MENUJU KEMERDEKAAN SESUNGGUHNYA
SETIAP tahun di bulan Agustus tanggal tujuh belas menjadi rutinitas sakral peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia. Berbagai persepsi makna kemerdekaan selalu dibahas, berbagai pertanyaan selalu hadir, Apakah kita telah mencapai arti kemerdekaan yang sesungguhnya ? Apakah menjadi bangsa yang kaya raya sumber daya alamnya merupakan kemerdekaan yang sesungguhnya?
Untuk menjawab itu marilah kita menghela nafas sejenak dan menghirup aroma pagi hari di tempat masing-masing. Agar kita tidak lupa dan tetap terjaga serta waspada dengan arah tujuan bangsa di masa yang akan datang. Sebab, sebagai anak bangsa Indonesia, kita perlu untuk mengisi lubang-lubang kekosongan yang tersilap dari para pemimpin bangsa Indonesia dan perlu juga untuk saling mengingatkan dalam doa, saling membantu dalam kerja dan saling asah asih serta asuh untuk menjaga perdamaian di bumi pertiwi Indonesia.
Ada tiga faktor penentu yang termaktub dalam Trisakti perjuangan bangsa, yakni kedaulatan di bidang politik, kemandirian di bidang ekonomi dan berkepribadian dalam berbudaya. Sejauh mana, langkah dan jemari ini mampu melawan segala bentuk penindasan yang bertentangan dengan cita-cita negeri merdeka.
Kedaulatan di bidang Politik
Bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaannya telah diingatkan untuk menjaga kedaulatannya di berbagai lini kehidupan. Beberapa dinterpretasikan dalam bentuk kedaulatan pertahanan keamanan, Beberapa di antaranya dimaknakan sebagai bentuk kedaulatan dalam bentuk otoritas pemerintahan. Kita tidak ingin kritisi beberapa permaknaan tersebut, tetapi perlu diinsyafi bersama bahawa kedaulatan Bangsa Indonesia terletak dalam sikap dan tindakan kita dalam berbangsa dan bernegara. Perlu diketahui juga bahwa sikap bangsa Indonesia dalam mengatasi krisis kemanusiaan dunia merupakan bagian dari peranan kita dalam berbangsa dan bernegara.
Tentunya kedaulatan di bidang politik baik di dalam maupun di luar negeri menghantarkan kita kepada positioning keberpihakan terhadap poros politik dunia. Sebagai bangsa dan negara yang menganut politik bebas aktif tentunya pada maping tatanan masyarakat kita akan diplot untuk berada di poros tertentu. Meskipun secara subyektif kita menganggap bahwa bangsa dan negara tidak berpihak kecuali kepada perdamaian yang abadi sesuai falsafah bangsa yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Keberpihakan kepada perdamaian yang abadi inilah menjadi nilai yang dipikul dan memikul kita ke dalam dan luar negeri sehingga ketika kita berperan bagi dunia, kedaulatan bangsa kita tetap terjaga dan dampaknya ke dalam negeri tidak menjadi bangsa boneka.
Peranan bangsa pada tatanan masyarakat global menjadi penting untuk dilakukan terobosan, tetapi menjadi sulit ketika di dalam negeri bangsa kita tidak solid. Agar bangsa kita memiliki kemerdekaan yang sesungguhnya maka oleh sebab itu bangsa Indonesia harus berdaulat di banyak bidang. Sebagai contoh yang paling mutahir adalah keberpihakan bangsa Indonesia terhadap krisis Arab Spring dan dampak terorisme yang mengemuka di tanah air. Ketetapan bangsa Indonesia atas krisis tersebut tegas dan lugas selama 15 tahun terakhir ini, baik oleh pemerintah Presiden SBY dan pemerintahan Presiden Joko Widodo, memilih untuk mengirim pasukan perdamaian daripada memilih untuk mengirim pasukan tempur yang berpihak kepada salah satu komponen konflik . Sikap ini patut diacungi jempol tetapi ada beberapa kritisi yang mengemuka, bahwa bangsa kita yang sudah memiliki integritas di mata duni, keuntungan ini hanya diperuntukan untuk kemudahan mengambil pinjaman uang sehingga memunculkan sentiment lemah disbanding melakukan upaya membentuk kekuatan perdamaian untuk memastikan agar perdamaian abadi tercipta. Yang kemudian menghantarkan kita kepada nilai Trisakti yang kedua, yakni Kemandirian di Bidang Ekonomi.
Kemandirian Ekonomi
Memang tidak pernah mudah menjadi bangsa Indonesia karena selamanya kita terikat dalam falsafah kebangsaan, kemakmuran dan keadilan, kemerdekaan dan perdamaian bagi seluruh dunia. Tentunya, falsafah ini tidak bertujuan untuk menjadikan bagnsa kita menjadi superior dan dominasi di seluruh dunia, tetapi lebih kepada kearifan bangsa Indonesia dalam melakukan segala bentuk kemaslahatan di seluruh penjuru bumi.Bagi bangsa Indonesia taka da yang lebih penting dari menjalankan kerja-kerja kemaslahatan bagi bangsanya dan bagi dunia. Sehingga dipandang perlu untuk selalu mengupayakan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia dan menjadi inspirasi bagi bangsa-bangsa yang tertinggal.
