
Rasulullah SAW mengalami rangkaian peristiwa yang menakjubkan, dimana hal ini bertujuan mendidik takwa kepada umat manusia melalui pengalaman isra dan mikraj. Pengalaman dan peristiwa isra dan mikraj juga dijelaskan dalam Alquran. Terutama dalam surah Al-Isra yang juga bernama Surah Bani Israil. Karena memang banyak membicarakan Bani Israil. Dan memang, Isra adalah peristiwa napak tilas Nabi Muhammad untuk melihat sambungan dari misi beliau dengan misi nabi-nabi sebelumnya yang dalam konteks Timur Tengah, sebagian besar adalah keturunan nabi-nabi Israil. Israil artinya hamba Allah. Dia adalah gelar Nabi Ya’qub, anak dari Nabi Ishak, cucu dari Nabi Ibrahim.
Sepintas lalu kita bisa renungkan makna dari Isra Mikraj ini dan kita tarik pelajaran dari peristiwa itu untuk kehidupan kita. Allah berfirman yang artinya : “Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-NYA (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat. “ (QS. Al-Isra’ [17]: 1)
Ayat-ayat (tanda-tanda) yang diperlihatkan Allah kepada Nabi Muhammad pada waktu isra mikraj itu tidak lain ialah riwayat para Nabi sebelumnya dan perjuangan mereka, dalam rangka memberikan penyegaran kembali kepada Nabi kita tentang tugas suci beliau sebagai akhir dari para nabi dan rasul. Maka dari itu, di Yerussalem itulah Nabi mempunyai pengalaman shalat dengan semua nabi yang pernah ada dan beliau sendiri yang menjadi imam. Abu Dzar pernah bertanya kepada Rasulullah ,” Berapakah jumlah nabi seluruhnya, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab “124.000 orang, 315 orang yang diantaranya adalah Rasul. Suatu jumlah yang sangat besar.”
Itu tentu saja sesuai dengan Al-Quran sendiri yang memberikan keterangan bahawa Allah telah mengutus Rasul untuk setiap ummatnya. “Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap ummat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah dan jauhilah Thaghut”, kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang mendustakan (rasul-rasul). (QS Al-Nahl [16]: 36)
Ini semua memberikan landasan untuk bisa mengerti mengapa Nabi menyebutkan jumlah yang begitu besar, yaitu 124.000 nabi dan 315 diantaranya rasul. Itulah jumlah yang ditemui oleh Nabi di Al-Quds. Di masjid yang disebut Masjid Aqsa di Yerussalem dan beliau menjadi imam. Kejadian ini semuanya adalah pengalaman spiritual karena nabi-nabi itu sudah meninggal, dan orang yang sudah mati tidka akan kembali hidup.
Itu kemudian diterangkan dalam ayat berikutnya. Dalam sebuah ceramah seorang Cendikiawan Muslim Indonesia Nurcholish Madjid (Cak Nur) mengatakan sebagai suatu pemusatan pada tema-tema yang paling penting dalam pengalaman Nabi, Yaitu dalam konteks hubungan tugas suci beliau dengan agama-agama yang bersambungan. Yaitu ketika difirmankan, yang artinya : “Dan Kami berikan kepada Musa, Kita (Taurat) dan Kami jadikannya petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman), “Janganlah kamu mengambil (Pelindung) selain Aku. (Wahai) keturunan orang yang Kami bawa bersama Nuh. Sesungguhnya dia (Nuh) adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.” (QS Al-Isra’ [17]: 2-3).
Umat Nabi Musa
Jadi sudah ada referensi pada kitab suci Nabi Musa yang disebut Taurat. Taurat artinya hukum. Tema sentral dari ajaran Nabi Musa dari Allah memang hukum. Karena beliau harus memimpin suatu umat bekas budak. Ratusan tahun diperbudak oleh bangsa Mesir. Maka kemudian mereka mengidap mentalitas budak, yaitu tidak bisa disiplin. Budak itu hanya mau bekerja kalau ada ancaman : dicambuk, diperintah dan sebagainya. Padahal, disiplin itu menghendaki kemampuan untuk memerintah diri sendiri. Dalam bahasa Arab ada pepatah al-‘abdu yudhrabu bil-‘asba wal-hurru takfihil isyarah, budak itu harus dipukul dengan tongkat tapi kalau orang merdeka cukup dengan isyarat.
