KALAM

Menjadi Lebih Baik Setiap Hari, Terus Memperbaiki Diri

Oleh: Bangun Lubis – Wartawan Muslim

Setiap manusia berjalan di atas jalan kehidupan yang tak selalu mulus. Ada masa ketika kita tegak berdiri dengan langkah ringan, tetapi ada pula masa ketika kita terjatuh dan harus bersusah payah bangkit.

Dalam setiap fase itu, Allah memberikan kesempatan berharga untuk memperbaiki diri. Karena sejatinya, hidup ini bukan tentang siapa yang paling suci, melainkan siapa yang paling sungguh-sungguh untuk terus belajar dan berubah menjadi lebih baik.

Berusaha memperbaiki diri bukanlah tanda kelemahan. Justru itulah tanda bahwa hati kita masih hidup, masih peka terhadap panggilan Allah. Hati yang mati tidak lagi peduli pada kebaikan atau keburukan, sedangkan hati yang hidup akan gelisah saat jauh dari Allah dan tenang saat kembali kepada-Nya.

Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Al-Qur’an, QS. Ar-Ra’d: 11)

Perubahan sejati tidak dimulai dari luar diri, melainkan dari dalam hati. Banyak orang menunggu keadaan membaik lebih dulu baru ingin berubah. Padahal, perubahan justru lahir dari keberanian mengambil langkah pertama, sekecil apa pun itu. Saat seseorang memutuskan untuk memperbaiki diri—meski hanya dengan satu langkah kecil—saat itulah Allah mulai membukakan jalan kebaikan yang lebih besar.

Rasulullah ﷺ bersabda: “Setiap anak Adam pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat.”(Sunan Ibn Majah)

Baca Juga  Hidup yang Baik Terwujud Ketika Seseorang Mampu Membalas Kebaikan

Hadis ini mengingatkan bahwa kesalahan bukanlah akhir segalanya. Ia justru bisa menjadi titik balik menuju kebaikan. Orang yang menyadari kesalahannya dan mau memperbaiki diri lebih mulia daripada orang yang merasa tidak pernah salah. Sebab, taubat dan perubahan adalah bukti kejujuran hati kepada Allah.

Dalam perjalanan memperbaiki diri, tidak sedikit rintangan yang akan datang. Godaan untuk kembali ke kebiasaan lama, cibiran dari lingkungan, atau rasa lelah di tengah proses sering kali membuat semangat melemah. Tapi di saat seperti itulah kita diuji: apakah niat kita benar-benar karena Allah, atau sekadar ikut arus?

Perubahan diri bukan proses instan. Ia seperti pohon yang tumbuh perlahan—disiram dengan keikhlasan, dijaga dengan kesabaran, dan dipupuk dengan istiqamah. Tak ada pohon yang langsung berbuah di hari pertama. Begitu pula dengan jiwa manusia; ia butuh waktu untuk matang dan menguat.

Ada banyak cara sederhana untuk memperbaiki diri. Kita bisa mulai dari memperbaiki shalat, memperbanyak dzikir, menjaga lisan dari ucapan buruk, memperluas kebaikan kepada sesama, serta belajar memaafkan. Kebaikan kecil yang dilakukan terus-menerus akan menjadi cahaya besar yang menerangi jalan hidup kita.

Allah SWT juga berfirman:

*“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.”(Al-Qur’an, QS. Ali ‘Imran: 133)

Baca Juga  Menghindari Perbuatan Dosa dalam Kehidupan Sehari-Hari

Ayat ini menjadi panggilan kasih dari Allah bagi hamba-hamba-Nya. Surga bukan hanya untuk mereka yang tidak pernah salah, melainkan untuk mereka yang terus berusaha memperbaiki diri, yang bertaubat, dan yang istiqamah berjalan dalam kebaikan.

Jangan pernah malu untuk memperbaiki diri. Jangan pula menyerah ketika jatuh lagi. Allah Maha Pengampun, dan Dia sangat mencintai hamba yang kembali kepada-Nya dengan hati yang tulus. Bahkan, langkah kecil mendekat kepada Allah akan dibalas dengan langkah besar dari-Nya untuk mendekati kita.

“Barang siapa mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta. Barang siapa mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Barang siapa mendatangi-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan berlari.”(Shahih Muslim)

Maka, mari kita terus memperbaiki diri setiap hari. Tidak perlu menunggu sempurna. Cukup terus melangkah, walau perlahan. Sebab, yang Allah nilai bukanlah kecepatan, melainkan ketulusan dan keistiqamahan.

Hidup ini singkat, dan kesempatan memperbaiki diri tidak akan selalu ada. Selagi napas masih berhembus, selagi hati masih bisa tergerak, mari gunakan setiap hari sebagai ruang bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik di hadapan Allah.

Karena di akhirat kelak, yang akan kita bawa bukanlah masa lalu kita, melainkan bagaimana kita berjuang memperbaikinya.

✍️ *Bangun Lubis – Wartawan Muslim*

 

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button