LIFESTYLE

Menelusuri Kuliner Palembang – Ngirup Cuko: Gurihnya Tradisi, Mantapnya Cita Rasa

Palembang menawarkan pengalaman rasa yang lengkap

 BritaBrita.com, Palembang — Ibukota Sumatera Selatan ini tak hanya dikenal lewat sejarah Kerajaan Sriwijaya dan ikon Jembatan Ampera. Palembang juga punya satu kekuatan besar yang terus melekat di lidah siapa pun yang pernah singgah: kuliner yang menggoda dan penuh warisan budaya.

Di tengah arus modernisasi kota, aroma pempek yang digoreng hangat dan kuah cuko yang tajam masih menjadi penanda identitas. Namun kuliner Palembang bukan hanya soal pempek. Dari sajian kari santan untuk sarapan hingga minuman manis penutup siang hari, Palembang menawarkan pengalaman rasa yang lengkap — dari gurih, asam, pedas hingga manis.

Pempek dan Cuko: Simbol Rasa Palembang

Siapa pun yang datang ke Palembang pasti ingin mencicipi pempek. Makanan olahan ikan dan sagu ini sudah menjadi duta kuliner Palembang ke seluruh Indonesia. Ada pempek kapal selam yang diisi telur ayam, pempek lenjer, kulit, hingga adaan yang berbentuk bulat kecil dengan aroma rempah menggoda.

Semua jenis pempek itu disantap bersama cuko, kuah khas yang dibuat dari gula batok, cuka, cabai rawit, dan bawang putih. Rasanya unik — perpaduan antara manis, asam, dan pedas — yang sulit ditemukan di kuliner daerah lain.

“Rasa cuko itu khas. Sekali suka, pasti rindu,” ujar Bu Rina, penjual pempek generasi kedua di kawasan 26 Ilir.

Sarapan Kari: Laksan dan Celimpungan

Tak banyak yang tahu bahwa Palembang punya hidangan sarapan berbahan dasar pempek juga. Laksan dan celimpungan adalah dua jenis makanan yang disiram kuah santan kental bercitarasa kari.

Laksan dibuat dari pempek lenjer yang dipotong-potong dan dimasak dengan kuah kuning lembut. Sementara celimpungan menggunakan pempek bulat pipih dan kuah yang lebih kaya rempah. Keduanya biasa disantap pagi hari dengan taburan bawang goreng dan kerupuk kuning sebagai pelengkap.

Pindang Patin: Kuah Segar dari Sungai Musi

Jika pempek adalah makanan ringan, maka pindang patin adalah hidangan berat yang menjadi andalan rumah makan khas Palembang. Ikan patin segar dimasak dalam kuah bening dengan potongan nanas, tomat, daun kemangi, dan cabai merah. Rasanya segar, gurih, dan sedikit pedas — sangat cocok disantap hangat bersama nasi putih.

“Kami memasak pindang tanpa santan, tapi kaya rasa karena bahan alami,” jelas Pak Iskandar, pemilik warung Pindang Meranjat di kawasan Jakabaring.

Tempoyak: Kenekatan yang Membuat Ketagihan

Salah satu makanan khas yang menjadi bahan perdebatan adalah tempoyak — hasil fermentasi durian yang diasinkan. Bagi sebagian orang, aroma tempoyak bisa terasa menyengat. Namun di tangan orang Palembang, tempoyak bisa diolah menjadi sambal yang menggugah selera, terutama jika disajikan dengan ikan baung atau lele goreng.

Baca Juga  Advokat Rudi Hartono SH: Mengabdi kepada Keadilan dengan Hati yang Tulus

“Kalau sudah terbiasa, makan tempoyak bisa bikin ketagihan,” ujar Rendi, warga asli Palembang.

Es Kacang Merah: Manisnya Penutup Sehari

Setelah menyantap aneka makanan berat, ada satu sajian manis yang bisa menutup perjalanan kuliner di Palembang dengan kesegaran: Es Kacang Merah. Disajikan dalam mangkuk sederhana, es ini terdiri dari kacang merah rebus, sirup, susu kental manis, dan es serut yang menyegarkan di tengah terik kota.

Warisan Rasa yang Terus Hidup

Kuliner Palembang adalah representasi dari budaya yang bertahan dalam keseharian masyarakat. Ia bukan sekadar masakan, tapi memori dan jembatan antar generasi. Di tengah perubahan zaman, kuliner tetap menjadi salah satu identitas kuat kota ini — menghubungkan masa lalu dengan masa kini lewat rasa.

Jadi, jika suatu saat Anda berkunjung ke Palembang, biarkan aroma pempek yang sedang digoreng, kuah pindang yang mendidih, atau sambal tempoyak yang menyengat, menjadi penyambut hangat Anda. Karena di Palembang, setiap suapan adalah cerita. 

Editor: Bangun Lubis

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button