Dari Makam Pangeran Sido Ing Rejek, Unsri Bangkitkan Semangat Guru OI Menulis Sejarah Lokal Lewat Teknologi Digital

BritaBrita.com, Sakatiga, Ogan Ilir (24/10) — Di bawah rindang pepohonan di kompleks makam **Pangeran Sido Ing Rejek**, semangat menggali sejarah kembali menyala. Tim Pendidikan Sejarah **Universitas Sriwijaya (Unsri)** mengajak para guru sejarah se-Kabupaten Ogan Ilir menelusuri jejak **Marga Sakatiga** untuk memperkaya pembelajaran berbasis sejarah lokal melalui teknologi digital.
Kegiatan bertajuk *“Pembuatan Bahan Ajar History E-Magazine Berbasis Wakelet: Materi Sejarah Lokal Marga Sakatiga dan Pangeran Sido Ing Rejek”* ini merupakan bagian dari **Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Skema Berbasis Masyarakat Unsri Tahun 2025**.
Tim diketuai oleh **Dr. Dedi Irwanto**, dengan anggota **Prof. Farida**, **Dr. Syafruddin Yusuf**, **Dr. Agustina Bidarti**, dan **Taofiq Kurrahman, M.Hum.**
Guru Harus Jadi Peneliti Sejarah Daerahnya Sendiri
Ketua tim, **Dr. Dedi Irwanto**, menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar pelatihan di ruang kelas, tetapi juga riset lapangan yang menghubungkan guru dengan akar sejarah daerahnya.
> “Kami mengajak guru untuk mengobservasi, mewawancarai narasumber lokal, mencari sumber sejarah, dan menulis kisah Marga Sakatiga yang berkaitan dengan peninggalan makam Pangeran Sido Ing Rejek,” ujarnya.
Menurutnya, guru tidak hanya menjadi pengajar, tetapi juga **peneliti sejarah daerahnya sendiri**, agar pembelajaran di kelas menjadi lebih hidup dan bermakna.
**Sejarah Lokal: Cermin Identitas dan Kearifan Daerah**
Guru Besar Pendidikan Sejarah Unsri, **Prof. Farida**, menekankan pentingnya mengajarkan sejarah yang dekat dengan kehidupan siswa.
> “Sejarah lokal yang dekat dengan asal dan tempat tinggal siswa memuat pengetahuan budaya dan kearifan lokal. Melalui pembelajaran ini, siswa dapat menganalisis masalah masa lalu dan menemukan solusi masa kini berdasarkan nilai-nilai lokal,” jelasnya.
Sebagai bagian dari kegiatan lapangan, peserta diajak mengunjungi **Rumah Pasirah Pangeran Syafi’i Jayadiningrat**, bangunan peninggalan tahun 1923, serta **makam Pangeran Sido Ing Rejek** — satu-satunya Sultan Palembang yang dimakamkan di luar Kota Palembang.
Ketua MGMP Sejarah Ogan Ilir, **Riska Pria Utama**, mengungkapkan kekagumannya terhadap rumah bersejarah tersebut.
> “Sayang kalau rumah ini roboh. Pemda Ogan Ilir sebaiknya menetapkannya sebagai Cagar Budaya dan menjadikannya Museum Caram Seguguk OI,” ujarnya.
Peserta lain, **Tedi Suhandika**, juga menuturkan rasa harunya setelah mengetahui kisah sang pangeran.
> “Pangeran Sido Ing Rejek adalah satu-satunya Sultan Palembang yang dimakamkan di Ogan Ilir. Ini penting dipelajari agar siswa memahami sejarah Palembang dan Ogan Ilir secara utuh,” katanya.
**Menumbuhkan Kebanggaan dan Kesadaran Sejarah**
Melalui kegiatan ini, Tim Pendidikan Sejarah Unsri berharap para guru dapat **menumbuhkan kembali semangat menulis sejarah lokal** serta memperkaya bahan ajar berbasis nilai budaya daerah dengan bantuan teknologi digital.
> “Kami ingin agar pembelajaran sejarah di sekolah tidak sekadar hafalan, tetapi menjadi sarana membangun identitas, kebanggaan daerah, dan literasi sejarah digital,” tutup Dr. Dedi Irwanto.
Para peserta MGMP Sejarah Ogan Ilir pun mengaku merasakan manfaat besar dari kegiatan ini.
> “Selain menambah pengetahuan dan kesadaran sejarah daerah kami, kegiatan ini juga membentuk kebanggaan daerah di kalangan siswa. Bahkan, beberapa konsep lokal seperti asal-usul nama *Sakatiga* — yang berasal dari *suku tiga* atau *saketige* yakni Penesak, Belide, dan Mataram — selama ini luput kami ajarkan. Ini penting untuk diketahui siswa,” pungkas **Muzzakir Riza**, salah satu peserta kegiatan.*(Dud)*



