INTERNASIONALPOLITIK

Mimpi Damai di Gaza: Fatamorgana Politik Dunia

 

Oleh: Bangun Lubis

Dunia kembali menyaksikan tragedi kemanusiaan di Gaza yang tak berujung. Serangan demi serangan terus menghantam wilayah padat penduduk itu, sementara suara gencatan senjata hanya bergema di ruang-ruang diplomasi. Banyak kalangan mulai bertanya, kapan perang ini akan berhenti?. Namun jika kita menelisik secara jujur, tampaknya perdamaian sejati di Gaza masih sebatas mimpi yang jauh dari kenyataan.

Dalam pandangan realistis, Israel dan Amerika Serikat tidak akan bersedia menghentikan perang terhadap rakyat Palestina, karena yang sedang mereka jalankan bukan sekadar operasi militer, melainkan agenda politik besar: menguasai seluruh tanah suci itu secara permanen. Israel dengan ambisi ekspansifnya, dan Amerika dengan kepentingan geopolitiknya, telah menjadi dua wajah dari satu kepentingan yang sama — mempertahankan dominasi atas Timur Tengah.

Ambisi yang Dibungkus Diplomasi

Sejak awal, Israel berdiri bukan atas dasar kedamaian, tetapi pencaplokan dan pengusiran. Setiap kali ada upaya perundingan, selalu diiringi pelanggaran baru. Mereka berbicara tentang “hak membela diri”, namun yang mereka lakukan justru menindas rakyat yang tak bersenjata. Dan di belakang semua itu, Amerika Serikat tetap menjadi pelindung utama, memastikan Israel tidak tersentuh hukum internasional.

Inilah yang membuat perdamaian di Gaza menjadi fatamorgana: tampak indah di kejauhan, tapi menghilang begitu didekati. Semua keputusan, resolusi, dan konferensi internasional hanyalah hiasan diplomatik yang tidak menyentuh akar kezaliman.

Janji Damai yang Tidak Konsisten

Al-Qur’an telah menggambarkan dengan sangat tepat watak kaum yang tak berpegang pada perjanjian.

Allah SWT berfirman:

“Setiap kali mereka mengadakan perjanjian, segolongan dari mereka menolaknya. Bahkan sebagian besar mereka tidak beriman.”(QS. Al-Baqarah [2]: 100).

Ayat ini bukan sekadar kisah masa lalu, melainkan cermin yang terus terulang di zaman modern. Setiap kali Israel menandatangani perjanjian damai, tidak lama kemudian mereka melanggarnya. Gencatan senjata hanyalah jeda untuk menyusun serangan berikutnya. Sementara media mereka pandai memainkan narasi seolah-olah mereka adalah pihak yang “diserang”.

Mereka menebar janji damai, padahal dalam diam mempersiapkan peluru. Mereka berbicara tentang keamanan, tapi menanamkan ketakutan di dada anak-anak Palestina. Inilah wajah kemunafikan politik modern.

Dunia yang Salah Menafsirkan Perdamaian

Sebagian tokoh dunia — bahkan sebagian dari kalangan umat Islam sendiri — seringkali salah menilai. Mereka menganggap bahwa untuk mencapai perdamaian, Palestina harus berhenti melawan. Padahal, diamnya yang tertindas justru memperpanjang umur penjajahan. Perdamaian yang dibangun di atas ketidakadilan hanyalah keheningan semu sebelum letusan berikutnya.

Israel tidak akan berhenti, karena berhenti berarti mengakui hak rakyat Palestina untuk hidup merdeka.

Baca Juga  Sikap Tegas Republik Indonesia Terhadap Israel.

Dan selama ambisi itu masih hidup, setiap perundingan damai hanyalah sandiwara yang dipentaskan di panggung dunia.

Harapan yang Tak Pernah Padam

Namun rakyat Gaza tetap tegar. Di tengah reruntuhan dan debu, masih ada doa yang melangit. Mereka mungkin kehilangan rumah, tapi tidak kehilangan iman. Karena mereka percaya, sebagaimana janji Allah SWT:

“Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi, dan hendak menjadikan mereka pemimpin serta pewaris (bumi).” (QS. Al-Qashash [28]: 5)

Janji Allah ini menjadi bahan bakar harapan yang tak pernah padam. Dunia boleh berpaling, kekuatan boleh timpang, tapi kebenaran tetap akan menang pada waktunya. Sebab sejarah telah berkali-kali membuktikan: penjajahan selalu berakhir, dan kezaliman tak pernah kekal.

Raihan Kemenangan Sejati

Mimpi damai di Gaza memang tampak jauh — tetapi bukan berarti mustahil. Bagi mereka yang beriman, **kemenangan bukan sekadar berhentinya perang**, melainkan tegaknya keadilan. Dan itu hanya akan datang jika umat Islam di seluruh dunia **tidak lagi diam**, tidak lagi menonton dari jauh, melainkan turut berdiri di sisi kebenaran.

Karena sesungguhnya, di balik langit Gaza yang kelam, ada cahaya kemenangan yang sedang disiapkan oleh Allah SWT untuk hamba-hamba-Nya yang sabar.

 

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button