sisi lain, berdasarkan data Dapodik, totalnya ada 52.202.289 siswa dan 3.146.502 guru. Sementara itu, seperti dilansir CNN Indonesia, PDDikti mencatat ada 8.399.451 mahasiswa dan 286.050 dosen. Dalam kata lain, bantuan baru menjangka 42% total peserta didik dan pendidik.
Lebih lanjut, 16.424.143 dari 26.623.776 peserta didik calon penerima subsidi internet berlokasi di Pulau Jawa. 61% mahasiswa dan siswa penerima kuota berlokasi di enam provinsi.
Sementara, 54% dari total pendidik berlokasi di Pulau Jawa, dengan rincian jumlah 853.806 dari 1.553.090 pendidik. “Jadi masih banyak guru, siswa, dosen, dan mahasiswa yang tidak menerimanya. Padahal sangat membutuhkan”.
Sementara itu, banyak mahasiswa di perguruan negeri dan swasta di Palembang juga mengeluhkan kuota internet yang tak pernah mereka dapatkan.
“Terus terang sejak pandemi, saya dan banyak mahasiswa lainnya sampai sekarang tak pernah mendapatkan subsidi kuota internet. Padahal saya benar-benar membutuhkan dan dari keluarga tak mampu. Itulah saya heran, katanya ada, tapi kemana larinya, “ujar salah satu mahasiswa yang enggan disebut namanya.