Umat seperti itulah yang dihadapi Nabi Musa. Maka dari itu, agama yang diturunkan oleh Allah kepada Musa yang relevan untuk kaumnya ialah agama hukum. Dimulai dengan turunkannya The Ten Commadements yang merupakan perjanjian antara Allah dengan Bani Israil atau mitsaq yang diturunkan di Gunung Sinai yang diisyaratkan dalam sumpah Allah dalam Surah At-Tin.
Pohon Tin sebagaimana disebut dalam ayat pertama surah A-Tin mengacu pada suatu sumber makanan utama zaman kuno di daerah pantai timur laut tengah yang seolah-olah merupakan acuan pada budaya kuno terutama budaya romawi, Yunani, Kortago, Persia dan sebagainya. Yaitu budaya-budaya aryano dan semitik.
Kemudian ayat kedua Surah At-Tin menyebut nama Zaitun. Itu mengacu pada Bukit Zaitun, yaitu bukit di Yerussalem yang dari atas bukit itu Nabi Isa pernah mengucapkan pidato yang merupakan prinsip-prinsip perikemanusiaan yang sangat tinggi, yang intinya ialah kasih antar sesama manusia.
Ayat ketiga menyebut Gunung Sinai. Di situlah tempat diturunkannya the ten commandements yang menjadi inti dan permulaan dari Taurat. Ayat keempat menyebutkan sebuah negeri yang aman. Maksudnya ialah Makkah. Jadi, referensinya kepada agama Muhammad SAW sebagai agama penghabisan.
Jadi Nabi Muhammad SAW, dibawa Israitu untuk melihat hal itu. Bahkan uuntuk diperlihatkan kepada beliau seluruh peristiwa yang direkam dalam Surah Al-Isra’ itu. Yang sebagian besar memang melibatkan Bani Israil. Maka ayat selanjutnya patut kita renungkan. “Dan kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu, “Kamu pasti akan berbuat kerusakan di bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.” Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba kami yang perkasa, lalu mereka merajalela di kampong-kampung. Dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana. (QS Al-Isra’[17]:4-5)
Masjid Al-Aqsa
Masjid Aqsa didirikan oleh Nabi Daud sekitar 200-an tahun setelah Nabi Musa. Nabi Musa hanya sampai pada tugas mendidik Bani Israil untuk taat pada hukum dengan jalan sembahyang menghadap sebuah kota yang kota itu isinya ialah teks dari The Ten Commandements. Dalam Al-Quran disebut Tabut. Kota itu ditaruh dalam kemah besar yang oleh Bani Israil disebut Miskan atau Maskan, yaitu tempat tinggal. Maksudnya, tempat tinggal Allah SWT. Suatu ide yang sama dengan ide Baytullah (rumah Allah). Bahasa Ibraninya Beitel Beit artinya rumah, el artinya Allah. Kemah besar itulah yang dalam bahasa latin disebut Taber Nakel. Yaitu, ruang besar tempat diadakan upacara-upacara suci keagamaan.
Selama 40 tahun Nabi Musa mendidik kaum seperti itu dengan korban yang luar biasa banyaknya. Ribuan orang dia bunuh karena tidak mau taat pada hukum. Tapi setelah 40 tahun, dibentuklah sebuah bangsa. Sebuah komunitas yang teratur dan tunduk pada hukum dyang dalam bahasa Ibrani disebut Medinat (bahasa Arabnya Madinah), suatu pola kehidupan menetap yang tunduk pada hukum.
Inilah modal bagi Bani Israil di bawah Daud untuk melaksanakan rencana yang lebih lanjut yaitu kembali ke Kanaan, tanah yag dijanjikan (Al-Ardh Al-Muqaddasah) dan direbutlah Yerussalem. Maka Daud pun memilih salah satu bukit di tengah Yerussalem itu yang disebut Bukit Muria. Di bukit datar itulah dia mendirikan Taber Nakel-nya tadi. Miskan yang besar dan diletakan Tabut. Maka, disana mereka sembahyang.