Kini pembangunan infrastruktur untu menjadi modal bagi kebangkitan ekonomi bangsa Indonesia sedang digairahkan di seluruh penjuru nusantara. Ketahanan energy dan pangan juga menjadi bagian dari resolusi pemerintah Indonesia di setiap kesempatan. Yang menjadi keprihatinan bersama adalah semua itu bermodalkan utang luar negeri, sangat disayangkan ketika bangsa Indonesia membutuhkan solusi cepat untuk pembangunan. Wajah negeri selalu mengarah kepada utang negara.
Sesungguhnya hal ini tidak perlu terjadi kalau saja integritas bangsa Indonesia didukung di dalam negeri dengan membuat surat berharga negara yang dihimpun dari rakyatnya sendiri sehingga ketika ingin melakukan pembangunan, rakyat turut merasa memiliki hasilnya. Ekslusivitas ekonomi di Indonesia menjadi penghalang bagi rakyatnya untuk berperan serta dalam pembangunan. Hal ini sesungguhnya tidak perlu terjadi apabila negara dan rakyat bahu membahu dalam pembangunan.
Ketika masuk ke bidang ekonomi muncu sifat sosial yang laten di masyarakat, sifat individualis dan mementingkan dirinya sendiri. Sedangkan kemandirian di bidang ekonomi adalah sebuah sifat kebangsaan yang kolektif di berbagai bidang. Pemerintah lebih menitikberatkan kerja sama ekonomi dengan pihak luar negeri sebagai jalan pintas, investasi menjadi pokok penting di tanah air Indonesia, yang pada jangka panjang akan membuat bangsa Indonesia kehilangan kedaulatannya ketika selalu saja mengupayakan kelayakan investasi sebagai poros ekonomi.
Sesungguhnya bangsa Indonesia sangat akrab dengan ekonomi kerakyatan dengan berbagai bentuk enclave masyarakat yang membetuk koperasi di banyak bidang untuk memberdayakan ekonominya. Rakyat Indonesia terbiasa memiliki koperasi unit desa, rakyat Indonesia terbiasa memiliki koperasi karyawan, rakyat Indonesia terbiasa memiliki koperasi nelayan, rakyat Indonesia terbiasa memiliki koperasi lainnya di segala bidang, yang sayangnya tidak dijadikan pondasi ekonomi negara yang digenjot potensi ekonominya untuk kepentingan ekonomi yang lebih besar dalam berbangsa dan bernegara.
Pemerintah lebih percaya perbankan dibandingkan dengan koperasi, sementara menyentuh koperasi dianggap sebagai mengusik peran dan fungsi kemasyarakatan bangsa Indonesia, sementara rakyat juga butuh tahu kesulitan yang dihadapi negaranya, agar secara tanggung renteng bisa memberikan solusi. Berjaraknya negara dengan rakyatnya di bidang ekonomi ini menghantarkan kita kepada ulasan trisakti yang berikutnya.
Berkepribadian dalam Berbudaya
Menjadi Indonesia itu merupakan sebuah anugerah yang tiada duanya bagai bangsa Indonesia. Keelokan alam nusantara, keindahan ragam etnis dan kearifan budaya dalam menjalani berbagai sendi-sendi kehidupan. Sayangnya sikap negara terhadap keragaman etnis dan budaya ini sebagai sebuah entitas masyarakat yang dianggap ekslusif. Sebaliknya justru ragam budaya yang ada di Indonesia perlu muncul ke permukaan. Oleh negara keragaman budaya ini dipersempit dengan pemahaman bahwa budaya tidak boleh lebur dengan kemajuan jaman. Sementara masa depan harus mengenal Indonesia secara utuh, baik ragam etnis, suku dan bahasanya.
Keberpihakan politik dan kelemahan dalam berekonomi di Indonesia mengurung budaya Indonesia terkukung dalam sekat-sekat tradisionalisme dan adat istiadat yang semu dan seremonial. Sementara,sesungguhnya budaya Indonesia adalah sebuah entitas kebangsaan yang tidak boleh terpisah dari entitas negaranya. Sikap ekslusif negara terhadap etnis, suku dan adat istiadat ini mesti lebur dalam kehendak kebangsaan yang sama, yakni menjadi merdeka, menjadi berdaulat, menjadi adil dan makmur. Keprihatinan yang mengemuka adalah ragam budaya Indonesia mulai dilibatkan ketika modal investasi masuk yang kemudian menggedor kesadaran tradisionalisme rakyat dengan modernitas.
