LIFESTYLE

Legenda “Dayang Rindu” Ditampilkan DKOI pada Festival Sriwijaya 2025

RATUSAN orang terlihat di Arena Festival Sriwijaya ke 33 Tahun 2025, yang digelar oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) di Pelataran Monpera Palembang.

Selain dari Palembang, ada juga yang datang dari Kabupaten Ogan Ilir, Muaraenim, OKI dan lainnya.

Sabtu sore, 17 Mei 2025, giliran Kabupaten Ogan Ilir (OI) yang diwakili tim kesenian binaan Dewan Kesenian Ogan Ilir (DKOI), tampil di panggung festival. Mereka menampilkan dua lagu daerah, dan sandratari “Dayang Rindu.”

Menurut Ketua DKOI, Drs Khairul Kaswan, setiap pihaknya mewakili Ogan Ilir, sandratari selalu menjadi tampilan utama. Dan penampilan sandratari “Dayang Rindu” sore itu, mendapat applaus dari para penonton.

Dikisahkan, ketika Kerajaan Sriwijaya ditaklukkan Majapahit pada abad ke 14, diutus tiga orang yakni Ariodillah, Ario Carang, dan Ario Damar.

Saat mereka masih berada di Bumi Sriwijaya, Kerajaan Majapahit ditaklukkan Kerajaan Demak. Karenanya Ketiganya disuruh pulang ke Pulau Jawa. Ariodillah dan Ario Damar pulang, sedangkan Ario Carang tak mau pulang.

Ario Carang mengungsi ke sebelah barat di kawasan Simpang Pelabuhan Dalam. Lalu karena sesuatu dan lain hal, dia mengungsi lagi ke sebelah Selatan yaitu di Desa Tanjung Ringgit atau Desa Parit. Ario Carang mempunyai seorang putri bernama “Dayang Rindu” yang cantik Jelita.

Oleh karena tersohor kecantikannya, sampailah ke Kesultanan Palembang. Maka Sultan Palembang mengutus utusan untuk bertemu “Dayang Rindu.” Setelah bertemu dan melihat kemolekan sang putri, Sultan mau meminang secara paksa. Tapi Ario Carang tak terima, akhirnya terjadilah pertempuran yang hebat. Tapi satu sama lain tak ada yang terkalahkan.

Kemudian Sultan mengirim tongkat perdamaian dan sekalian menjemput “Dayang Rindu”. “Dayang Rindu” tak mau dijemput namun dia datang sendiri ke kesultanan.

Setelah sampai, betapa terkejutnya “Dayang Rindu”, ternyata dua orang putra Sultan mau dinikahkan dengannya. Kali ini permintaan Sultan tak bisa ditolak. Maka ” Dayang Rindu” membuat aturan yakni perlombaan dayung. Siapa yang menang itulah calon suami “Dayang Rindu.” Namun naasnya dalam perlombaan itu, kedua putra Sultan mati tenggelam karena perahunya terbalik.

Melihat kejadian itu Sultan marah. Di tengah kemarahannya, Sultan memutuskan ia sendiri yang akan meminang “Dayang Rindu” secara paksa. Melihat gelagat kurang baik, maka “Dayang Rindu” mengunyah daun sirih, yang pada saat yang tepat kemudian dimuntahkan kepenglihatan Sultan. Ajaibnya sang Sultan hilang penglihatan, namun ia merasa seakan “Dayang Rindu” berada dalam pelukannya…

Baca Juga  Forwida Hidupkan Memori Kota Sungai: Menyusuri Jejak Sejarah Palembang dari Musi hingga Songket Tuan Kentang

Berakhirnya sandratari “Dayang Rindu” ini, menutup penampilan tim kesenian Ogan Ilir di panggung Festival Sriwijaya 2025.

Hadir menyaksikan penampilan tim kesenian Ogan Ilir, yakni Asisten I Bidang Pemkesra OI, Dicky Syailendra, Wanhat DKOI, Drs H Iklim Cahya, MM, serta sejumlah pengurus DKOI, seperti Ketua Drs Khairul Kaswan, Sekretaris Eddy Wahyuddin, dan Bendahara, Muryani atau Yani Yadin. Juga para pemusik, Solihin dkk, serta para pengisi acara lainnya.

Usai tampil tim kesenian foto bersama dengan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel, sekaligus menyerahkan piagam penghargaan dan uang pembinaan. Selanjutnya tim DKOI ini dijamu makan martabak HAR oleh Wabup OI, H Ardani.

Khairul Kaswan mengucapkan terima kasih kepada Bupati Panca Wijaya Akbar dan Wabup Ardani yang telah membantu sarana transportasi dan konsumsi.

Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Sanggar Arya’s Cipta Payaraman binaan Ibu Hayatinnisa Arham (Titin). Semoga kerjasama yang baik ini akan terus berlanjut pada masa mendatang, harap Khairul Kaswan. (ica)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button