Suatu saat Nabi Isa pergi dari kota Kelahirannya ke Yerussalem dan masuk masjid. Beliau marah karena masjid itu begitu mewah, tetapi akhlak Bani Israil rusak. Lalu dipilih lagi satu bukit, di mana Daud mendirikan istananya. Itulah bukit Zion atau Suhyun. Maka gerakan orang Yahudi untuk pindah ke Palestina itu disebut Zionisme. Artinya kerinduan kepada Bukit Zion dimana dulu berdiri istana Nabi Daud. Dalam rangka mengembalikan kekuasaan Dinasti Daud. Karena orang Yahudi percaya bahwa sebelum kiamat ini terjadi, dunia akan dikuasai oleh anak keturunan Daud.
Ketika Nabi Sulaiman menggantikan Daud, kemah tadi itu diganti dengan bangunan yang besar, indah, dan mewah sekali. Itulah yang disebut Masgit dalam bahasa Ibraninya. Yaitu sebuah masjid yang orang-orang Makkah menyebutnya sebagai Masjid Aqsa. Karena jauh dari Makkah. Kadang-kadang juga disebut Haikal Sulaiman. Yang menjadi dasar bagi istilah Inggris Solomon Temple. Didirikan kira-kira 3000 tahun yang lalu. Berarti 1000 tahun lebih muda daripada Ka’bah di Makkah yang didirikan kembali oleh Ibrahum bersama putranya Ismail sekitar 4000 tahun yang lalu. Inilah yang dihancurkan oleh Nebukadnezar setelah berdiri sekitar 500 tahun.
Kemudian bangsa Yahudi pun diboyong ke Babilonia dan dijadikan budak. Lalu dibebaskan bangsa Persi di bawah Raja Darius yang menang perang dengan Babilonia. Orang Yahudi kemudian dibolehkan kembali ke Palestina dan mendirika kembali masjid tadi. Masjid Yerussalem itulah yang dalam literature Inggris baisa disebut The Second Temple.
Yerussalem
Ini terus berlangsung sampai zaman Nabi Isa Al-Masih. Suatu saat Nabi Isa pergi dari kota kelahirannya ke Yerussalem dan masuk masjid itu. Beliau marah karena masjid itu begitu mewah, tetapi akhlak Bani Israil rusak. Di luar masjid banyak sekali bangku-bangku lintah darat. Beliau keluar dari masjid itu dan mengutuk bahwa masjid itu akan dihancurkan Allah sambil menendangi bangku-bangku lintah darat. Kutukan itu menjadi kenyataan pada tahun 70 Masehi ketika kaisar Romawi Titus menyerbu Palestina dan menghancurkan semuanya. Itulah yang dimaksud Al-Quran ayat 4 dan 5 Surah Al-Isra’ tersebut.
Setelah itu, oleh orang Roma, Yerussalem diubah menjadi koloni Roma dan namanya diganti Aelia Capitolina. Artinya kota dari Aelius, raja dari Roma. Ini penting karena pada waktu Yerussalem (Al-Quds) jatuh ke tangan umat Islam, orang Arab itu menyebutnya Ilya’. Maka perjanjiannya pun disebut Perjanjian Ilya’. Perjanjian antara Umar dengan Patriach di Yerussalem.
Begitulah keadaanya sampai Konstantin masuk Kristen pada abad ke-3 Masehi. Hellena, ibunya Konstantin, pergi ke Yerussalem mencari-cari bekas Nabi Isa, tapi tidak ada. Ada yang mengatakan, mungkin salibnya ada di bawah sebuah tumpukan sampah yang menggunung. Diperintahkanlah untuk digali. Ternyata, katanya ada. Maka di tempat itu didirikanlah gerja kebangkitan kembali. Maksudnya, kebangkitan kembali Isa Al-Masih dari kuburnya lalu naik ke langit. Di tempat itu dipercaya sebagai tempat Nabi Isa dikubur. Lalu pada hari ketiga bangkit ke langit, seperti kepercayaan Kristen.
Kemudian Hellena memerintahkan tentaranya supaya mencari tempat paling suci bagi agama Yahudi sebagai ajang balas dendam. Maka Hellena memerintahkan agar inti dari masjid Al-Aqsa yang didirikan Nabi Sulaiman menjadi tempat pembuangan sampah selama ratusan tahun. Sampai akhirnya Yerussalem jatuh ke tangan umat Islam. Banyak sekali peristiwa sangat pentin dalam proses penyerahan Yerussalem kepada umat Islam. Termasuk perjanjian yang menjamin kebebasan beragama.
