
Penulis: Bangun Lubis
Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu daerah di Sumatera Selatan yang memiliki kekayaan sumber daya alam luar biasa, terutama di sektor pertanian dan perkebunan.
Hamparan lahan luas dan subur telah menjadi tulang punggung kehidupan ekonomi masyarakat di wilayah ini sejak lama.
Namun, kekayaan alam itu tidak serta-merta membuat Banyuasin menjadi daerah maju. Untuk berkembang, diperlukan kepemimpinan yang mampu merancang strategi ekonomi yang terarah, terukur, dan berpihak kepada rakyat kecil.
Bupati Askolani diharapkan mampu mengambil langkah-langkah strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Ia dituntut bukan hanya menjaga stabilitas pembangunan, tetapi juga mampu memilih produk unggulan masyarakat yang bisa dikembangkan menjadi kekuatan ekonomi jangka panjang.
Produk-produk tersebut, jika diolah dan dipasarkan dengan baik, dapat menggerakkan roda perekonomian masyarakat dari desa hingga ke kota.
“Banyuasin punya modal dasar kuat. Pertanian dan perkebunan adalah kekuatan terbesar daerah ini. Tinggal bagaimana pemerintah daerah mampu membuat kebijakan yang mendorong pengembangan produk unggulan secara terarah,” kata pengamat ekonomi daerah Noversa kepada wartawan media ini, Selasa (14/10/2025).
Menurutnya, selama ini Banyuasin masih berada pada tahapan menjual hasil pertanian dalam bentuk mentah. Padahal, jika pemerintah daerah mulai fokus pada hilirisasi produk—yakni mengubah hasil panen menjadi produk olahan—maka nilai tambah ekonomi akan jauh lebih besar. Contohnya, karet bisa diolah menjadi bahan baku industri, kelapa sawit menjadi berbagai produk turunan, dan padi menjadi beras premium atau produk turunan lain.
“Kalau terus dijual mentah, petani tidak akan pernah naik kelas. Tapi bila dikelola menjadi produk olahan, maka bukan hanya nilai jual naik, tapi juga membuka lapangan kerja baru,” lanjut Noversa.
Senada dengan itu, pemerhati sektor pertanian Ir Salamah Syahabudin, MP menilai bahwa Banyuasin sesungguhnya memiliki peluang besar untuk menjadi lumbung pangan dan energi terbarukan di Sumatera Selatan. Namun, peluang ini harus dimanfaatkan dengan kebijakan yang menyentuh langsung kehidupan petani.
“Yang dibutuhkan petani bukan hanya pupuk dan bibit, tetapi kepastian pasar dan harga yang stabil. Ketika petani punya kepastian hasil panennya terserap dengan harga baik, maka mereka akan semangat untuk meningkatkan produksi,” ujarnya.
Ir Salamah juga menekankan pentingnya kehadiran pemerintah daerah dalam memberikan pelatihan dan pembinaan bagi petani dan pelaku UMKM. Ia menyebut, banyak kelompok tani yang memiliki semangat tinggi, tetapi belum memiliki pengetahuan teknis dan manajerial dalam mengelola usaha tani modern. Akibatnya, mereka hanya bergantung pada tengkulak atau penyalur besar, sehingga keuntungan yang mereka terima sangat terbatas.
“Kalau pemerintah membantu mereka mengolah hasil pertanian menjadi produk jadi, petani tidak lagi hanya menjadi penonton. Mereka bisa menjadi pelaku utama dalam ekonomi daerah,” tambahnya.
Sementara itu, pengamat ekonomi Syaparman, SE, M.Si menilai bahwa tantangan Banyuasin bukan hanya soal produksi, tetapi juga bagaimana membangun ekosistem ekonomi lokal yang berkelanjutan. Ia menyarankan agar pemerintah daerah mulai memperkuat kemitraan antara petani, pelaku UMKM, BUMDes, dan sektor swasta.
“Strategi ekonomi Banyuasin ke depan harus berbasis kekuatan lokal. Pemerintah perlu memetakan produk unggulan di setiap kecamatan. Misalnya, satu wilayah fokus sawit, wilayah lain fokus padi atau perikanan. Kemudian dibuat jaringan pengolahan dan distribusi yang terintegrasi. Dengan begitu, ekonomi masyarakat bergerak secara kolektif,” ujar Syaparman.
Ia juga mengingatkan pentingnya dukungan infrastruktur dan teknologi. Akses jalan yang baik, sistem transportasi lancar, serta digitalisasi pemasaran menjadi kunci membuka akses pasar lebih luas. Banyuasin tidak boleh hanya mengandalkan pasar lokal, tetapi harus mampu menembus pasar nasional bahkan ekspor.
“Sekarang ini era digital. Pemerintah daerah harus berani masuk ke pasar online, e-commerce, dan promosi produk unggulan daerah. Anak-anak muda Banyuasin perlu dilibatkan sebagai pelaku ekonomi digital,” kata Syaparman.
Bupati Askolani sendiri, menurut sejumlah kalangan, memiliki peluang besar untuk menjadikan Banyuasin sebagai contoh pembangunan ekonomi berbasis potensi rakyat. Namun, peluang itu hanya akan menjadi kenyataan bila disertai keberanian mengambil kebijakan strategis, memperkuat sinergi lintas sektor, dan membangun semangat gotong royong antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.
Dengan pertanian dan perkebunan sebagai lokomotif ekonomi, Banyuasin sesungguhnya tinggal selangkah lagi menuju daerah yang maju dan mandiri. Yang diperlukan hanyalah arah kebijakan yang fokus, strategi yang cerdas, dan keberpihakan nyata terhadap petani serta pelaku usaha kecil.
Sebagaimana ditegaskan Noversa, “Banyuasin tidak kekurangan sumber daya, yang dibutuhkan hanyalah pemimpin dengan visi ekonomi kuat.”
Jika hal ini diwujudkan, maka Banyuasin bukan hanya menjadi penghasil bahan mentah, tetapi juga pusat industri rakyat yang mengangkat kesejahteraan masyarakatnya sendiri.