Hidup dalam Allah

Hidup dalam Allah
Oleh: Albar Santosa Subari – Tokoh Agama Sumsel
Hidup dalam Allah berarti hidup di bawah petunjuk, bimbingan, tuntunan, pertolongan, dan perlindungan-Nya. Hidup dalam Allah juga berarti hidup karena Allah, bersama Allah, dan untuk Allah.
Allah menghendaki agar manusia hidup semata-mata untuk-Nya. Sebagaimana firman-Nya:
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An’am: 162)
Hidup untuk Allah adalah hidup yang dijalani sesuai dengan petunjuk-Nya, agar manusia menempuh jalan yang benar, mencapai tujuan hidup yang hakiki, dan terhindar dari penyimpangan serta jurang kehancuran.
Sesungguhnya, ketaatan kepada Allah pada akhirnya kembali untuk kebaikan manusia itu sendiri.
Allah tidak membutuhkan sesuatu pun dari hamba-Nya, sebaliknya manusia lah yang selalu membutuhkan Allah – kekuatan-Nya, pertolongan-Nya, dan perlindungan-Nya. Tanpa Allah, manusia tidak akan mampu bertahan hidup.
Allah juga menghendaki manusia hidup dalam petunjuk-Nya agar mampu menghindarkan diri dari godaan setan, musuh abadi yang selalu berusaha menjerumuskan manusia.
Setan bisa menjelma dalam berbagai rupa, menggiring manusia agar lalai, durhaka, bahkan melupakan Allah.
Hidup dalam Allah juga bermakna hidup bersama Allah – bersama kekuatan-Nya, bersama ilmu-Nya, bersama kehendak-Nya. Inilah hidup yang paling aman dan menyenangkan.
Aman, karena ada keyakinan bahwa Allah Mahakuasa melindungi dari segala gangguan. Menyenangkan, karena hati selalu bersandar pada pertolongan Allah. Bersama pertolongan-Nya, yang berat terasa ringan, yang sulit menjadi mudah, dan yang mustahil bisa menjadi mungkin.
Kesadaran untuk hidup dalam Allah juga menghadirkan pandangan bahwa segala sesuatu di alam semesta ini tidaklah kekal. Kesadaran ini melapangkan hati, menguatkan jiwa, dan menjernihkan pikiran, sehingga hidup dapat dijalani dengan tenang.
Lebih jauh, hidup dalam Allah akan semakin sempurna jika dibarengi pemahaman mendalam terhadap syariat Allah. Syariat adalah petunjuk dan aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan sesama makhluk sekaligus dengan Sang Pencipta.
Syariat ini termaktub dalam Al-Qur’an dan Sunnah, dan dapat dipelajari oleh siapa saja yang menghendakinya. Maka, tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak hidup dalam Allah.
Pada akhirnya, hidup dalam Allah menuntun manusia untuk menyadari bahwa ia tidak pernah berada di luar kekuasaan, ilmu, dan kehendak Allah. Segala hidup, gerak, dan aktivitasnya terjadi hanya dengan izin-Nya.
Saat itu, manusia merasakan kebenaran kalimat *“laa haula wa laa quwwata illa billah”* – tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah – tanpa kehilangan kehendaknya sendiri yang terbatas.
Semoga Allah memudahkan kita semua untuk hidup dalam naungan kekuatan, pengetahuan, dan kehendak-Nya yang tiada terbatas, sembari tetap menjaga ikhtiar kita sebagai hamba. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin.