LIFESTYLE

Fenomena Sosial: “Susah Melihat Orang Senang” Masih Terjadi di Sekitar Kita

Albar Santosa Subari: Pengamat hukum dan sosial

Dalam kehidupan bermasyarakat, sering muncul fenomena yang menggambarkan sikap aneh sebagian orang: susah melihat orang senang dansenang melihat orang susah. Istilah populer ini kini tampak semakin nyata di tengah derasnya arus media sosial yang membentuk opini publik secara cepat.

Fenomena tersebut sebagai cermin lemahnya empati dan menurunnya rasa syukur dalam masyarakat modern.

Awalnya  kurang percaya, karena kita ini masyarakat beragama yang dilarang untuk berghibah, apalagi memfitnah. Tapi ternyata setelah melihat berbagai fenomena sosial yang terjadi, terjawab sudah bahwa gejala ini nyata adanya.

Sebagai contoh, ia menyinggung viralnya kisah Ibu Safitri, seorang perempuan dari Kabupaten Singkil, Provinsi Aceh, yang menjadi perhatian publik setelah dirinya diceraikan oleh suaminya tak lama setelah sang suami dilantik sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K).

Dalam video yang beredar luas, tampak penderitaan dan kesedihan mendalam yang dialami Ibu Safitri, sehingga banyak warganet memberikan dukungan moral dan doa agar ia bisa bangkit kembali.

Seiring waktu, Ibu Safitri justru mendapatkan simpati luas. Ada pengusaha dan selebritas yang memberikan modal usaha agar ia bisa mandiri. Namun di sisi lain, muncul juga kelompok yang mencibir dan menuduhnya mencari keuntungan di balik penderitaan.

Menurutnya, situasi seperti ini memperlihatkan bahwa di balik kesenangan seseorang, sering ada pihak lain yang justru merasa terganggu atau iri. Fenomena ini bukan hanya di media sosial, tapi juga sering kita temui dalam lingkungan keluarga atau pertemanan. Ada saja yang tidak senang melihat keberhasilan orang lain, bahkan berusaha menjatuhkannya dengan fitnah dan hasutan.

Baca Juga  Pameran Prangko “Para Pendiri Bangsa” di Palembang Di Gelar, Ini Respon Sultan Palembang 

Secara sosiologis, perilaku semacam itu berakar pada kepentingan pribadi dan ego sosial. Sedangkan dalam pandangan Islam, hal itu menunjukkan **hilangnya rasa syukur dan keimanan terhadap takdir Allah SWT.

Orang yang mudah iri dan tidak bisa melihat orang lain bahagia sejatinya sedang kehilangan ketenangan jiwanya sendiri. Islam mengajarkan agar kita bersyukur atas nikmat yang kita miliki, bukan iri terhadap nikmat orang lain.

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button