BritaBrita.com,JAKARTA – Harga minyak mendekati USD75 per barel, Rabu, setelah data menunjukkan stok minyak mentah Amerika turun ke tingkat pra-pandemi, membawa fokus pasar kembali ke pasokan yang ketat ketimbang melonjaknya infeksi Covid-19.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup naik 26 sen, atau 0,4 Persen, menjadi USD74,74 per barel, setelah membukukan penurunan pertama dalam enam hari pada sesi Selasa, demikian dikutip dari laporan Reuters, Rabu (28/7) atau Kamis (29/7) pagi WIB.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melonjak 74 sen, atau 1 persen, menjadi USD72,39 per barel.
Persediaan minyak mentah menyusut 4,1 juta barel dalam sepekan hingga 23 Juli, tutur Badan Informasi Energi (EIA) Amerika, dibantu oleh impor yang lebih rendah dan penurunan produksi mingguan. Stok bensin juga turun – membawanya sebagian besar sejalan dengan tingkat pra-pandemi.
Produk bensin yang dipasok, ukuran permintaan, mencapai rata-rata empat minggu sebesar 9,5 juta barel per hari, level tertinggi sejak Oktober 2019, menurut data EIA.
“Rebound permintaan tersirat untuk bensin dan sulingan, serta pengoperasian kilang yang lebih rendah, mendorong penarikan persediaan bagi kedua produk tersebut,” kata Matt Smith, Direktur ClipperData.
Harga minyak meroket 45 persen tahun ini, dibantu pemulihan permintaan dan pembatasan pasokan oleh Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC Plus.
Kelompok itu setuju untuk meningkatkan pasokan sebesar 400.000 barel per hari mulai Agustus, melepaskan lebih banyak output dari rekor pemotongan pasokan tahun lalu, tetapi ini dinilai masih terlalu rendah oleh sejumlah analis mengingat rebound permintaan yang diprediksi pada tahun ini.
Respons pasokan Amerika Serikat terhadap harga yang lebih tinggi juga telah diredam sejauh ini. Output bisa memakan waktu lebih dari empat tahun untuk mencapai tingkat pra-pandemi, produsen minyak Hess Corp mengatakan, Rabu, dalam konferensi pers pengumuman laporan keuangan kuartal kedua.
Namun, melonjaknya jumlah kasus Covid-19 di seluruh dunia, meski ada program vaksinasi, membatasi sisi penguatan minyak dan itu tetap menjadi kekhawatiran utama.
Permintaan bensin di Amerika Serikat dan Eropa mulai mendatar.
Analis mencatat bahwa secara global, tingkat permintaan pra-pandemi mungkin tidak akan terlihat sampai setelah tahun depan jika infeksi virus korona dan lambatnya vaksinasi semakin mendorong perubahan struktural dalam permintaan.
Pemulihan ekonomi Amerika tetap di jalurnya meski ada peningkatan infeksi Covid-19, ungkap Federal Reserve, Rabu, dalam pernyataan kebijakan terbaru yang tetap optimistis. The Fed mempertahankan suku bunga di level 0 persen.