Mula-mula orang-orang Kristen melanjutkan politik Roma yang tidak mengizinkan sama sekali Bani Israil tinggal di Yerussalem. Jangankan di Yerussalem, di seluruh Palestina pun tidak. Saat itu disebut sebagai permulaan zaman Diaspora, yaitu zaman ketika orang Yahudi mengembara ke seluruh muka bumi tanpa tanah air. Terlunta-lunta. Jadi ketika Yerussalem menjadi kota Kristen, para pemimpin Kristen tidak mengizinkan orang –orang Yahudi tinggal di Yerussalem.Tetapi ketika umar menerima kota itu dan membuat perjanjian, justru Umar mengatakan : “Ini adalah kota suci tiga agama, karena itu orang Yahudi boleh tinggal di sini.”
Setelah terjadi tarik menarik, akhirnya dicapai kompromi, bahwa orang Yahudi boleh tingga di sana. Tetapi harus dipisahkan dari orang Kristen. Maka, Yerussalem pun dikapling kapling. Ada Kapling Yahudi dan ada dua kaplingnya Kristen, yaitu Armenia dan Ortodok. Kalau kita ke Yerussalem sekarang, masih ada sisanya yang disebut Quarter: Jewis Quarter, Armenian Quarter, dan Greek Quarter. Sedangkan ini kota itu ada di tangan umat Islam atau Moslem Quarter.
Satu peristiwa yang penting sekali ialah ketika Umar mengatakan kepada Patriak setelah selesai membuat perjanjian bahwa dia mau sholat syukur kepada Allah ata dibebaskannya Yerussalem. Patriak mempersilakan supaya sembahyang di gerejanya. Karena perjanjian tadi diadakan di Gereja Kiamat yang orang Inggris menyebutnya sebagai Gereja Makam Suci. Tapi Umar menolak. Lalu dia keluar dan pergi ke tangga agak jauh dari gerja itu dan di sanalah dia sholat sendiri.
Setelah selesai, dia mengatakan kepada Patriak, “Pak Patriak, tahukah Anda mengapa saya tidak mau sembahyang di gereja?” “Ya, mengapa?” Jawab Patriak. “Kita ini masih ada dalam suasana perang, kalau rakyat saya tahu bahwa saya habis sembahyang di gereja Anda, mereka akan mengira gereja ini sudah menjadi masjid. Anda akan kehilangan gereja. Karena itu saya sembahyang di sana. “
Kemudian Umar menengok pada tentaranya, “Hai tentaraku, bila tempat bersejarah di tempat ini diperingati dengan pendirian masjid, saya pesan, masjid itu tidak boleh besar dan tidak boleh ada shalat Jumat, tidak boleh ada azan, karena ada gereja itu, dan bangunannya tidak boleh lebih tinggi dari gereja itu.” Itulah wasiat Umar. Sekarang masjid itu masih ada dan bisa dilihat de depan gereja di Yerussalem.
Kemudian Umar bertanya kepada Patriak,” Dimana bekas masjidnya Nabi Sulaiman, karena Nabi kami dulu pernah berjalan di sini dan bertemu dengan semua nabi dan beliau menjadi Imam.”Mendengar itu, Patriak merasa ngeri dan ketakutan, pasti Umar nanti marah. Karena itu sudah menjadi tempat sampah. Maka oleh Patriak ditunjukkanlah tempat-tempat yang bagus. Umar menolak, “Bukan ini.” Akhirnya, terpaksa ditunjukan di Bukit Muria, yang harus dicapai dengan merangkak untuk sampai atas.
Umar pun masuk kompleks masjid itu dan dilihatnya di atas batu suci sampah menggunung yang dilemparkan orang-orang Nasrani sebagai penghinaan kepada orang Yahudi. Maka, Umar pun betul-betul marah kepada Patriak dan memerintahkannya untuk memulai pembersihan.
