Melontar, Simbol Penghambaan Kepada Allah

MELONTAR jumrah di Jamarat bukan sekadar ritual simbolik melempar batu ke tiga pilar yang mewakili godaan dan tipu daya setan. Di balik lontaran itu, tersimpan perjuangan fisik dan batin yang luar biasa—sebuah manifestasi ketaatan total kepada perintah Allah.
Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI) Kloter 19 PLM Sumsel, KH Agus Jaya , Lc, M. Hum yang sedang berada di Mina melaporkan, bahwa perjalanan dari tenda-tenda Mina menuju kompleks Jamarat bukan hal ringan. Jarak yang jauh harus ditempuh dengan berjalan kaki menyusuri jalan yang panas menyengat. Suhu bisa mencapai lebih dari 40°C, menembus kulit dan menguras tenaga. Setiap langkah terasa berat di antara debu, panas, dan lautan manusia yang bergerak perlahan tapi terus memadat.
Di terowongan menuju dan dari Jamarat, pemandangan kelelahan begitu nyata. Banyak jamaah yang terkulai kehabisan tenaga, duduk lemas di pinggir dinding, sebagian pingsan karena dehidrasi dan kepadatan. Petugas medis dan relawan terus siaga, memberi air dan pertolongan pertama kepada mereka yang tumbang di tengah jalan.
Saat tiba di Jamarat, lautan manusia mengalir seperti arus deras. Tubuh saling bergesekan, ruang menjadi sempit, dan setiap lontaran membutuhkan kekuatan lebih dari sekadar otot—dibutuhkan niat yang kokoh dan hati yang teguh. Setiap batu yang dilempar bukan hanya mengusir setan, tapi juga melemparkan hawa nafsu, keangkuhan, dan dosa-dosa yang tersembunyi di relung diri.
Namun, di tengah semua itu, terpancar semangat yang tak bisa dipadamkan. Wajah-wajah jamaah yang kepayahan tetap menyimpan cahaya keteguhan. Tak sedikit yang berjalan sambil menahan sakit, menggenggam batu dengan tangan gemetar, namun tetap teguh melontarkannya. Mereka sadar, ini bukan sekadar perjalanan tubuh—ini adalah perjalanan jiwa menuju penghambaan sejati.
Melontar jumrah di Mina bukan hanya tentang batu dan sasaran, tapi tentang diri yang diuji dan ditundukkan. Dan di balik setiap lontaran yang dilempar, ada pengakuan tulus bahwa manusia lemah, dan hanya kepada Allah-lah tempat kembali dan berserah diri. (ica)