OLAHRAGA

Bola: Final Liga Kampung yang Menyatukan Hati

BritaBrita.com, PALEMBANG – Lapangan berdebu di pinggiran kota itu bukan stadion mewah, namun pada Minggu sore kemarin (4/5-2025), tempat itu berubah menjadi ruang harapan, panggung perjuangan, sekaligus simbol perdamaian warga.

Final Liga Kampung RT 07 vs RT 09 menyajikan lebih dari sekadar pertandingan sepak bola — ia menjadi momentum kebersamaan yang jarang terlihat di tengah keseharian yang penuh sekat.

Semangat yang Menyala

Rio (19), gelandang muda dari RT 09, mencetak satu-satunya gol kemenangan. Ia bukan bintang di sekolah, bahkan sempat putus pendidikan karena ekonomi. Tapi di lapangan bola, ia menemukan arti dirinya.

“Waktu gol itu masuk, semua orang panggil nama anak saya. Saya nangis. Baru kali ini dia dibanggakan,” ujar Siti, ibunya, kepada BritaBrita dengan mata berkaca.

Rio tak bermain untuk bonus, karena tak ada yang memberi. Ia bermain demi harga diri dan sorak kampungnya. Itulah yang membuat sepak bola di level akar rumput begitu tulus dan menggugah.

Baca Juga  Prestasi Gemilang, Polda Sumsel Menangi QRIS Sriwijaya Badminton Cup
Semangat Kolektif

Tim RT 09 dilatih Pak Nur, sopir angkot yang belajar taktik dari video YouTube. Ia memasang formasi tak biasa: 3-2-3-2. Bagi sebagian orang ini ngawur, tapi bagi mereka, ini jalan untuk menyesuaikan karakter pemain. Saya sempat tertawa dengan kocak fomasinya ini. Sebab ia juga kayak ngawur gitu.

“Saya lihat siapa yang cepat, siapa yang keras kepala, siapa yang sabar. Formasinya disesuaikan sama itu,” katanya sambil tersenyum.

Pak Nur tak hanya melatih strategi, tapi juga menyemai semangat kolektif. “Main bola itu soal kerja sama dan percaya. Bukan soal menang, tapi soal main bareng,” ucapnya.

Persatuan yang Nyata, Bukan Basa-Basi Politik

Yang menarik, final ini mempertemukan dua RT yang sempat berseteru karena masalah batas tanah. Dulu saling tak sapa, kini duduk berdampingan di tribun bambu, sama-sama berteriak mendukung anak-anak mereka.

Baca Juga  Dampak kebijakan Donald Trump, Pelemahan Nilai Tukar Rupiah

Usai pertandingan, panitia menggelar makan bersama. Tak ada protokol, hanya nasi bungkus, tawa, dan pelukan. Bahkan, tokoh dua RT sepakat membentuk koperasi pemuda bersama — efek lanjutan dari sepak bola yang menyatukan.

Ketika Sepak Bola dan Ruang Sosial 

Di tengah gemuruh politik nasional dan hiruk-pikuk digital, sepak bola kampung ini menjadi oase. Ia menunjukkan bahwa harmoni sosial tak selalu butuh anggaran besar — cukup ruang bermain, rasa percaya, dan kemauan untuk duduk bersama.

Ketika stadion besar dipenuhi sponsor dan sensor, lapangan kecil ini menyuarakan hal yang lebih jujur: bahwa sepak bola sejatinya tentang manusia, bukan semata hasil akhir yang bicaea soal menang saja.

Penulis & Editor: Bangun Lubis 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button