OLEH : Ustaz Bangun Lubis
RASA kalut dan sengasara begitu dirasakan oleh kita karena masa Pandemi dan adanya virus yang menyebar disekeliling penduduk dunia ini.
Padahal, dalam Islam tiada yang harus ditakuti kecuali ketentuan Allah. Oke lah bahwa Virus Covid-19, adalah juga makhluk Allah, namun atas takdir kepada hamba-Nya ini sudah ditetapkan Allah. Taiada akan membahayakan jika tidak kehendak Allah.
Eloklah jika kita tetap saja menjalani hidup biasa saja, tidak menjadikan Pandemi sebagai penghambat bagi manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Senangkan hati mu, bahagiakan jiwamu dan selalulah bedoa dan berzhikir agar Allah menghindarkan kita dari kehidupan yang lebih buruk. Ada satu istilah umum, dalam jiwa yang senang, akan bisa menghindarkan kita dari kejelekan. Kebahagiaan adalah obat.
Dalam Sabda Rasulullah. Allah berfirman: “Aku bersama prasangka hambaku dan Aku akan selalu bersamanya. Selama dia mengingat-Ku maka Aku akan mengingatnya di dalam diri-Ku.
Apabila dia mengingat-Ku dengan begitu banyaknya, maka Aku akan mengingatnya lebih banyak darinya. Dan apabila dia mendekati-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta.
Dan apabila dia mendekati-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Dan apabila dia mendatangi-Ku dengan berjalan, Aku akan mendekatinya dengan berlari” ( Riwayat Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Tirmidzi ).
Ibnu Atha’illah dalam kitab Hikam mengungkapkan bahwa siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah, maka lihatlah seberapa tinggi kedudukan Allah dalam hatinya. Demikian pula, siapa yang ingin mengetahui seberapa dekat Allah dengan dirinya, maka lihatlah seberapa dekat Allah dengan hatinya.
*Jangan Cemas*
Jadi berprasangkalah yang baik-baik saja atas ketentuan Allah kepada kita. Berusahalah untuk menghindarkan prasangka buruk yang justru membawa kita kepada jurang kesedihan dan derita. Memang jika melihat betapa seliweran berita dan informasi yang beredar di medis social dan di tengah masyarakat, maka kengerian pastilah menyelimuti hati kita pada masa-masa musim Pandemi ini.
Tentu, kita ikuti Prokes misalnya, pakai masker bila berbincang dengan orang lain, apalagi mereka yang sedang sakit, cuci tangan bila sudah terlalu banyak menggunakan tangan terutama kepada yang berpotensi menimbulkan penyakit, dan menghindari kumpula, apalagi bukan perkara yang dibutuhkan. Kelakar, bukanlah sikap Islami. Lebih baik diam dari pada bicara yang tidak baik. Sabda Rasulullah.
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaknya dia berkata baik atau diam” (HR Muslim).
Jika sudah begitu, artinya kita telah memahami mengenai sia-sianya kita berkelakar jika tidak berarti. Ini sama halnya dengan yang dianjurkan pemerintah agar, tetaplah berdiam di rumahmu, jika tidak ada kepentingan di luar sana. Atau bekerjalah di kantor, dengan serius tanpa harus melibatkan diri dengan orang lain, jika hanya sekadar berkelakar belaka yang jikalau tidak ada artinya.
*Berdoa & Zhikir*
Salatlah ke masjid, dengan Prokes, kata Prof Dr Yuono, Biomed, ahad lalu dalam kajian di Masjid Al Furqon, ketika menjelaskan mengenai bagaimana menghadapi kenyataan hidup dalam masa Pandemi ini. Katanya, jangan terlalu digelisahkan, dan ditakuti.
Berjalanlah dalam kehidupan ini dengan senang hati tanpa merasa ada beban. Sekalipun begitu tetap ikuti saran-saran medis seperti Prokes tersebut.
Ketakutan, katanya, malah justru akan membawa kita kepada amblasnya imun. Kesedihan akan menggoncangkan jiwa dan dapat mengakibatkan bertambahanya beban pemikiran, atau stress, yang justru membuat kita lemah dan mudah terserang penyakit.
Bawalah hidup ini dengan ketenanngan dan kesenangan yang Islami. Istilahnya satai tetapi serisu. Teruslah berdoa dan berzhikir. Ada doa yang sering dianjurkan oleh ulama yakni,”Bismillahillazi Layadurru, Maasmihi Saiún Fil ardi wala fissamai wahuas samiul ‘alim.”(HR. Tarmidzi dan Abu Daud).
Itu baru satu doa yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah dalam menyatakan keinginan hati kita agar terhindar dari salah satu penyakit atau kegelisahan jiwa.
“Lahaula wala quata , illa billah.”Ini juga menunjukkan bahwa tiada daya upaya kecuali hanya Allah semata.”Ya Hayu ya qoyyum birohmatika astagis, aslih li syagni kullahu walatakilni ila nafsin thorfata ainii.”(HR. An Nasai – Al Hakim).
Dengan berserah diri kepada Allah tentu semangat kita akan muncul dalam hati dan jiwa, sehingga ketenanganpun menyertai. Tiada kematian sebelum ajal menjemput.
”Ini istilah yang begitu dalam maknanya. Berserah dirilah kepada Allah, dan tenangkan hati, gembirakan jiwa. Semoga Allah menyehatkan kita semua menjauhkan penyakit dari penduduk dunia ini. Aamiin yang Allah.(*)