PENDIDIKAN

Nasib Orang Tak Mampu

Anak Pemulung di Lampung Putus Sekolah karena Dirundung

 

 

Oleh: Albar Santosa Subari

Dewan Pakar Bakti Persada Masyarakat Sumatera Selatan.

Artikel ini bukan hendak mengumbar kesedihan kehidupan saudara-saudara kita sendiri. Namun, tulisan ini mencoba menggambarkan salah satu dari sekian banyak kisah nyata yang terjadi di masyarakat — kisah yang mungkin dahulu luput dari perhatian kita sebelum dunia media sosial berkembang.

Alhamdulillah, dengan kemajuan teknologi informasi, kini kita dapat melihat dan mendengar langsung kondisi saudara sebangsa dan setanah air. Terlebih, momen peringatan Hari Sumpah Pemuda mengingatkan kita pada cita-cita luhur untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang maju, makmur, dan sejahtera — lahir dan batin.

Baru-baru ini, kita membaca berita yang seharusnya tidak perlu terjadi. Bahkan seharusnya segera dicarikan solusinya.

Seorang siswi SMPN 13 Bandar Lampung, bernama Gina, diberhentikan dari sekolahnya oleh kepala sekolah dengan alasan yang kontroversial: *“Lebih baik mengeluarkan satu anak didik daripada satu sekolah bubar.”

Baca Juga  Meramu Iman & Inovasi 

Pernyataan ini, jika benar adanya, tentu sangat menyedihkan dan menimbulkan banyak pertanyaan logis dan moral. Bagaimana mungkin seorang anak dikeluarkan hanya karena ia berasal dari keluarga kurang mampu? Gina diketahui berasal dari keluarga miskin; ibunya seorang pemulung yang berjuang demi menyambung hidup.

Lebih ironis lagi, Gina disebut kerap menjadi korban perundungan (bullying) oleh teman-temannya karena kemiskinannya. Pertanyaannya, apakah keadaan seperti ini sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, terutama sila ke-5: “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”? Bukankah tujuan pendidikan nasional adalah untuk *mencerdaskan kehidupan bangsa*, bukan menyingkirkan mereka yang lemah?

Data yang dilansir NU Online (15 Oktober 2025) menyebutkan bahwa 4,1 juta anak Indonesia tidak dapat melanjutkan sekolah karena alasan ekonomi. Bandingkan dengan anggaran MBG sebesar 330 triliun rupiah untuk tahun 2026, di mana Menteri Keuangan bahkan menyoroti bahwa realisasi anggaran MBG tahun 2025 baru terserap sekitar 13 triliun dari total 71 triliun, dan sisanya—sekitar 58 triliun rupiah—masih belum jelas penggunaannya.

Baca Juga  Ini Kata Rektor UKB Soal Pembatalan Ijazah Magister Kesehatan Masyarakat

Sebagaimana pesan Ki Hadjar Dewantara, “Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan harus merata dan menjangkau seluruh rakyat Indonesia di seluruh Nusantara.”

Pesan ini terasa semakin relevan di tengah kenyataan bahwa masih banyak anak bangsa seperti Gina yang terhalang haknya untuk belajar hanya karena faktor ekonomi.

Sudah saatnya dunia pendidikan kita dievaluasi secara menyeluruh — dari kebijakan hingga praktik di lapangan — agar tidak ada lagi anak yang kehilangan masa depan hanya karena kemiskinan.

Selamat Hari Sumpah Pemuda.

Semoga semangat persatuan dan kepedulian terhadap sesama menjadi jiwa yang terus hidup di setiap langkah kita membangun bangsa.

 

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button