PALEMBANGSUMSEL

Gegara Ganti Nama, Masjid Agung Palembang Tak Lagi Masuk Cagar Budaya. Ini Penjelasannya

BritaBrita.com,Palembang – Perubahan nama Masjid Agung Palembang menjadi Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo pada Februari 2019 lali mengakibatkan tidak masuknya Masjid Agung sebagai cagar budaya di Palembang.

Sebelumnya, Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo memiliki nama yang terkenal dengan sebutan Masjid Agung.

Masjid Agung yang berlokasi berdekatan dengan Jembatan Ampera ini telah berusia ratusan tahun yaitu pada tahun 115 H atau 26 Mei 1748 M dibangun langsung oleh Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo

Menurut Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Palembang, Dr Retno, mengatakan, tidak masuknya Masjid Agung sebagai objek cagar budaya dikarenakan ada perubahan nama yang sebelumnya bernama Masjid Agung menjadi Masjid Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikromo yang dilakukan pada Februari 2019 lalu.

“Kalau dari catatan sejarah namanya tetap Masjid Agung, walaupun dibangun pada masa Sultan Jayo Wikramo. Sesuai data dan arsip sejarah yang ada nama yang tercatat adalah Masjid Agung,” kata Retnonya.

Retno menjelaskan, agar Masjid Agung Palembang bisa menjadi objek Cagar Budaya, nama asli dari Masjid ini harus dikembalikan seperti semula.

Berdasarkan catatan sejarah dan di berkas yang tertulis, ia mengaku tidak ada nama sultan SMB Jayo Wikromo yang disematkan di nama bangunan bersejarah tersebut.

“Masjid Agung tidak ada sumber sejarah yang mengatakan atau memasukkan nama Sultan SMB Jayo Wikramo. Kami berdasarkan hal itu, ” tegasnya.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Yayasan Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo Palembang Sarnubi mengatakan tidak ada pengaruh bagi masjid mengenai masuk atau tidaknya Masjid Agung ke dalam cagar budaya.

” Untuk masalah nama, tidak ada kami mengganti nama. Masjid agung sendiri di Indonesia ini banyak bertebaran dimana mana. Namun, Masjid Agung ini Namanya Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin jayo Wikramo yang didirikan langsung oleh beliau,”katanya.

Menurutnya, Justru jika ingin mengembalikan budaya, nama Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo justru memperkuat bukti aset sejarah yang didirikan dan dibangun oleh Sultan itu sendiri.

Masjid agung ini, tambahnya menjaga Ukhuwah islamiyah, menjaga eksistensi agama islam, dan membina umat untuk melaksanakan ibadah yang baik dan benar menurut keyakinan kita (ahli sunnah wal jamaah menggunakan ma’had mazhab).

“Cagar budaya itu urusan kebudayaan bukan urusan masjid. Tidak ada nilai lebih
justru dengan nama itu memperkuat, masjid agung ada di mana mana, sedangkan masjid agung ini yang mendirikannya Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo, nama asli diberikan gelar oleh masyarakat pada masa itu,”katanya

Ia mengatakan, Pengurus masjid masih menjaga keaslian bentuk yang didirikan Sultan yautu terletak di bagian tengah masjid, serta tradisi tetap dilaksanakan seperti pada masa sultan.

Reporter : Tri Jumartini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button