Yang ingin ditekankan, adalah bangsa Indonesia dapat maju di segala bidang tanpa harus meninggalkan identitas kebudayaannya. Bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa yang besar tanpa harus mengaduk-aduk adat istiadatnya. Bangsa Indonesia dapat menjadi Lightning Star bagi dunia ketika menjadi bangsa yang maju dengan keragaman entitas kebudayaannya dan bangsa Indonesia harus terbuka dengan keragaman yang budaya nenek moyangnya sendiri. Karena bangsa Indonesia adalah anak kandung dari rahim ibu pertiwi maka segala keragaman budaya dan alam Indonesia adalah keluarga bagi kita semua.
Trisakti merupakan saripati nilai yang menjadi landasan kerja kemaslahatan bangsa Indonesia. Menjadi alat ukur bagi bangsa kita untuk menoleh ke belakang dan meneropong ke depan. Perlu diinsyafi bersama bahwaTrisakti menjaga dari lajunya rodam zaman yang menggedor kesadaran kebangsaan, kerakyatan dan bangsa-bangsa Indonesia . Sehingga roda kenegaraan kita memiliki pedoman dalam melakukan kerja-kerja kemaslahatan untuk terciptanya bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Jalan Menikung Republik Indonesia
Saat ini begitu banyak perdebatan yang mengemuka di ruang-ruang publik. Pada proses dialektikanya kita banyak dihadapkan oleh begitu banyaknya polemik yang tak perlu dan hanya menghantarkan kepada meja hijau persidangan yang teramat disayangkan. Semestinya potensi untuk saling mengasah dan saling mengasuh kehidupan berbangsa dan bernegara, kepekaan terhadap keberlangsungan dan kesejahteraan bangsa serta negara demikian tinggi. Artinya kepedulian bersama telah tumbuh di masyarakat dan kehendak untuk terus memperbaiki kualitas kehidupan berbangsa dan bernegara perlu diapresiasi.
Potensi kepedulian terhadap sesama ini tidak bisa kita pandang sebelah mata karena sebagai bagian dari proses kemajuan bangsa, potensi ini harus diejawantahkan dalam bentuk kerja-kerja bersama untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia. Tentunya kehendak bersama untuk menjadikan bangsa Indonesia sebagai sebuah bangsa yang besar, sangat dibutuhkan kontribusinya tiap rakyatnya pada proses kerjanya. Sehingga, baik pemimpin maupun rakyat saling bahu membahu membangun negeri. Sebagai sebuah bangsa yang besar, harus diakui bahwa kerja-kerja revolusi masih jauh tercapai dan pekerjaan rumah bersama menjadikan negeri nan elok, menjadi rumah yang nyaman bagi segenap rakyatnya. Ketika kita mengupayakan kemaslahatan bagi sesama maka bisa dipastikan kesejahteraan bagi rakyat pun akan tercapai.
Untuk itu terkadang butuh sedikit pengorbanan, tetapi tentunya akan tercatat dalam sejarah Indonesia sebagai sebuah upaya menuju kegemilangan negeri. Jangan khawatir pada prosesnya kalau kita menempuhnya dalam keseharian mungkin akan terasa nelangsa, tetapi ketika menoleh sedikit ke belakang tentunya segala upaya yang ditempuh sangat berharga sekali, sebagai sebuah fakta betapa kuatnya kesatuan dan persatuan Bangsa Indonesia. Sedikit banyak ada beberapa episode yang memilukan tetapi sebagai bangsa Indonesia percaya bahwa ini semua untuk mempercepat kemajuan bangsa Indonesia.
Indonesia yang berdaya dan bertumpu di kedua kakinya sendiri semoga saja dapat disaksikan. Tentunya untuk mencapai ini semua dibutuhkan kerja keras bersama, mind set yang lurus serta moralitas yang kuat. Setiap air mata yang jatuh dalam menempuh kehidupan keseharian sangat berarti penting untuk kemajuan Indonesia karena merupakan air mata bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Di masa yang akan datang kita dihadapkan pada berbagai pilihan jalan dan cara untuk menempuh perjalanan kebangsaan. Di antaranya ada goresan luka, semestinya membuat kiat bersama mengambil hikmahnya.
Kita perlu mengedepankan publik daripada kepentingan pribadi atau kelompok. Seraya memberi semangat bagai para kompatriot dan kamerad yang bertebaran di seluruh bumi pertiwi bahwa jalan yang ditempuh sudah terlalu jauh untuk surut ke belakang. Pendakian yang telah kita lakukan sudah sedemikian tinggi untuk kita menyerah. Karena pada akhirnya, kita bukanlah apa-apa dan siapa-siapa tanpa yang kita perjuangkan. Maka segenap energi perubahan kita miliki harus mencapai titik maksimal dari perjuangan. Kita harus tetap lantangkan suara perubahan, kita harus tetap melantunkan aspirasi rakyat dan kita harus menyelesaikan tugas sejarah untuk mengisi kemerdekaan Indonesia. Jalan menikung yang sedang Indonesia tempuh adalah jalan percepatan kesejahteraan dan kemakmuran. Bersiaplah untuk setiap keadaan yang akan dihadapi dengan lantang mengucapkan sekali merdeka tetap merdeka. Dirgahayu Republik Indonesia ke-77. (***)