BritaBrita.com,JAKARTA-Tepat 70 tahun lalu, Indonesia bergejolak. Masih di bawah kekuasaan Jepang, Soekarno dan Mohammad Hatta menyatakan kemerdekaan negeri ini. Indonesia merdeka saat kedua Bapak Bangsa itu membacakan teks proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56, Jakarta, pukul 10 pagi.
Namun sebelum itu, naskah proklamasi telah mengalami perjalanan panjang. Sepulang Bung Karno dan Bung Hatta dari “penculikan” kaum muda di Rengasdengklok, mereka mengunjungi rumah Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol.
Meski seorang Jepang, Maeda menerima kedua tokoh itu dengan baik. Di ruang tamu rumah Maeda, Bung Karno dan Bung Hatta meminta dipinjami rumah untuk merumuskan naskah proklamasi. “Saat itu Maeda merasa berutang. Lagipula posisi dia sudah tidak di bawah atasannya lagi, jadi dia akhirnya mau meminjamkan rumahnya,” kara Arie Suryanto, edukator Museum Perumusan Naskah Proklamasi beberapa waktu lalu.
Di ruang makan rumah Maeda naskah proklamasi dirumuskan. Bung Karno, Bung Hatta, dan Ahmad Soebardjo duduk bersama merangkai kata-kata sakti yang memerdekakan Indonesia. Jika berkunjung ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi yang dulunya rumah Maeda, ada patung ketiga orang itu di meja panjang ruang makannya.
Usai dirumuskan, naskah kemudian dibawa ke ruang pertemuan untuk dibacakan kepada semua yang hadir, sekitar 40 orang. Daftar nama-nama mereka masih tercatat di museum. Setelah semua setuju, termasuk soal siapa yang menandatangani naskah itu, Sayuti Melik dan BM Diah kemudian mengetiknya di sebuah ruang kecil bawah tangga, dekat dapur. Sebab, mereka jurnalis yang dianggap memahami ejaan kata.
Menariknya, kata Arie, orang-orang yang hadir saat Bung Karno dan Bung Hatta meminta pertimbangan soal naskah proklamasi, sempat menyantap makanan sebelum rapat. “Perumusan saat itu dilakukan dini hari, sekitar jam satu atau dua pagi. Dan saat itu bulan puasa, jadi mereka sempat sahur dulu sebelum rapat,” ujar Arie menceritakan saat itu.
Lantas, apa yang mereka santap?
Sederhana: nasi goreng. Itu merupakan makanan jamak di Indonesia, namun disukai banyak orang. Presiden Amerika Serikat, Barack Obama pun saat berkunjung ke Indonesia mengaku suka menyantap seporsi nasi yang digoreng bersama bumbu-bumbu penyedap seperti bawang putih, bawang merah, dan garam itu.
“Yang memasak asistennya Maeda, orang Jepang,” Arie berkata melanjutkan. Nasi goreng dipilih karena sederhana dan mudah pembuatannya. Apalagi saat itu asisten Maeda harus membuatkan makanan untuk puluhan orang. Dibanding memilih makanan Jepang yang biasa ia masak, justru makanan khas Indonesia yang disajikan.
Jadi bisa dibayangkan, usai naskah proklamasi diketik Sayuti Melik dan Bung Karno serta Bung Hatta membacakannya di lokasi yang kini menjadi Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, di dalam perut para proklamator itu bersemayam nasi goreng buatan seorang Jepang yang jadi santap sahur mereka. Kini, peristiwa itu sudah berlalu 70 tahun lamanya dan masyarakat Indonesia sedang merayakan kemerdekaannya.