KALAM

Merangkul Takdir dengan Ikhlas — Jalan Menuju Ketenteraman Hati

Oleh: Bangun Lubis – Wartawan Muslim

Dalam kehidupan ini, kita tak selalu mendapatkan apa yang kita inginkan. Kadang kita diuji dengan kehilangan, kegagalan, sakit, bahkan kesedihan yang dalam.

Namun, bagi orang beriman, semua itu bukan sekadar ujian, melainkan bagian dari takdir yang telah ditetapkan oleh Allah sejak lama. Inilah mengapa salah satu kunci ketenangan hati adalah belajar menerima takdir dengan ikhlas.

Allah ﷻ telah mengingatkan kita dalam firman-Nya:

“Tiada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.” (Al-Qur’an, Surah At-Taghabun: 11)

Ayat ini mengajarkan bahwa setiap kejadian dalam hidup, baik maupun buruk, terjadi atas izin Allah. Dan siapa pun yang mampu menerima takdir dengan iman, Allah akan menuntun hatinya agar tetap teguh dan tenang. Inilah rahasia besar ketenteraman hidup seorang mukmin.

Rasulullah ﷺ juga bersabda:

“Ketahuilah, seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberikan suatu manfaat kepadamu, mereka tidak akan mampu memberikannya kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu.

Dan seandainya mereka berkumpul untuk mencelakakanmu, mereka tidak akan mampu melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan tinta telah kering.”(Hadis Riwayat Tirmidzi)

Baca Juga  Menemukan Jati Diri Sejati dalam Perjalanan Ruhaniah

Hadis ini mengajarkan kita untuk tidak terlalu takut pada ucapan atau pandangan manusia. Apa pun yang mereka katakan atau rencanakan, jika Allah tidak mengizinkan, maka tidak akan terjadi. Maka, mengapa harus gelisah dengan cibiran orang? Mengapa harus sedih berlarut-larut terhadap sesuatu yang memang sudah menjadi ketentuan Allah?

Ikhlas Menerima, Bukan Menyerah

Ikhlas menerima takdir bukan berarti pasrah tanpa usaha. Para ulama salaf selalu menekankan pentingnya berusaha dengan sungguh-sungguh, namun hasilnya diserahkan kepada Allah.

Umar bin Khattab pernah berkata:  “Kami berusaha sekuat tenaga, namun kami tahu bahwa takdir Allah pasti lebih baik dari rencana kami.

Ungkapan ini sangat dalam maknanya. Manusia hanya dapat berencana dan berusaha, tetapi hasil akhirnya adalah hak Allah. Ketika kita mampu menerima keputusan Allah dengan lapang dada, maka hati akan menjadi lebih damai.

Tenang dan Tidak Terikat oleh Ucapan Manusia

Salah satu sumber kegelisahan terbesar adalah **terlalu memikirkan apa kata orang**. Padahal, ridha manusia tidak akan pernah tercapai sepenuhnya. Namun, jika kita fokus mencari ridha Allah, maka hati kita akan lebih kuat.

Hasan Al-Bashri berkata:

“Barang siapa mencari ridha Allah meski manusia murka, Allah akan mencukupkannya dari keburukan manusia. Dan barang siapa mencari ridha manusia meski Allah murka, maka Allah akan serahkan dia kepada manusia.”

Baca Juga  Bukan Sekadar Angka, Saatnya Mahasiswa Pakai Data untuk Bangun Perubahan

Maka, jika ada orang yang berkata baik kepada kita dengan niat tulus, terimalah dengan syukur. Namun jika ada ucapan yang menyakitkan atau meremehkan, jangan biarkan hal itu mengganggu ketenangan jiwa. Karena manusia tidak menentukan apa pun dalam hidup kita — hanya Allah yang berkuasa atas segalanya.

Buah dari Keikhlasan

Hati yang ikhlas menerima takdir akan memandang hidup dengan cara berbeda. Bukan lagi penuh keluh kesah, melainkan dengan ketenangan dan keyakinan. Orang seperti ini tidak lagi mudah terpancing oleh ucapan negatif, tidak iri terhadap takdir orang lain, dan tidak mudah putus asa.

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (Al-Qur’an, Surah Al-Insyirah: 6)

Setiap kesedihan akan berganti dengan kebahagiaan. Setiap ujian menyimpan pelajaran dan hikmah yang mendalam. Jika kita bersabar dan ikhlas, maka kemudahan akan datang pada waktunya.

Menerima takdir bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan hati seorang mukmin. Ia tahu siapa Tuhannya, ia yakin bahwa segala sesuatu terjadi dengan hikmah. Dan ia tidak mudah goyah oleh ucapan manusia, sebab hatinya telah berlabuh pada keridhaan Allah.

“Cukuplah Allah menjadi penolong kami, dan Dialah sebaik-baik pelindung.” (Al-Qur’an, Surah Ali Imran: 173)

Dengan ikhlas menerima takdir, kita akan menemukan ketenangan sejati — ketenangan yang tidak bisa dibeli dengan apa pun di dunia.

 

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button