Uncategorized

Kilas Balik Sejarah Perjuangan Masyarakat Aceh Terhadap NKRI.

 

TATKALA Yogyakarta, pusat pemerintahan Republik Indonesia, diduduki oleh Belanda dan Presiden dan wakil Presiden Republik Indonesia ditawan, perhubungan antara Republik Indonesia dengan dunia luar menjadi terputus.

Albar Santosa Subari

Suara RRI Yogyakarta yang selama ini berkumandang di udara menyampaikan perjuangan bangsa Indonesia ke seluruh dunia menjadi bungkam.

Oleh karena itu, segera tugas ini diambil alih oleh RRI Kutaraja. Dua buah pemancar radio yang tersembunyi sebagai radio perjuangan, mengumandangkan suara pemerintah dan rakyat Indonesia yang sedang berjuang ke luar negeri.

Sebagai akibat ditawan nya Presiden dan wakil Presiden maka dibentuklah Pemerintahan Darurat Republik Indonesia ( PDRI) yang pada mulanya berkedudukan di Bukit Tinggi, akan tetapi karena alasan keamanan, dipindahkan ke Kutaraja, Aceh.

Staf Angkatan Laut dan staf Angkatan Udara pun pindah ke Kutaraja.
Semua perbelanjaan, baik PDRI maupun bagi staf Angkatan Laut dan Udara ditanggung oleh rakyat Aceh.

Bahkan perbelanjaan Dr. Sudarsono di India dan L.N. Palar di PBB New York ditanggung oleh rakyat Aceh. Maka tidak sedikit dollar yang mengalir dari Aceh ke India dan New York untuk perjuangan Republik Indonesia.

Mengenai hal ini kita kutip ucapan Kolonel M.Jasin, Panglima Kodam I/ Iskandar muda, sebagai berikut:
” Ketika hampir seluruh Indonesia diduduki Belanda kembali, tinggallah daerah Aceh lagi yang tidak diduduki.

Baca Juga  Polda Sumsel Bongkar Jaringan Konten Porno, Ayah dan Anak Jadi Tersangka

Daerah ini ketika itu menjadi modal perjuangan politik bagi Pakar di UNO, Dr, Sudarsono di India dan Mr. Syafruddin Prawiranegara dengan PDRI nya untuk menonjolkan kepada dunia, bahwa Republik Indonesia masih mempunyai daerah de facto yang lebih luas dari daerah Belanda sendiri, sehingga daerah Aceh dijadikan modal dalam melanjutkan dan menegakkan Proklamasi 17 Agustus 1945, sesuai dengan julukan Paduka Yang Mulia Presiden Soekarno pada waktu itu bahwa Aceh daerah modal.

(Khutbah Iftitah Kol. M.Jasin pada masyarakat kerukunan rakyat Aceh tanggal 28 Desember 1962 di Kutaraja, dalam M. Nur El Ibrahimy, 1982).
Suatu sumbangan yang tidak ada tatanya bagi perjuangan Republik Indonesia, sebagai mana sudah diketahui oleh umum, yaitu dollar untuk membeli dua buah pesawat terbang.

Yang sudah dibeli dan berjasa beroperasi untuk kepentingan perjuangan Republik Indonesia ialah pesawat yang bernama ” Seulawah” I.

Pada waktu wilayah negara kita diduduki oleh Belanda, pesawat tersebut dioperasi kan di luar negeri atas nama Indonesia Air Ways di bawah pimpinan Komodor Udara Wiweko Supono,

Sedangkan yang satunya lagi tidak pernah muncul muncul. Entah di mana menghilang nya itu.

Baca Juga  Nasi Mandi dan Cinta dalam Sepiring Kenangan Di Thaif

Orang akan terharu apabila mendengar kisah pengumpulan dana bagi pembelian dua buah pesawat terbang ini.

Konon pembelian nya terjadi karena dua patah kata yang keluar dari mulut kepala negara Presiden Soekarno, yang pada waktu itu ( tahun 1947) pertama kali berkunjung ke Aceh.

Dalam suatu pertemuan beliau berucap sebagai berikut: Alangkah baiknya jika Indonesia mempunyai kapal udara untuk memperkuat pertahanan negara dan mempererat hubungan antara pulau dan pulau ” .

Berapa jam kemudian pemimpin pemimpin Aceh mengadakan perembukan. Dalam satu hari saja telah terkumpul dollar yang cukup untuk membeli dua buah pesawat udara.
Ketika Yogyakarta dikembalikan kepada pemerintah Republik Indonesia, pemerintah hampir dapat mengongsikan dirinya lagi.

Dengan maksud supaya roda pemerintahan dapat berjalan kembali, maka dari rakyat Aceh telah mengalir ke Yogyakarta sumbangan sumbangan berupa uang, alat alat kantor, seperti mesin tulis dan lain sebagainya serta obat obatan.

Termasuk obat obatan yang diperlukan oleh Panglima Besar Jenderal Sudirman, atas perintah Kepala Rumah Sakit Umum di Kutaraja untuk mengirimkan 40 flacon ( botol) obat suntik streptomisin untuk keperluan penyakit beliau ( surat Panglima Besar Jenderal Sudirman kepada Dr. Mahyudin, Kepala Rumah Sakit Umum Kutaraja – idem).

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button