Uncategorized

Fenomena Gerhana Bulan Super Blue Blood Moon Terjadi 152 Tahun Silam

BritaBrita.com,MANGUPURA –Gerhana bulan total atau disebut Bulan Super Darah Biru (Super Blue Blood Moon) akan menghiasi malam di penghujung Januari, Rabu (31/1) malam ini.

Fenomena ini tergolong gerhana perigee, yaitu gerhana bulan total yang terjadi saat bulan berada pada posisi paling dekat dengan bumi dan muncul secara penuh (purnama).

Kepala Sub Bidang Pengumpulan dan Penyebaran BBMKG Wilayah III Denpasar, Ardhianto Septiadhi, menjelaskan fenomena alam ini terjadi terakhir pada 152 tahun lalu tepatnya 31 Maret 1866.

Ardhianto pun menyebutnya sebagai gerhana bulan terbesar seabad ini.

Fenomena alam inipun tergolong langka ini karena tiga peristiwa terjadi dalam waktu bersamaan; yaitu super moon, blue moon, dan blood moon.

Gerhana bulan
Gerhana bulan (net)

Pertama, disebut super moon karena posisi bulan berada di titik terdekat dengan bumi. Hal ini menyebabkan penampakan bulan akan terlihat lebih besar dari normalnya.

Kedua, disebut blue moon karena dalam satu bulan ini, yaitu Januari, terjadi dua kali bulan purnama.

Ketiga, penyematan istilah blood moon mengingat dalam gerhana bulan total, cahaya matahari yang sampai ke bulan tertutup oleh bumi. Hal ini menyebabkan bulan tidak dapat menerima sinar matahari.

“Namun karena adanya atmosfer, cahaya matahari masih dipantulkan sehingga seolah-olah berwarna merah seperti darah. Jadi, disebut Super Blue Blood Moon,” ujar Ardhianto ketika ditemui di BBMKG Wilayah III Denpasar, Kuta, Badung, Selasa (30/1).

Ardhianto menjelaskan, apabila cuaca normal, fenomena ini akan dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia, termasuk Bali.

Super Blue Blood Moon akan diawali dengan gerhana bulan sebagian pada pukul 19.48 Wita, dilanjutkan dengan gerhana bulan total pada 20.51 hingga 22.07 Wita; dan gerhana total berakhir pada 23.11 Wita. Setelah gerhana, bulan akan terlihat seperti biasa lagi.

“Tapi tetap supermoon, yaitu penampakan bulan terlihat 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih terang dari normal,” imbuhnya.

Ia menambahkan, tidak ada dampak secara kebencanaan dari fenomena ini. Dampak langsungnya, kata dia, adalah kenaikan pasang surut air laut.

Hal tergolong wajar karena pasang surut air laut dipengaruhi oleh gravitasi bulan.

Berdasarkan pantauan BBMKG Wilayah III Denpasar, Dampak pasang surut air laut terhadap wilayah Bali sejauh ini tidak terlalu signifikan.

“Yang paling penting, masyarakat tdak perlu takut dengan hoax yang dikaitkan dengan kebencanaan,” ujarnya.

Super Blue Blood Moon juga disebut-sebut tidak membahayakan sebagaimana sering terjadi dalam gerhana matahari.

“Gerhana bulan aman untuk dilihat. Jadi, besok (malam ini, red) itu kita bisa wisata fenomena alam untuk di wilayah Indonesia,” tandasnya.

Dua Purnama

Di bulan Januari ini juga terjadi dua kali purnama, yakni 1 dan 31 Januari. Purnama kedua bertepatan dengan gerhana bulan total.

Menurut Pengamat Geofisika Stasiun Geofisika Sanglah, I Putu Dedy Pratama, kejadian dua purnama di bulan yang sama ini dikenal dengan istilah bluemoon.

“Jadi pada saat bluemoon nanti bulan tidak akan nampak biru namun tetap seperti purnama biasanya,” kata Dedy.

Sementara bulan Februari karena tidak ada bulan purnama disebut blackmoon.

Tahun 2018 akan terjadi dua kali bluemoon yaitu pada Januari dan Maret 2018 dengan kejadian purnama yang sama yaitu di tanggal 1 dan 31 secara kalender Bali atau tanggal 2 dan 31 secara astronomis.

Menurut Dedy, perbedaan tanggal kejadian purnama ini karena adanya perbedaan sistem perhitungan fase bulan antara kalender Saka Bali dan astronomi.

“Kalender Bali menggunakan sistem aritmatika sehingga memungkinkan adanya istilah tilem mecaling yang menandakan masih ada kenampakan bulan saat bulan mati,” imbuh Dedy.

Dedy juga menambahkan, gerhana bulan total yang bertepatan dengan bluemoon pernah terjadi 152 tahun yang lalu. Tepatnya tanggal 31 Maret 1866.

Namun fenomena ini menurutnya bukan siklus perulangan. Setiap daerah mempunyai waktu kejadian gerhana yang berbeda-beda.

Untuk wilayah Denpasar, Gerhana mulai pada pukul 18.49 Wita saat bulan sudah terbit dan hanya berselisih 2 menit dari terbenamnya Matahari pada pukul 18.47 Wita.

Dedy menambahkan, pada tanggal 31 Januari 2018 bulan terbit di Bali pada pukul 18.37 Wita dengan posisi di arah timur sedikit ke utara yaitu pada sudut azimuth 72 derajat terhadap utara.

Tahap keseluruhan gerhana adalah 5 jam 20 menit, namun durasi gerhana bulan totalnya selama 1 jam 16 menit untuk wilayah Denpasar.

“Puncak gerhana terjadi pada pukul 21.30 Wita, bersiaplah menanti 40 menit sebelum dan setelah pukul 21.30 Wita nantinya,” imbuhnya seperti dinukil dalam laman tribunnews.com.

Dalam rentang tahun 2000-2050 menurut Dedy, telah dan akan terjadi 113 gerhana bulan. Sembilan di antaranya merupakan gerhana bulan total perigee atau gerhana bulan total yang bersamaan dengan supermoon.

Gerhana bulan total yang terjadi saat supermoon sebelumnya terjadi pada 28 September 2015, yang bertepatan dengan berakhirnya gerhana bulan tetrad yaitu empat gerhana bulan total yang terjadi secara berturut-turut.

Gerhana bulan total supermoon berikutnya akan terjadi pada 8 Oktober 2033.

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button