SEJARAH-BUDAYA

Palembang Darussalam — Bagian VI: Cahaya yang Tak Pernah Padam

 

Oleh: Bangun Lubis – Wartawan Muslim

Di tepian Sungai Musi yang tenang, di bawah lembayung pagi yang perlahan membuka kabut, Palembang berdiri anggun sebagai kota tua yang sarat makna. Dari muara inilah peradaban Islam pernah bertumbuh subur, menyinari seantero Nusantara dengan ilmu, iman, dan peradaban. Palembang bukan sekadar kota, melainkan halaman besar dari kitab sejarah Islam Indonesia.

Pada masa kejayaan Kesultanan Palembang Darussalam, Sungai Musi menjadi nadi kehidupan — tempat para pedagang, ulama, dan santri datang dari berbagai penjuru. Kapal-kapal dagang berlabuh di pelabuhan, bukan hanya membawa rempah, kain sutra, dan emas, tetapi juga ilmu, ajaran Islam, dan semangat dakwah. Di tepian sungai, para ulama mengajarkan tafsir dan fikih, sementara anak-anak belajar mengeja huruf hijaiyah di langgar sederhana.

Masjid Agung berdiri megah menjadi pusat peradaban, tempat azan subuh menggema memecah sunyi. Lantunan ayat-ayat suci mengalun dari setiap rumah, dari setiap surau, menyatu dengan suara alam. Orang-orang pada masa itu hidup dalam naungan iman — sederhana, namun kokoh dalam keyakinan.

Seiring waktu, zaman bergerak. Kota ini menua, modernitas masuk seperti air yang mengalir deras. Gedung menjulang tinggi, jalanan ramai, teknologi merambah semua ruang kehidupan. Namun, di balik hiruk-pikuk itu, ada denyut nadi yang tetap bertahan: denyut iman dan ruh Islam yang tidak lekang oleh zaman.

Baca Juga  Palembang Darussalam — Sejarah Awal & Berdirinya Kesultanan (Bagian II)

Masih ada guru ngaji yang setia menuntun anak-anak membaca Al-Qur’an di serambi rumah. Masih ada majelis taklim di kampung-kampung, tempat para ibu dan bapak menimba ilmu agama dengan hati yang lapang. Masih ada jamaah masjid yang memakmurkan shalat berjamaah di waktu fajar, saat dunia masih sunyi dan doa naik ke langit dengan tenang.

Palembang, dalam kesederhanaan dan kemajuan yang berpadu, menyimpan cahaya yang tak pernah padam. Ia ibarat lentera di tepi sungai — kecil tapi terus menyala meski angin berhembus kencang. Lentera ini adalah warisan ruhani para pendahulu: para sultan, ulama, dan masyarakat saleh yang menanamkan Islam bukan hanya dalam aturan, tetapi dalam budaya, tutur kata, dan sikap hidup.

Kini, tugas kita bukan hanya mengenang. Tugas kita adalah **melanjutkan**.

Membangun kembali *ruh Darussalam* berarti menghidupkan majelis ilmu di setiap sudut kota, menanamkan Al-Qur’an di hati generasi muda, menumbuhkan akhlak di rumah, dan menghadirkan Islam sebagai cahaya kehidupan — bukan sekadar formalitas.

Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an:“Allah adalah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, di dalamnya ada pelita besar yang dinyalakan…(QS. An-Nur: 35)*

Baca Juga  Victim Blaming dan Representasi Trauma Perempuan  dalam Film Penyalin Cahaya

Dan Rasulullah ﷺ bersabda: “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”(HR. Muslim)*l

Cahaya yang dahulu menyinari Palembang tidak boleh redup. Ia harus terus dijaga — bukan oleh segelintir orang, tetapi oleh semua yang mencintai kota ini dengan iman. Sebab, Darussalam bukan hanya nama sebuah kesultanan; ia adalah cita tentang kedamaian, kemuliaan, dan keabadian nilai Islam di tengah zaman yang terus berubah.

Palembang Darussalam adalah rumah bagi iman yang bertumbuh, bagi ilmu yang menyebar, dan bagi cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Selama cahaya itu dijaga dalam hati dan amal umatnya, Sungai Musi akan terus mengalirkan sejarah — bukan sebagai cerita masa lalu, tapi sebagai lentera bagi masa depan.

Marilah kita, generasi Palembang hari ini, kembali menyalakan api cinta kepada Islam.Mari makmurkan masjid, muliakan ulama, hidupkan rumah dengan Al-Qur’an, dan tanamkan akhlak pada anak-anak kita. Sehingga kelak, sejarah tidak hanya mengenang Palembang sebagai “pernah bersinar”, tetapi sebagai kota yang terus bersinar — dari masa ke masa.

 

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button