Uncategorized

Semoga Lelah Jadi Berkah

Kisah Karandaz Mahasiswa "Penjagal" Ayam

BUNYI alarm handphone memecah keheningan malam. Karandaz langsung meraih ponsel pintarnya dan melihat jam menunjukan pukul 03:00 WIB dini hari.

Dia pun langsung beranjak dari tempat tidur mencuci muka untuk menghilangkan rasa kantuk.

Seperti biasanya dingin malam bukanlah rintangan bagi Karandaz. Pria muda usia di awal 20 tahun ini harus segera membantu orangtuanya untuk berjualan ayam di Pasar 26 Ilir Palembang.

“Kami biasanya, ayah dan adik langsung mengambil ayam di kandang ayam induk, sementara saya menuju pasar untuk mempersiapkan peralatan dan mesin untuk membersihkan ayam,” katanya.

Karandaz pun lanjut bercerita, keluarganya memiliki menjalani peran masing-masing.

Adiknya nomor dua yang bernama Bilaldaz menemani sang ayah mengambil ayam di kandang ayam induk. Sedangkan Karandaz sebagai juru jagal ayam atau sebagai tukang sembelih ayam.

“Adik perempuan saya Devidaz yang mengurus seluruh kegiatan rumah tangga,” katanya.

Ayahnya dituturkan Karandaz menjadi ujung tombak dalam bisnis menjual ayam yang memang menjadi sumber utama pemasukan keluarga ini. Mereka senantiasa kompak menjalani peran masing-masing meski memang tidak mudah.

“Terkadang rasa kantuk dan malas terlebih lagi memang kurang dalam untuk jam tidur dan kami harus melanjutkan kegiatan belajar pagi hari,” katanya.

Namun, semua kendala itu terus dihalau Karandaz. Apalagi almarhum ibunya berpesan seorang lelaki memang harus bekerja dan tetap mengutamakan pendidikan.

“Pesan almarhumah inilah yang menjadi lecutan bagi saya,” katanya.

Sebagai penyandang difabilitas dengan kondisi kaki yang kurang sempurna, semua itu bukan penghalang bagi Karandaz.Bersama adik perempuannya Devidaz, dia saat ini berkuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah di Kota Palembang.

Sementara adiknya Bilaldaz menempuh pendidikan di salah satu sekolah menengah pertama negeri. Kesahajaan lelaki 21 tahun yang mengaku suka dengan tokoh fiksi Genji di film Crow Zero inilah yang menjadikan kehadirannya senantiasa ditunggu rekan-rekan sekelasnya.

Selain ramah Karandaz sering melempar joke- joke “pasar” dan kelasnya menjadi penuh tawa.

Tidak Pernah Bolos

Soal pendidikan, Karandaz memang tidak pernah setengah-setengah. Terbukti walaupun sembari bekerja tetapi dia tidak pernah membolos untuk setiap mata kuliah yang diikutinya. “Kalau datang telat sih ada memang, bahkan seringkali,” katanya, kali ini sembari tersipu malu.

Sadar bahwa tugas ayahnya sebagai orangtua tunggal tidaklah mudah, Karandaz pun berusaha tidak menyusahkan. Ia tidak pernah meminta uang dari ayahnya, sekali pun untuk bayaran kuliah.

“Dengan kemauan keras dan ketekunan apa pun bisa kita . Saya sadar buka orang pintar namun saya yakin dan sangat bersyukur sudah bisa mencapai semester 6 dengan cukup baik,” katanya.

Karandaz pun berdoa dan senantiasa berharap kepada Allah SWT semoga semua lelahnya saat ini menuai berkah.

“Tekad saya harus jadi sarjana dan bisa membanggakan orangtua dan bisa berguna untuk orang banyak. Bisa kuliah ini suatu kebanggaan bagi saya,” pungkasnya di akhir perbincangan. (Hendi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button