Meniti Jalan yang Lurus — Agar Jiwa Tetap Bersih dan Hidup Penuh Cahaya

Oleh: Albar Santosa Subari – Pemerhati Keislaman
Setiap manusia pada hakikatnya sedang menempuh perjalanan — perjalanan menuju Tuhannya. Namun tidak semua orang mampu menemukan jalan yang benar.
Banyak yang tersesat di simpang kehidupan, tertipu oleh gemerlap dunia, atau terseret oleh hawa nafsu yang menipu. Padahal, kebersihan jiwa dan ketenangan hati hanya bisa diraih bila seseorang menapaki alan yang lurus, jalan yang Allah tunjukkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman.
Cara untuk membersihkan jiwa manusia serta menerangi kehidupannya adalah dengan mengikuti jalan lurus itu, jauh dari jalan setan dan kesesatan hawa nafsu. Jalan lurus bukan hanya arah menuju surga, tetapi juga cara hidup yang diridhai Allah — jalan yang memandu hati agar selalu dekat dengan kebenaran, sabar dalam ujian, dan rendah hati dalam kenikmatan.
Suatu ketika, Rasulullah SAW pernah membuat sebuah garis di tanah, lalu bersabda: *“Inilah jalan Allah.”
Kemudian beliau membuat beberapa garis di sisi kanan dan kiri garis itu, seraya berkata:
“Ini adalah jalan-jalan lain, dan pada setiap jalan itu ada setan yang menyeru kepadanya.”
Lalu Rasulullah SAW membacakan firman Allah SWT:
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia. Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Itulah yang diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.”*l (QS. Al-An‘am [6]: 153)
Ayat dan hadits ini menjadi nasihat agungl bagi umat manusia di setiap zaman. Jalan Allah hanyalah satu — jalan yang membawa pada ketaatan, keikhlasan, dan kasih sayang. Sementara jalan setan banyak, berliku, dan tampak menggoda. Di sanalah manusia sering terperangkap dalam kesombongan, iri hati, kebencian, dan cinta dunia yang berlebihan.
Maka, menjaga diri agar tetap di jalan lurus bukan perkara mudah. Dibutuhkan hati yang tunduk dan doa yang tak pernah lelah. Itulah sebabnya dalam setiap salat kita memohon kepada Allah:
“Ihdinaṣ-ṣirāṭal mustaqīm”. “Tunjukilah kami jalan yang lurus.”(QS. Al-Fatihah [1]: 6)
Permohonan itu kita ulang berkali-kali, bukan karena Allah lupa, tetapi karena **kitalah yang mudah lupa arah**. Dunia sering memalingkan pandangan kita, dan hawa nafsu sering menutupi cahaya petunjuk.
Hanya dengan terus berpegang pada Al-Qur’an, mengikuti sunnah Rasulullah SAW, dan menundukkan hati di hadapan Allah, manusia akan menemukan ketenangan yang hakiki. Itulah kebersihan jiwa yang sesungguhnya — ketika hidup tidak lagi dikuasai oleh ego, tetapi dipandu oleh cahaya iman.
Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu diberi petunjuk untuk meniti jalan lurus itu, hingga akhir hayat dalam ridha dan kasih sayang-Nya.



