Wafat di Tanah Suci Keagungan H Azom Hasan di Akhir Nafas

RABU senja, 11 Juni 2025, pukul 18.30 waktu Makkah, RS Malik Abdul Aziz menyaksikan keheningan yang penuh makna. Bapak Azom Hasan—jamaah reguler ONH kloter PLM 19 asal Palembang Indonesia—menutup mata untuk selamanya setelah kembali dari Arafah–Muzdalifah – Mina, sebelum sempat melaksanakan thawaf ifâdhah. Meninggal di tengah perjalanan ibadah suci, kematiannya bukanlah sebuah tragedi biasa, melainkan sebuah kisah husnul khatimah yang penuh keagungan.
Menurut KH Agus Jaya ,Lc, M. Hum, Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI) Kloter PLM 19 Sumsel, usia almarhum Azom Hasan, sekitar 71 tahun. Rangkaian ritual haji terakhirnya berakhir di Mekah, tempat paling dimuliakan umat Islam. Di sanalah jasad Bapak Azom berhenti, tepat sebelum melengkapi ibadah thawaf ifâdhah, simbol kedekatan spiritual dan keikhlasan jiwa.
Rahasia di Balik Usia & Takdir Kematian
Di usia senja dan bertubi dalam proses haji yang padat, Bapak Azom dipanggil Allah dalam keadaan fitrah—sebuah akhir yang diidamkan: meninggal saat sibuk mengabdi iman.
Kematian yang alami dan wajar, dalam takdir-Nya, bukan akibat paksaan kondisi; justru menjadi tanda istimewa atas kesungguhan niat dan usaha selama hidup.
Keutamaan Wafat di Waktu & Tempat Mulia
1. Pahala Haji Mengalir Selamanya
Kendati belum menuntaskan thawaf ifâdhah, pahala haji tetap terhitung hingga akhir zaman karena wafat saat ritual berlangsung .
2. Kesempatan Mendapat Syafaat Nabi ﷺ
Nabi SAW bersabda, “Barang siapa meninggal di Tanah Haram… maka ia berhak mendapatkan syafaatku…” .
3. Dibangkitkan dalam Talbiyah
Mandi jenazah khusus tanpa penutup kepala agar ia dibangkitkan dalam keadaan mengumandangkan talbiyah—simbol dirinya tetap berdzikir saat hari kebangkitan nanti .
Kematian yang Diidamkan: Husnul Khatimah & Keagungan Spiritual
Ibadah haji adalah puncak spiritual; wafat dalam prosesnya adalah waktu dan cara terbaik mengakhiri hidup sebagai muslim—ditutup dengan ridho Allah.
Banyak ulama menjelaskan bahwa meninggal di Tanah Suci adalah harapan setiap muslim karena mengarah pada husnul khatimah dan—menurut sebagian riwayat—didekatkan dengan kematian syahid.
Kegiatan Suci & Sarana Bertemu Sang Khalik
Bapak Azom wafat setelah Armuzna, menunggu untuk thawaf ifâdhah: sebuah momen spiritual puncak dalam rangkaian ibadah haji.
Kematian di tengah ritual tersebut menjadi jalan langsung menuju Allah, seolah jiwa beliau telah menyebrangi batas dunia untuk bertemu-Nya.
Refleksi: Pesan dari Kepergian Bapak Azom
Keluarga merasakan duka sekaligus kebanggaan spiritual: ayah mereka pulang tanpa debu hisab, disambut syurga dari-Nya.
Bagi jamaah lain, ini pengingat untuk mempersiapkan baik secara fisik, batin, dan spiritual—agar siap kapan pun ajal tiba.
Kematian dalam ibadah adalah tanda keikhlasan dan pengabdian akhir; rencana terbaik bukan pada tempat semata, tapi kualitas hidup dan niat.
Kisah Bapak Azom Hasan adalah bukti bahwa kematian—terlebih di Tanah Suci—dapat menjadi penutup terbaik untuk perjalanan iman seseorang. Wafat di RS Malik Abdul Aziz, tepat sebelum thawaf ifâdhah, adalah akhir yang dipilih Sang Khalik: mengalirkan pahala haji tanpa batas, dibebaskan dari hisab, diberi syafaat Nabi ﷺ, dan dibangkitkan dalam talbiyah. Semoga kematiannya memberi inspirasi dan pengingat bagi kita semua untuk menyiapkan diri setiap detik agar tiba dalam keadaan husnul khatimah, dimanapun kita berada. (ica)