Kebiasaan Memberi, Mengawali dan Menolong

Olrh: Albar Sentosa Subari .
Ketika Amirul Mukminin Umar Ra, memegang jabatan sebagai Khalifah, beliau sering kali meronda di malam hari untuk menjaga kita. Pada suatu malam, seperti biasa Umar Ra keluar pada malam hari untuk meronda. Tiba tiba pandangan Umar tertuju ke arah sebuah kemah tua yang terbuat dari kulit unta berdiri tegak di atas tanah yang lapang. Beliau selama ini tidak pernah melihat kemah itu. Kemudian Umar Ra menghampiri nya dari dalam kemah terdengar suara rintihan seorang perempuan sedangkan di luar kemah duduk termenung seorang lelaki.
Umar pun memberi salam kepada orang itu.” Assalamualaikum”. Kemudian Umar duduk di sebelah nya dan bertanya ” dari mana anda datang”. Orang itu menjawab, ” wahai tuan hamba sesungguhnya seorang asing yang datang dari sebuah hutan dan saya datang untuk menghadapi balas kasihan dari Amirul mukminin.
Umar menawarkan jasa kepada lelaki itu. Kalau anda memerlukan sesuatu, saya bersedia membantu. Umar Ra pun bertanya lagi. Mengapa terdengar suara rintihan dari dalam kemah?.
Dengan penuh harapan orang itu berkata, Silahkan engkau pergi dan urus lah pekerjaan mu sendiri. Umar berkata lagi. Tolonglah, beritahukan kepadaku, barangkali aku dapat menolongnya. Orang itu berkata, Wahai saudara, jika benar saudara ingon mengetahuinya, akan kuberi tahu. Sesungguhnya yang merintih rintih di dalam kemah tua ini adalah isteri saya yang sedang mengerang kesakitan karena hendak melahirkan.
Umar Ra, pun bertanya. Adakah orang di dalam kemah tua ini yang sedang merawat nya. Tidak ada seorangpun, jawab orang itu.
Setelah Umar mendengar itu, kemudian beliau bergegas pulang ke rumah nya lalu memberikan kepada isterinya Ummu Kulsum Ra, kata beliau, wahai istriku, sesungguhnya Allah telah membuka jalan bagimu, jalan yang mulia di sisi Allah agar kamu mendapat peluang untuk berjasa malam ini. Dengan terkejut dan penuh harap, kemudian Ummu Kulsum bertanya. Apa maksudmu, wahai Amirul Mukminin, Umar menjawab. Dengarlah isteri ku, di ujung sebelah sana terdapat sebuah kemah tua yang penghuninya datang dari sebuah hutan dan di dalam kemah itu terdapat seorang perempuan yang mengerang menahan sakit karena hendak melahirkan anaknya tanpa seorang pun yang merawat nya. Ummu Kulsum kemudian menjawab. Wahai suamiku, aku bersedia merawatnya karena kewajiban ku adalah menyempurnakan hasrat dan kesucian hati suamiku.
Perlu diketahui bahwa Ummu Kulsum rah, adalah anak perempuan Fatimah rah dan cucu nabi Muhammad Saw. Bukan lah bagi beliau mudah saja menolak permintaan suaminya.
Namun , Ummu Kulsum sanggup berkorban untuk saudaranya yang memerlukan pertolongan. Umar berkata kepada isterinya. Oleh karena itu wahai istriku, bergegas lah bawa cerek dan sedikit mentega serta alat alat yang diperlukan.
Ummu Kulsum pun menuruti permintaan suaminya.
Setelah sampai Ummu Kulsum masuk kedalam kemah dan Umar Ra menunggu di luar sambil menyalakan api untuk memasak makanan bagi kedua penghuni kemah itu.
Sebentar kemudian terdengar Ummu Kulsum memanggil suaminya dari dalam kemah itu, ya Amirul Mukminin, ucapkan tahinah ( ucapan selamat), tanda kesyukuran untuk saudaramu ini karena ia telah melahirkan seorang anak lelaki.
Ketika mendengar panggilan Amirul Mukminin dari Ummu Kulsum, penghuni kemah itu merasa malu. Mereka baru menyadari bahwa orang yang selama ini bersusah payah berkorban menolong mereka adalah seorang Khalifah yang terkemuka dan mulia. Namun, Umar mengerti perasaan saudaranya terhadap dirinya. Lalu Umar dengan suara lembut berkata. Tidak mengapa saudara, janganlah kedudukan ku ini membebani perasaan saudara.



