Berpolitik Harus Menyenangkan dan Mengangkat Derajat dan Kesejahteraan Masyarakat

Oleh: Erza Saladin – Ketua DPW Partai Gelora Sumatera Selatan*
Berpolitik seharusnya menjadi kegiatan yang menyenangkan, menggembirakan, dan menumbuhkan semangat pengabdian. Politik bukanlah arena permusuhan atau ajang saling menjatuhkan.
Ia adalah ruang bagi manusia yang ingin berbuat baik dalam skala yang lebih besar — ruang untuk memperjuangkan cita-cita kemanusiaan, keadilan sosial, dan kesejahteraan rakyat.
Dalam pandangan Partai Gelora Indonesia, politik bukan jalan kecurangan atau ambisi kekuasaan, melainkan **jalan peradaban**. Politik adalah ikhtiar menata kehidupan bangsa agar rakyat hidup lebih makmur, berdaulat, dan bermartabat.
Ketua Umum Partai Gelora Indonesia, Anis Matta, pernah menyampaikan sebuah pandangan yang sederhana tapi dalam maknanya:
> “Politik itu harus membawa harapan. Jika politik membuat rakyat takut, gelisah, dan putus asa, berarti ada yang salah dengan cara kita berpolitik.”
Pernyataan ini menegaskan bahwa politik yang sehat harus menghadirkan optimisme, bukan kebencian. Politik harus menyemai kepercayaan dan semangat baru, bukan menumbuhkan dendam atau rasa saling curiga.
Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah, menambahkan dalam banyak kesempatan bahwa politik adalah kerja akal dan nurani.
> “Politik itu bukan soal menang atau kalah, tapi soal menegakkan akal sehat dan nurani publik. Kalau politik kehilangan akal dan nurani, maka ia berubah menjadi alat kekuasaan yang membutakan hati.”
Kedua tokoh ini menggambarkan wajah politik yang ideal: politik yang menggembirakan, mencerdaskan, dan menghidupkan nilai-nilai kemanusiaan.
*Politik sebagai Pengabdian, Bukan Pertarungan**
Dalam sejarah pemikiran manusia, politik memang selalu dipandang sebagai seni mengelola kehidupan bersama. Filsuf Yunani **Aristoteles** menyebut politik sebagai *“the art of the possible”* — seni mewujudkan kemungkinan demi kebaikan bersama. Artinya, politik adalah ruang kreatif untuk menghadirkan solusi dan perubahan yang mungkin dilakukan.
Sementara itu, **John Stuart Mill**, filsuf politik modern dari Inggris, menekankan bahwa hakikat politik adalah kebebasan manusia memperjuangkan kesejahteraan tanpa menindas pihak lain. Politik, menurutnya, harus menjadi jembatan menuju keseimbangan antara kebebasan individu dan keadilan sosial.
Dalam tradisi Islam, konsep politik memiliki akar yang jauh lebih dalam. Para ulama klasik, seperti **Al-Mawardi** dalam *Al-Ahkam As-Sulthaniyyah*, menyebut politik (*siyāsah*) sebagai sarana untuk mengatur urusan umat berdasarkan prinsip keadilan, maslahat, dan kasih sayang. Kekuasaan dalam Islam adalah amanah, bukan hadiah. Ia harus dijalankan dengan niat ibadah dan tanggung jawab moral di hadapan Allah.
Rasulullah SAW bersabda: *“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”*(HR. Ahmad)
Hadis ini menjadi landasan spiritual bahwa tujuan utama berpolitik adalah memberi manfaat seluas-luasnya kepada manusia. Politik yang benar adalah politik yang memuliakan, bukan memperdaya.
Politik yang Menyenangkan: Politik yang Bernilai dan Beradab
Berpolitik harus menyenangkan karena ia adalah wadah kolaborasi, bukan konfrontasi. Politik yang menyenangkan berarti politik yang membuka ruang dialog, mengedepankan etika, dan menghargai perbedaan.
Partai Gelora meyakini bahwa bangsa Indonesia memerlukan suasana politik yang menyejukkan. Di tengah derasnya arus polarisasi dan perpecahan, kita butuh politik yang menghadirkan ketenangan, bukan kegaduhan. Politik yang membangun kepercayaan, bukan menciptakan kebencian.
Politik yang menyenangkan juga berarti politik yang berorientasi pada pelayanan. Seorang politisi tidak seharusnya berjarak dari rakyat. Ia harus hadir, mendengarkan, dan menuntun masyarakat menuju perubahan yang lebih baik.
Di dalam Islam, pemimpin digambarkan sebagai *ra’in* — gembala yang bertanggung jawab atas setiap individu dalam kelompoknya. Nabi Muhammad SAW bersabda:
> *“Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa tanggung jawab politik adalah tanggung jawab moral dan spiritual. Ia tidak berhenti pada jabatan, tetapi berlanjut hingga ke pengadilan akhirat. Karena itu, politik yang menyenangkan adalah politik yang dijalani dengan hati yang bersih dan niat yang tulus.
Politik Keadilan dan Kesejahteraan
Tujuan akhir dari politik adalah kesejahteraan rakyat. Di sinilah politik mendapatkan makna sucinya. Ia bukan permainan citra, tetapi kerja nyata untuk mengangkat derajat manusia dari penderitaan dan ketidakadilan.
Politik yang sejati adalah politik yang **mensejahterakan rakyat**, memperkuat ekonomi, menegakkan hukum yang adil, dan membuka kesempatan bagi semua. Politik seperti inilah yang ingin dihidupkan oleh Partai Gelora: politik yang menumbuhkan semangat, bukan keletihan; politik yang membawa senyum, bukan air mata.
Dalam konteks Indonesia hari ini, politik perlu kembali ke akar moralnya. Ia harus menjadi wahana pendidikan publik — tempat rakyat belajar berpikir kritis, berani jujur, dan tetap beretika dalam perbedaan.
Sebagaimana diingatkan oleh Anis Matta, bahwa politik itu “adalah jalan membangun peradaban.” Jika peradaban runtuh, politik kehilangan maknanya. Maka, membangun politik yang menyenangkan berarti membangun politik yang beradab, yang memuliakan akal dan hati nurani bangsa.
Politik sebagai Ladang Amal
Berpolitik dengan hati yang tulus dan niat yang baik akan melahirkan kebahagiaan, baik bagi pelaku maupun bagi masyarakat yang merasakan dampaknya. Karena sesungguhnya, politik adalah salah satu bentuk ibadah sosial — sebuah jalan pengabdian yang jika dijalankan dengan amanah, akan menjadi amal jariyah.
Berpolitik yang menyenangkan bukan berarti tanpa prinsip, melainkan menghadirkan suasana penuh semangat, kasih sayang, dan kerja nyata. Ia adalah seni membahagiakan rakyat.
Dan pada akhirnya, politik yang mengangkat derajat masyarakat adalah politik yang dijalankan dengan cinta — cinta kepada bangsa, kepada manusia, dan kepada Tuhan yang memerintahkan kita untuk menegakkan keadilan di bumi.