Setelah bersih, Umar mengatakan kepada salah satu sahabatnya, namanya Ka’ab bin Ahbar, “ Dimana kita sembahyang?” Ka’ab menunjuk tempat di sebelah utara batu suci yang baru dibersihkan itu. Umar marah karena seolah-olah Ka’ab yang memang bekas orang Yahudi itu menginginkan agar shalat masih menghadap sakhrah meskipun juga menghadap Makkah. Maka Umar pun memilih tempat sebelah selatannya. Sembahyang menghadap Makkah dengan membelakangi tempat suci orang Yahudi tadi. Yang disebut sakhrah itu notabene adalah kiblatnya Nabi Muhammad SAW, sebelum pindah ke Makkah.
Tempat itulah yang sekarang didirikan masjid oleh Ali Ibnu Malik yang kita sebut Masjid Aqsa. Masjid itu berdiri 1000 tahun yang lalu, sama dengan Borobudur. Sedangkan sakhrah tadi juga diperingati dengna sebuah monumen Islam yang paling awal. Masih berdiri sampai sekarang dan paling indah.
Sidratul Muntaha
Inilah semua yang diperlihatkan Allah SWT, kepada Nabi. Bukan pada kisah bagian terakhir itu, tetapi riwayat sebelumnya. Maka sebetulnya Nabi dengan Isra Mikraj itu napak tilas. Itu langsung disebutkan dalam Al-Quran. Begitulah maksud dari Surah Al-Isra’ yang juga disebut surah Bani Israil itu.
Kemudian Rasulullah SAW mikraj sampai ke Sidratul Muntaha. Sidrah adalah Pohon Sidrah. Dalam bahasa Inggrisnya Luth Tree. Muntaha artinya penghabisan. Pohon Sidrah adalah pohon lambing kebijaksanaan dan kearifan yang tertinggi, yang tidak ada lagi kearifan setelah itu sepanjang kemampuan manusia. Nabi melihatnya dalam bentuk pohon yang terang ketika pohon itu diliputi sesuatu.
Jadi secara misterius penghilatan Nabi tidak bisa berkutik dan hatinya tidak bisa menyimpang, malah terpukau oleh keindahan pohon itu. Inilah Sidratul Muntah. Maka (Terutama) dalam agama Semitik, ada lambang pohon terang. Pohon terang itu, adalah lambang dari Wisdom. Sama dengan yang dilihat Musa di Gurun Sinai. Pada malam hari yang sangat gelap, dia melihat api dari jauh. Musa mengatakan kepada istrinya supaya tinggal di tempat, dia mau pergi ke api itu mencari obor karena kegelapan. Ternyata setelah sampai di sana dilihatnya pohon seolah terbakar tetapi tidak terbakar. Di balik pohon itulah dia dengar suara Allah yang menyatakan dia sebagai Rasul.
Jadi sebetulnya konsep pohon terang itu ada dalam agama Yahudi, Nasrani dan Islam. Kalau orang Nasrani memperingati Natal dengan pohon terang, tidak ada salahnya orang Islam memperingati Isra Mikraj dengan pohon terang. Itu Pohon Sidrah. Tapi yang lebih penting ialah Nabi yang sudah sampai ke Sidratul Muntah, yang sudah sampai kepada puncak pengetahuan dan kearifan, masih diajari Allah supaya berdoa, “ Ya Tuhan, tambahilah ilmuku.” Karena ilmu tidak akan habis. Oleh karena itu, begitu pulang dari sana, Nabi diperintahkan untuk shalat.
Dalam shalat, bacaan yang paling penting adalah Al-Fatihah. Dalam Al-Fatihah, bacaan yang terpenting adalah memohon petunjuk ihdinash-Shirathal-Mustaqim. Karena kebenaran itu tidak mudah diperoleh Setiap kali kita harus bertanya kepada Tuhan. Ujungnya ialah bahwa kita harus cukup rendah hati.Kita selalu mempunyai kemungkinan untuk salah dan tidak akan mungkin mengetahui kebenaran mutlak. Sehingga dalam bergaul sehari-hari kita harus demokratis. Yaitu mau mendengarkan pendapat orang sebagaimana kita mempunyai hak untuk menyatakan pendapat kepada orang. Maka sebetulnya shalat dengan inti ihdinash-shirathal mustaqim. Kalau kita memohon petunjuk kepada Allah, kita harus membersihkan diri dari pengakuan bahwa kita sudah tahu. (***)